Business Research Trends zkumparan

Wajah Baru Pegadaian untuk Meningkatkan Jumlah Nasabah

Direktur Utama PT Pegadaian, Sunarsa.

PT Pegadaian (Persero) sebagai BUMN yang memberikan pelayanan pada masyarakat sangat concern dengan ekuitas dan aset perusahaan.

Menurut Direktur Utama Pegadaian, Sunarso, terkadang di beberapa BUMN seperti Pegadaian, pemegang saham tidak mengharapkan laba, karena didorong untuk fokus di pelayanan pada masyarakat sebagai agent of development.

Sunarso menjelaskan kondisi keuangan Pegadaian saat ini sangatlah baik. Total asetnya terus meningkat dari 2015 sebesar Rp39,158 triliun, naik menjadi Rp46,874 triliun di 2016 dan Rp48,687 triliun di 2017. Alhasil, CAGR (Compound Annual Growth Rate) mencapai 11,5% dengan pertumbuhan aset tiap tahun 5,5%. Di kuartal pertama 2017, aset Pegadaian telah mencapai Rp50,313 triliun. “Contohnya, ketika kami menargetkan laba Rp3 triliun, pemegang saham bilang tidak usah, yang penting jumlah nasabahnya naik,” jelasnya.

Seperti diketahui aset dibentuk oleh pinjaman dan ekuitas. Ekuitas Pegadaian pun naik secara signifikan. Di 2015 ekuitasnya Rp12,5 triliun, naik menjadi Rp16,477 triliun (2016) dan Rp 18,210 triliun (2017). Pada Maret 2018 telah menyentuh Rp18,935 triliun. “Pertumbuhan ekuitas Pegadaian per tahunnya mencapai double digit 10,9%. Jika Pegadaian adalah bank, kami sudah bank buku tiga,” ungkapnya.

Sedangkan untuk laba perusahaan juga terus meningkat tiap tahun. Laba setelah pajak tahun 2015 mencapai Rp1,938 triliun dan di tahun berikutnya (2016) naik menjadi Rp2,210 triliun dan Rp2,514 triliun di 2017. Pada kuartal I – 2018, laba tercatat Rp725 miliar dengan pertumbuhan laba per tahun 20% meskipun masih menanggung misi pelayanan pada masyarakat.

Menurut Sunarso, Pegadaian dari sisi kinerja keuangan sangat sehat. “Sangat likuid, sangat profit, sangat solvable, karena debt to equity ratio Pegadaian baru 1,7 kali, padahal berdasarkan peraturan Otoritas Jasa Keuangan lembaga pembiayaan non-bank boleh mengembangkan ekuitas atau kapitalnya hingga 10 kali,” jelasnya.

Kinerja penyaluran pinjaman Pegadaian pun sangat bagus. Sejak tahun 2015 pinjaman Pegadaian (outstanding loan) naik terus dari Rp30,99 triliun, naik menjadi Rp35,47 triliun (2016), Rp36,88 triliun (2017), pada kuartal pertama 2018 ini bahkan sudah menyentuh Rp38,33 triliun. Pertumbuhan tiap tahun outstanding loan naik 5,5% dengan CAGR 9,1% tumbuh selama 3 tahun (2015-2018). Untuk menjaga kinerja terbaiknya, Sunarso telah menyiapkan blueprint transformasi baru Pegadaian sebagai target jangka panjangnya.

Untuk target jangka pendek, ia menargetkan pada tahun 2018 laba Pegadaian naik menjadi Rp2,7 triliun dari tahun lalu yang hanya Rp2,5 triliun. Tapi target yang terpenting yang harus dicapai Pegadaian adalah menambah nasabahnya hingga 2 juta di 2018. “Nasabah Pegadaian tahun lalu sudah mencapai 9,5 juta, jadi pada akhir tahun ini akan mencapai 11,5 juta,” ungkapnya.

Lalu, untuk mencapai target tersebut, strategi pertama adalah meningkatkan digitalisasi proses bisnis melalui Pegadaian Digital Services MobileAapp. Registrasi Pegadaian Digital Services sudah mencapai 137.954 sejak diluncurkan April 2018. Kedua, meningkatkan jangkauan layanan dengan menambah gerai dan keagenan. Targetnya tahun ini Pegadaian akan mencapai 6.000 agen dan Mei 2018 sudah mencapai 5.667 agen. “Tapi yang terpenting bukan sekadar jumlah agen yang banyak, namun juga agen yang efektif,” imbuhnya.

Strategi ketiga, memperluas produk dengan meluncurkan gadai tanpa bunga, Rahn tanah, layanan berbasis fintech. Keempat, strategi yang diterapkan adalah dengan meningkatkan kenyamanan layanan di gerai. Kelima, revitalisasi gudang dan logistik. Semuan strategi ini sebagai pelayanan prima kepada nasabah.

Transformasi sebagai target dan strategi jangka panjang Pegadaian sangat lekat dengan pengembangan human capital. Saat ini karyawan Pegadaian untuk organik 13.200 orang, selain itu mempekerjakan pegawai alih daya 12.700 orang. “Transformasi ini didorong sejak saya masuk, karena melihat tantangan dan tren industrinya,” tuturnya.

Transformasi ini dipengaruhi oleh perubahan perilaku masyarakat terhadap emas dan gadai dan peluang pertumbuhan bisnis baru. Selain itu, dimungkinkannya model bisnis baru untuk kebutuhan pelanggan dengan berkembangnya digital serta tantangan regulasi yang berubah. Perkembangan teknologi digital dan informasi ini direspon Pegadaian dengan melakukan transformasi.

“Transformasi kami ini sudah ditekankan berkali-kali di dalam dan keluar. Pertama, transformasi akan sukses jika jelas apa yang ditransformasikan, Kedua, harus ada pemimpin yang menggerakkan (transformative leader). Ketiga, seluruh anggota tim menghendaki. Keempat, transformasi harus bergantung pada sistem, bukan pada siapa,” jelas Sunarso.

Kekuatan Pegadaian adalah kecepatan. Tantangannya, kredit berbasis fiducia, yang tidak harus menyerahkan barang sebagai jaminan. Begitu juga tantangan datang dari pinjaman berbasis teknologi atau fintech. “Mimpi kami setelah transformasi ini, Pegadaian akan menjadi The Most Valueable Finance Company in Indonesia. Mimpi lainnya adalah Pegadaian ingin menjadi bagian dari inklusi keuangan Indonesia, terkait social value,” tegasnya.

Untuk branding Pegadaian, Sunarso juga sudah menyiapkan agar Pegadaian tidak lagi bercitra hanya pergadaian, dan berubah menjadi finance company. Bagi Sunarso, nasabah Pegadaian yang datang tidak hanya yang memiliki masalah keuangan, tapi juga karena ingin berinvestasi, menyimpan emas bisa puluhan kilo. “Profilnya ke depan makin muda usianya. Maka itu, datang ke Pegadaian harus nyaman,” jelasnya.

Sunarso lalu mengambil langkah dengan mentransformasi gerai Pegadaian dengan gaya coffee shop masa kini. Di beberapa tempat di Indonesia, gerai Pegadaian berubah menjadi The Gade Coffee, total sudah ada 14 gerai. “Di tempat yang sama kami sampaikan produk-produk Pegadaian dan mereka dapat langsung transaksi,” ceritanya.

Gerai pertama dibuka di Kebayoran Baru Jakarta dan gerai yang baru saja berubah menjadi The Gade Coffee adalah di Bali, sebelumnya Manado, Makassar, Bogor, Bekasi, Yogja, Bandung, dan Balikpapan.

Reportase: Herning Banirestu

www.swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved