Marketing zkumparan

Mereka Berbicara tentang Destinasi Super Prioritas

Dalam Rapat Terbatas Kabinet pada 15 Juli 2019, Presiden Joko Widodo menetapkan lima destinasi super prioritas untuk mempercepat pertumbuhan pariwisata Indonesia. Kelima destinasi tersebut adalah Borobudur (Ja-Teng), Mandalika-Lombok (NTB), Labuan Bajo (NTT), Danau Toba (Sum-Ut), dan Likupang (Sul-Ut). Seperti apa rencana pengembangan destinasi super prioritas tersebut?

Rizki Handayani, Deputi Pengembangan Pemasaran I Kementerian Pariwisata

Pengembangan destinasi bisa dilakukan oleh orang lain, tetapi pemasaran/promosi harus dilakukan oleh Kemenpar. Karena itu, untuk tahun 2020, kami mengalokasikan bujet besar untuk promosi destinasi super prioritas. Pemasaran nantinya tidak hanya bicara tentang pemasaran wilayah otoritatif kami, tetapi wilayah yang lebih luas, di mana atraksi wisata/destinasi yang menunjang perkembangan destinasi super prioritas akan kami promosikan. CAGR (Compound Annual Growth Rate) kita pada 2014-2018 sebesar 14%, artinya strategi branding kami berhasil. Di tahun 2014 dan 2015, kami memang melakukan branding besar-besaran, sehingga meningkatkan citra dan jumlah wisatawan.

Pada 2020 kami mengalokasikan Rp 608,3 miliar untuk lima destinasi super prioritas. Deputi Pengembangan Pemasaran (DPP) I Rp 330,48 miliar dan DPP II Rp 277,80 miliar. Di DPP I bujet kami ada Rp 1,12 triliun sehingga anggaran untuk destinasi prioritas tersebut sekitar 23%. Ini nilai yang besar. Jadi, kami harus menyusun konsep pemasaran yang terarah agar uang ini kembali menjadi uang. Jadi, yang kami perlukan adalah duduk bersama dengan teman badan otoritas dan pemerintah daerah, membicarakan lebih rinci arah pengembangan pariwisata, dan siapa yang akan kami sasar dalam rangka strategi pemasaran. (*)

Ni Wayan Giri Adnyani, Deputi Bidang Pengembangan Industri dan Kelembagaan Kementerian Pariwisata

SDM merupakan penentu perubahan. Apa yang terjadi di lima destinasi super prioritas ditentukan oleh SDM yang unggul. Strategi dan program Deputi Bidang Pengembangan Industri dan Kelembagaan di lima destinasi tersebut memiliki tiga fokus, yaitu pengembangan SDM, masyarakat, dan industrinya. Di SDM, kami ingin tenaga kerjanya profesional, tersertifikasi –paling tidak standar ASEAN (MRA TP)– dan mengikuti pelatihan SDM. Untuk masyarakat, Kemenpar menekankan pentingnya kebersihan, sehingga diadakan Gerakan Sadar Wisata dan Aksi Sapta Pesona. Di industri, Kemenpar melakukan sertifikasi usaha standar ISO, ASEAN dan SNI (Standar Nasional Industri).

Sebenarnya di lima destinasi super prioritas ini sudah kami lakukan untuk sertifikasi kompetensi dan pelatihan dasar SDM kepariwisataan bagi guru dan mahasiswa. Sama halnya di tahun 2020, kami juga terus melakukan itu, tetapi ada beberapa destinasi yang kami sesuaikan dengan kebutuhannya. SDM itu tantangannya besar, termasuk SDM ASN (aparatur sipil negara) yang ada di destinasi itu. Karena, bagaimanapun, mereka berada di destinasai pariwisata, mereka juga harus siap, baik di Dinas Pariwisata maupun di instansi lainnya. Contohnya, Kantor Imigrasi, ketika wisman datang ke bandara, akan berhadapan dengan imigrasi.

Tahun ini, total 70 ribu orang ditargetkan telah tersertifikasi, dan tahun 2020 75 ribu orang. Kami upayakan tahun depan paralel dengan infrastruktur, sehingga fasilitasnya selesai dan SDM-nya juga sudah siap. Dan, perlu diingat, tantangan untuk SDM akan terus bergulir karena mengikuti perkembangan zaman. (*)

Edy Rahmayadi, Gubernur Sumatera Utara

Sasaran strategis destinasi super prioritas adalah pengembangan destinasi pariwisata yang berbasis ecotourism, peningkatan sadar wisata di masyarakat, serta promosi dan pemasaran wisata. Berdasarkan negara asal wisman tahun 2018, jumlah wisman Malaysia tercatat sebanyak 137.692 orang atau naik 13,5% dibanding 2017. Singapura sebanyak 18.256 orang atau naik 7,4% dari 2017. Tiongkok sebanyak 8.352 orang atau naik 3,3% dari 2017. Evaluasi kami, wisman yang datang tahun ini ke Danau Toba, tahun-tahun berikutnya tidak datang lagi. Jadi, berganti orang, sehingga kita bisa ambil kesimpulan bahwa orang masih kurang berkenan datang ke Danau Toba.

Strategi tahun 2020 dalam mencapai target 1 juta wisman di antaranya branding Sum-Ut sebagai destinasi wisata, penyelenggaraan event bertaraf internasional (festival religi, kuliner, budaya, sport tourism, MICE —meeting, incentive, conference and exhibition), serta peningkatan wisata melalui pemetaan kebutuhan wisatawan. Kemudian, digitalisasi wisata melalui penyediaan aplikasi digital yang berisi informasi atraksi (alam, budaya, buatan), aksesibilitas (pesawat, kapal, bus), amenitas (hotel, resto, bank, rumah ibadah, cenderamata); serta interaksi pelaku wisata (penyedia jasa pariwisata) di wisata unggulan Sum-Ut dan peningkatan kualitas SDM.

Yang terpenting adalah mindset manusianya untuk menjual alam yang sudah begitu indah, untuk membuat orang datang itu nyaman, men-treat tamu ini maunya apa. Itu edukasi yang akan kami lakukan. (*)

Ganjar Pranowo, Gubernur Jawa Tengah

Pemerintah Pusat memberikan target kepada Pemerintah Daerah Jawa Tengah untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dari 5,32% di tahun 2018 menjadi 7% di tahun 2023, salah satunya melalui pengembangan sektor pariwisata. Tahun 2018, jumlah kunjungan wisnus 48.943.607 orang, sementara wisman 677.168 orang. Berdasarkan data, destinasi paling populer di Ja-Teng adalah Borobudur. Kini Pemerintah Pusat telah menetapkan Borobudur sebagai destinasi super prioritas, dan Pemda Ja-Teng juga fokus pada empat Kawasan Strategis Pariwisata Nasional di Ja-Teng, meliputi Borobudur, Karimunjawa, Sangiran, dan Dataran Tinggi Dieng.

Dalam pengembangannya, Pemda Ja-teng melakukan percepatan realisasi Integrated Tourism Master Plan Ja-Teng dan Yogyakarta, peninjauan kembali Perpres 58/2014 KSN Borobudur dan Perpres 70/2014 RTR (Rencana Tata Ruang) Kawasan Taman Nasional Merapi, penataan daya tarik wisata melalui dana alokasi khusus bidang pariwisata, peningkatan kualitas SDM pelaku pariwisata dan event wisata unggulan, serta peningkatan sarana dan prasarana pendukung pariwisata (terminal cruise, bandara, jalur penerbangan domestik dan internasional). Selain itu, juga mengembangkan akses Yogyakarta International Airport ke Borobudur.

Yang paling banyak harus dibenahi adalah ekosistem pariwisata, sehingga jika semua support, ini tidak sulit, terutama bila bicara Borobudur. Infrastruktur itu, jika direncanakan, peluangnya besar untuk terelisasi. Akan tetapi, yang harus dilakukan adalah membangun ekosistem pariwisata Borobudur, misalnya bicara sejarahnya, arsitekturnya, teknisnya, religi yang ada di sana, termasuk destinasi pendukungnya. Akan menjadi sia-sia kalau ekosistemnya tidak mendukung. Ini merupakan bagian perilaku kita yang ada di sekitarnya: harus peduli dan aware, serta hospitality-nya harus bagus. (*)

www.swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved