Management Trends

Turis Domestik Jadi Andalan Pemulihan Sektor Pariwisata Nasional

Turis Domestik Jadi Andalan Pemulihan Sektor Pariwisata Nasional

Pandemi Covid-19 sejak awal tahun 2020 telah mengakibatkan penurunan kunjungan wisatawan mancanegara (wisman). Hingga akhir tahun 2021 kunjungan wisman hanya mencapai 1,58 juta orang atau turun 60,98 % dibanding tahun 2020. Wisatawan Nusantara (wisnus) atau turis domestik pun menjadi harapan sekaligus roda penggerak pariwisata Indonesia di masa pandemi.

“Di tengah pandemi ini, terdapat secercah harapan yaitu tingginya antusiasme wisatawan Nusantara yang menjadi roda penggerak geliat sektor pariwisata dan ekonomi kreatif saat ini,” ujar Menteri Pariwisata & Ekonomi Kreatif (Menparekraf) RI Sandiaga Salahuddin Uno dalam Diskusi virtual Urban Forum – FORWADA, Tourism & Hospitality Outlook 2022 dengan tema ‘New Normal Saatnya Bangkit dari Tidur Pulas’ secara virtual (20/1/2022).

Menparekraf mengungkapkan tahun 2021, Badan Pusat Statistik mencatat data pergerakan wisinus mengalami peningkatan 12% bila dibandingkan dengan tahun 2020. Juga, ada lonjakan devisa pariwisata 4% dibandingkan tahun 2020 yakni US$ 0,32 miliar menjadi US$0,36 miliar dan kontribusi PDB Pariwisata diperkirakan meningkat 37,4% dari persentase tahun 2020 sehingga mencapai 4,2% pada 2021 lalu. “Nilai ekspor produk ekonomi kreatif diperkirakan meningkat hingga mencapai US$20,58 miliar dan nilai tambah ekraf tahun 2021 juga meningkat hingga Rp 1.273 triliun,” jelas Menteri Sandiaga.

Menurutnya, pergerakan turis dalam negeri ini akan menjadi andalan dalam pemulihan sektor pariwisata nasional tahun 2022 dengan target 260 juta – 280 juta pergerakan. Diperkirakan, kontribusi sektor pariwisata terhadap PDB Nasional 2022 akan mencapai 4,3%. Sedikit lebih tinggi dari perkiraan capaian tahun 2021 yaitu 4,2%.

Dari sisi nilai tambah ekonomi kreatif, menurut Sandiaga, pihaknya menargetkan tahun 2022 dapat mencapai Rp1.236 triliun. Untuk nilai ekspor produk kreatif ditargetkan mencapai US$ 21,28 miliar. Jumlah ini sedikit lebih baik dari perkiraan capaian tahun 2021 sebesar US$ 20,48 miliar.

“Dampak dari pertumbuhan itu tentunya akan memperluas jumlah lapangan kerja pada sektor parekraf. Tahun 2022, kami menargetkan akan tercipta 400 ribu lapangan kerja baru yang berkualitas di sektor pariwisata. Sementara di ekonomi kreatif akan tumbuh lebih dari 600-700 ribu lapangan kerja yang ditopang oleh sektor unggulan yakni kuliner, kriya, dan fashion,” ungkapnya.

Menparekraf mengungkapkan, jika dilihat sisi positifnya, pandemi Covid-19 justru mempercepat perubahan paradigma pembangunan pariwisata dari Quantity Tourism menjadi Quality and Sustainable Tourism sebagaimana arahan Presiden Joko Widodo pada tahun 2019. “Kami menekankan kepada prinsip sustainable tourism yang bergantung pada apa yang ditawarkan kepada para wisatawan sesuai tren pariwisata ke depan yaitu more personalized, customized, localized dan smaller in size,” jelasnya.

Salah satu variabel penting dalam quality tourism adalah penyediaan infrastruktur pariwisata yang memadai. Wisatawan tentu akan membelanjakan dananya (spending) lebih besar untuk suatu destinasi yang berkualitas, baik dari segi 3A (atraksi, akses dan amenitas) maupun infrastruktur pendukungnya.

Soal target kunjugan wisman tahun 2022 ini, Kemenparekraf/Baparekraf menargetkan 1,8 juta – 3,6 juta dengan nilai devisa pariwisata mencapai US$ 470 juta – US$ 1,7 miliar.

Maulana Yusron, Sekjen Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) menyoroti agar di tahun 2022 ini, pemerintah fokus pada industry MICE (Meeting, Incentive, Convention, and Exhibition). Menurutnya, segmen pasar Winus dari presprektif hotel dan restoran MICE lebih tinggi dibanding leasure. “Untuk segmen pasar wisnus dari presprektif hotel dan restoran, pasar segmen MICE memberikan kontribusi 70%, sementara leasure, dan minat khusus dan lainnya hanya 30%,” ujar Yusron.

Yusnadi Yulrisman, Direktur Keuangan dan Operasional PT Sarana Multigriya Finansial (SMF), menyoroti industry homestay yang bisa menjadi penggerak perekonomian di desa wisata baik desa wisata prioritas maupun non prioritas. Menurutnya, SMF telah melakukan inisiatif sStrategis produk KPR Rumah Usaha dalam bentuk program pembiayaan homestay sejak tahun 2018 dan dalam masa inkubasi hingga sekarang, program ini masih menggunakan dana PKBL/TJSL. “Total anggaran pembiayaan homestay mencapai Rp20 miliar dengan realisasi hingga 2021 mencapai Rp7.747 miliar dengan total debitur 96,” jelasnya.

Danny Januar Ismawan, Direktur Layanan Masyarakat dan Pemerintah Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi (BAKTI) Kementerian Kominfo mengatakan, pengembangan jaringan telekomunikasi menjadi momen tersendiri bagi indsutri pariwisata yang mulai bangkit. Menurutya, kehadiran teknologi di satu tempat bisa mendorong tumbuhnya pariwisata lokal.

“Adanya jaringan telekomunikasi di satu lokasi, membuat aktivitas priwisata bisa hadir di lokasi itu. misalnya dengan adanya jaringan, seseorang bisa mengambil foto untuk Instagram di lokasi,” katanya.

Saat ini Bakti Kominfo telah membangun Base Transceiver Station (BTS) di destinasi wisata prioritas antara lain di Labuan Bajo. Hingga saat ini terdapat 36 BTS eksisting, sementara 24 lokasi lainnya masih dalam proses pembangunan.

“Untuk kawasan wisatas super prioritas di Kanupaten Lombok Tengah, akses internet BAKTI Kominfo terdapat di 74 lokasi, sementara rencana penambahan ada di 42 lokasi,” katanya.

Sementara, Yuwono Imanto, Direktur PT Propan Raya ICC mengungkapkan, selaku produsen cat, selama ini pihaknya telah bekerja sama dengan Kemanparekraf dalam membantu membangun industri pariwisata. Menurut Yuwono, produk cat Propan tidak hanya menyasar hotel berbitang, namun juga industri homestay dengan memproduksi cat yang dengan harga terjangkau dan berkualtias ekspor.

Dalam diskusi yang sama, Yuhan Subrata, pengelola Hutan Organik Megamendung, Bogor mengatakan, wisata hutan organik sempat mati suri diawal pandemi. Namun, sejak tahun lalu, mulai bergeliat lagi. Wisata hutan organik yang dikelolanya saat ini memiliki daya tarik tersendiri bagi para wisatawan nusantara.

“Setiap harinya sakarang ada 10 hingga 5 orang pengunjung yang datang. Bagi kami, jumlah ini cukup besar meski tidak sebanding saat sebelum pandemi,” jelasnya. Yuhan berharap, wisatawan Nusantara makin banyak yang mencintai dan mengunjungi lokasi wisata lokal, yang pada akhirnya akan menghidupkan perekonomian rakyat di desa wisata.

www.swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved