Trends

Upaya Mendongkrak UMKM Agar Naik Kelas Saat Pandemi

Salah satu UMKM di bidang kuliner (Foto: dok).

Dampak diberlakukan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM ) Darurat yang membatasi mobilitas massa di wilayah Jawa-Bali membuat sebagian besar Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) gulung tikar. Pemerintah pun telah menyalurkan dana Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) kepada para pelaku UMKM sebesar Rp 51,27 triliun. Bantuan dana PEN sangat vital bagi sektor Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) sebagai tulang punggung perekonomian Indonesia terutama ketika PPKM Darurat Jawa-Bali, seiring kian mengganasnya pandemi Covid-19 seperti sekarang ini.

Hal ini tercermin dari aktivitas leading indicator business yang terus merosot. Hingga kuartal II-2021, 12 leading indicator seperti PMI Market Indonesia, penjualan kendaraan bermotor, pertumbuhan penjualan ritel, indeks keyakinan konsumen dan proporsi pengeluaran konsumen sudah mulai membaik.

Hanya saja memasuki pertengahan Juni lalu, semua berubah seiring masuknya gelombang kedua pandemi Covid-19 dan mewabahnya varian Delta. Menurut Sekretaris Kemenko Perekonomian RI, Susiwijono Moegiarso, perkembangan ekonomi hingga Kuartal-II 2021 kemarin, beberapa leading indikator sudah cukup bagus namun di pertengahan Juni banyak hal yang harus dihitung ulang.

Faktor utama dalam mendorong tercapainya target pertumbuhan ekonomi melalui sektor UMKM di kuartal II & IV – 2021 adalah pengendalian kasus covid-19, percepatan vaksinasi, optimalisasi belanja pemerintah, realisasi program PEN, dan implementasi UU Cipta Kerja. “Apa pun program dan kebiajakan kita, kalau kita tidak bisa mengendalikan kasus covid-19 ini berarti kita akan mengalami kontraksi ekonomi lebih dalam lagi,” kata Susiwijono dalam diskusi virtual Mikro Forum dengan tema ‘Penguatan UMKM Sebagai Pengungkit Kebangkitan Ekonomi’.

Eddy Satriya, Deputi Bidang Usaha Mikro Kementerian Koperasi & UKM, menambahkan mayoritas pelaku UMKM membutuhkan bantuan berupa modal kerja. Berdasarkan survei, ia menyebut 69,02% pelaku usaha mikro memerlukan bantuan modal usaha dan 43,53% pelaku usaha menengah membutuhkan keringanan tagihan listrik untuk usaha. “Sebenarnya yang dibutuhkan untuk membangkitkan usaha mikro, adalah modal usaha ini adalah hasil dari beberapa survei,” katanya.

Eddy menilai, hingga saat ini kebijakan bantuan yang diberikan pemerintah sudah tepat sasaran. Dia mengaku telah mempersiapkan berbagai upaya yang akan dilakukan jika PPKM diperpanjang, termasuk perlunya optimalisasi fokus bantuan dan PEN.

Sementara Direktur Bisnis Penjaminan , PT Jaminan Kredit Indonesia (Jamkrindo), Suwarsito mengatakan, Jamkrindo telah menjamin kredit modal kerja (KMK) pemulihan ekonomi nasional (PEN) sebanyak Rp17,49 triliun hingga Juni 2021 dari 1,05 juta UMKM.

Diakui Suwarsito, jumlah plafon yang dijamin meningkat 102,90% dari akhir 2020 yang Rp8,62 triliun. Dari total penjaminan yang diberikan itu, hingga Juni 2021 Jamkrindo berhasil membukukan imbal jasa penjaminan Rp2,28 triliun atau naik 93,22% dari Rp1,18 triliun di 2020.

Selain itu, tujuan dari penjaminan program PEN, untuk melindungi, mempertahankan dan meningkatkan kemampuan ekonomi para pelaku usaha sektor riil dan sektor keuangan dalam menjalankan usahanya. “Harapannya adalah di masa pandemi ini UMKM tetap eksis, tetap bisa menjalankan kegiatan usahanya,” tutur Suwarsito.

Untuk mendukung agar UMKM tetap eksis pelaku usaha pembiyaan financial technology (fintech) pun sangat berperam dalam permodalan. Menurut Yefta Surya Gunawan CEO Esta Kapitalkontribusi industri fintech dalam penyaluran kredit secara keseluruhan sangat besar.

Ia memperkirakan sebanyak Rp 10 triliun per bulan, dana digulirkan oleh industri fintech untuk usaha, menambah modal usaha ataupun membangun usaha baru dan bukan konsumtif. Apalagi saat ini ada 124 perusahaan fintech yang terdaftar di Otoritas Jasa Keuangan (OJK), 67 di antaranya telah mendapatkan izin per Juni 2021.

Diakui Yefta, Esta Kapital merupakan perusahaan yang telah mengantongi ijin OJK dan fokus pada pengembangan UMKM. Saat ini telah mempertemukan 2000 pemodal dengan lebih dari 30 ribu pengguna di seluruh Indonesia. “Sudah 100 milyar lebih pencairan pinjaman yang kami lakukan, dengan tingkat kelancara pinjaman sampai dengan 98,95%,” katanya.

UMKM merupakan sumber pertumbuhan ekonomi Indonesia yang harus terus dibina dan dikembangkan. Agar UMKM naik kelas, menurut Piter Abdullah, Riset CORE Indonesia, ada 3 langkah pendekatan yang bisa dilakukan lembaga pengembang usaha mikro dan perbankan untuk mendukung UMKM yaitu dengan karateristik UMKM yang tidak bankable walaupun feasible (layak), bisa diatasi dengan upaya memberikan pelatihan dan pendampingan.

Kemudian dengan melakukan pendekatan kelompok. Hal ini dilakukan agar risiko penyaluran bantuan modal, kredit, atau pun pembiayaan akan semakin kecil jika ada lebih banyak orang yang berkomitmen untuk menanggungnya. Selain itu, dengan memberikan bantuan penjaminan dari pemerintah. Tujuannya agar pembiayaan di usaha mikro dan kecil bisa berjalan lancar. Sedangkan, lembaga pemerintahan seperti Jamkrindo bisa membantu UMKM untuk memberikan jaminan pembiayaan.


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved