Trends zkumparan

Wujudkan Kemajuan Koperasi melalui Digitalisasi Ekonomi

Salah satun agenda Rakernas DPP IKA-IKOPIN yaitu menggelar diskusi panel bertema “Peluang dan Tantangan pada Era Digitalisasi dan Persaingan Global”. Diskusi tersebut menghadirkan sejumlah tokoh nasional sebagai pembicara, antara lain, Dr Burhanuddin Abdullah MA (eks Menko Perekonomian/Gubernur BI/Rektor IKOPIN), Dr Mochtar Riady (Chairman and Owner Lippo Group), Prof Dr Sri Edi Swasono (Guru Besar FE UI), serta Drs H Muhammad Sukri (Waketum Dekopin).

Menurut Ketua Umum DPP IKA-IKOPIN Adri Istambul Lingga Gayo, memasuki tahun keempat dan kelima Pemerintahan Jokowi-JK, koperasi harus dikembalikan pada perannya sebagai soko guru perekonomian di Indonesia. Dengan demikian, keberpihakan pemerintah nampak jelas untuk menempatkan koperasi menjadi soko guru dalam sistem perekonomian nasional.

Adri menambahkan koperasi wajib menguasai paling tidak tiga sektor strategis yang menguasai hajat hidup orang banyak yakni pangan, papan dan kesehatan. Selain itu, pemerintah harus turut campur tangan menjaga kestabilan pasokan melalui penguasaan atas sektor yang sangat strategis ini. Penyediaan kebutuhan pangan tidak boleh diserahkan pada orang per orang atau swasta lewat mekanisme pasar, melainkan harus diberikan hak pengelolaannya kepada bangun usaha koperasi.

Dengan memberdayakan badan hukum yang berjiwa koperasi, menurut Adri akan mempersempit mata rantai pangan dari petani ke masyarakat sebagai konsumen sehingga harga pangan bisa lebih murah karena meminimalisir permainan tengkulak.

Selain pangan, Indonesia juga mempunyai masalah besar dalam penyediaan hunian layak huni untuk masyarakat menengah bawah. Saat ini kekurangan (backlog) perumahan sudah mencapai lebih dari 14 juta unit. “Kita butuh terobosan berani untuk mendorong penyediaan perumahan rakyat melalui Koperasi Produksi Perumahan yang selain menjadi developer juga diberdayakan untuk memasok bahan material bagi pengembang rumah subsidi sehingga biaya produksi rumah rakyat lebih terkontrol,” kata Adri.

Selain itu, juga mendorong tumbuhnya Koperasi Jasa Kesehatan Indonesia (KJK-Indonesia). Saat ini layanan kesehatan hanya terjangkau oleh sebagian kecil masyarakat saja. Sementara, mayoritas masyarakat tidak memiliki akses kepada layanan rumah sakit yang baik dan lengkap. Koperasi Jasa Kesehatan dapat mengambilalih peran tersebut dengan menyediakan fasilitas rumah sakit yang lengkap dan sangat memadai, namun dengan biaya yang sangat murah sehingga menjamin pemerataan kesempatan bagi masyarakat memperoleh layanan kesehatan.

Ardi mencontohkan, di Denmark misalnya tidak ada tempat untuk konglongmerat di sektor pertanian, peternakan, perikanan dan usaha usaha yang berhubungan dengan hajat hidup orang banyak. “90 persen pangsa pasar produk pertanian, peternakan dan perikanan serta kaitannya dikuasai oleh badan Usaha koperasi. Sebagian sisanya dikuasai oleh usaha kecil menengah (UKM). Dari hulu sampai hilir dikuasai oleh koperasi, bukan hanya semua produk susunya ditampung oleh Koperasi, tapi masalah kesehatan ternak pun diurus oleh Koperasi,” kata Ardi.

Sri Edi Swasono, Guru Besar Universitas Indonesia, berpendapat bila koperasi ingin kuat dan kokoh dasarnya kebersamaan dan gotong royong melalui konsep triple co, yaitu co-ownership (ikut serta dalam kepemilikan bersama), co-determination (ikut serta menentukan kebijakan perusahaan) dan co-responsibility (ikut serta bertanggungjawab).

Mochtar Riady, Chairman and Owner Lippo Group, pun sependapat bahwa koperasi dasarnya adalah sharing economy yang identik dengan semangat kebersamaan. Apalagi di era digital economy, koperasi harus siap menyesuaikan diri terhadap perkembangan teknologi. “Bila koperasi di Indonesia ingin maju, prinsipnya bagaimana bisa mewujudkan kesejahteraan anggota koperasi melalui digital economy. “Saya yakin koperasi Indonesia mampu menjadi besar,” katanya.


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved