Management Trends zkumparan

UMKM Butuh Pendampingan Agar Naik Kelas dan Tumbuh

UMKM Butuh Pendampingan Agar Naik Kelas dan Tumbuh
Budi Satria Isman Pendiri Yayasan Proindonesia

Salah satu tantangan UMKM (Usaha Mikro Kecil Menengah) membuat adalah bisnisnya bisa membiayai diri sendiri, karyawan, lalu naik kelas dan bertumbuh menjadi bisnis yang lebih sehat. Sayangnya, meski UMKM penyumbang 60,34% PDB, UMKM di Indonesia cenderung stagnan, porsinya tidak bergeser dari tahun ke tahun.

Mengutip data dari Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Bidang Ekonomi Makro dan Keuangan tahun lalu, usaha kecil di Indonesia secara jumlah porsinya sangat besar 93,4 persen, usaha menengah 5,1 persen sedangkan yang besar hanya 1 persen saja. Sayangnya, angka tersebut tidak bergeser setiap tahunnya. Artinya, menjadi tantangan besar membuat usaha kecil naik kelas dan tumbuh menjadi usaha yang lebih besar.

Menurut Taufan B. Umbara, Presiden SBM Proindonesia, UMKM membutuhkan pelatihan dan pendampingan bisnis. “Kendala mereka keterbatasan biaya, biasanya mereka kesulitan mendapatkan akses itu,” ujarnya.

Taufan mengungkapkan, berdasarkan risetnya setidaknya ada 6 faktor yang menyebabkan para pengusaha ini sulit naik kelas, yakni pengetahuan, pemasaran, permodalan, teknologi, legal dan networking.

Untuk itulah, lanjut Taufan, Yayasan Pemberdayaan Masyarakat Indonesia Mandiri atau dikenal dengan nama Yayasan Proindonesia hadir. Ini adalah sebuah organisasi nirlaba yang bergerak pada perbaikan 3 sektor sosial di masyarakat yaitu pendidikan, kesehatan dan pemberdayaan ekonomi

Untuk diketahui, yayasan ini didirikan oleh Budi Satria Isman, seorang ekonom, profesional dan investor asal kota Sungai Penuh Kerinci pada tahun 2010. Dengan visi menciptakan 1 juta UMKM naik kelas.

SBM proindonesia sendiri merupakan program pemberdayaan ekonomi dari Yayasan proindonesia dengan cara memberikan pelatihan, pendampingan, dan monitoring bagi UMKM Indonesia serta memberikan fasilitasi akses pemasaran, akses produksi, akses permodalan dan sebagainya.

”Kami menyediakan akses pelatihan dan pendampingan bisnis dgn biaya sangat murah. Khusus utk UMKM Indonesia,” imbuh Taufan. Ia menargetkan tahun 2019 pihaknya ingin membantu 4000 entrepreneur di 50 kota di Indonesia untuk bisa bersama belajar dan naik kelas.

“Tahun lalu sudah 1500 entrepreneur di 30 kota yang ikut bersama kegiatan kami untuk bisa naik kelas sedangkan tahun 2017 ada 1300 entrepreneur di 26 kota,” ungkapnya. Dimulai dari hanya 4 kota dengan 200 alumni pada 2013, lalu merambah ke 8 kota dengan 400 alumni (2014), berkembang ke 15 kota dengan 750 alumni (2015).

Menggunakan metode Smart Business Map yang merupakan framework atau kerangka berpikir dalam membangun bisnis, SBM proindonesia meyakini akan mampu membedah banyak aspek dalam bisnis, seperti aspek industri dan potensi pasar, aspek marketing dan distribusi, serta aspek keuangan dan organisasi yang dibutuhkan UMKM untuk naik kelas.

“Salah satu sumberdaya penting di SBM proindonesia adalah keberadaan coach yang siap terjun dan membantu sahabat-sahabat morning entrepreneur. Saat ini kami memiliki 80 coach dan mentor yang memiliki keahlian dan pengalaman dalam membangun bisnis,” terang Taufan.

Pelaku bisnis diasah tidak hanya di kelas terbatas, tapi juga melalui berbagai kegiatan seperti CEO Biztalk (yang diadakan Januari, April, Juli dan Oktober), SBM Coaching, SBM Workshop, SBM Competition dan SBM Conference.

Salah satu alumni SBM proindonesia yang berhasil adalah pasangan pengusaha pemilik Lapis Bogor Sangkuriang. Memulai usaha dengan modal hanya sebesar Rp 500 ribu, setelah 7 tahun membangun bisnis bersama Anggara Jati dan Riska Wahyu berhasil meraup omset ratusan miliar per tahun. Produknya yang lain adalah Bolu Susu Lembang, Bakpia Kukus Tugu dan Lapis Kukus Surabaya.

“Keberhasilan kami tidak lepas dari bimbingan dan mentor para ahli. SBM Proindonesia salah satu tempat kami menimba ilmu belajar bagaimana mengelola bisnis agar tumbuh dan besar. Kami mendapat pelatihan manajerial, akuntansi dan ilmu lainnya yang dibutuhkan untuk memperbesar bisnis kami,” tutur Anggara.

www.swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved