Trends zkumparan News

Kesiapan Airfast Menggarap Potensi Nomadic Tourism

CEO PT Airfast Indonesia, Arief Wibowo (kiri) dan Menteri Pariwisata RI, Arief Yahya.

Nomadic tourism atau dikenal dengan wisata embara adalah kegiatan wisata di tempat-tempat pedalaman yang minim aksesibilitas dan akomodasi.

Sesuai dengan namanya nomadic, jenis wisata ini dapat berpindah-pindah atau tidak permanen dan cocok dikembangkan di daerah yang memang belum tersedia akomodasi secara lengkap. Tren nomadic tourism sedang tumbuh di beberapa negara atas kebutuhan leisure experience wisatawan saat ini

Jenis wisata ini tengah dicanangkan oleh Kementrian Pariwisata RI. Menurut Waizly Darwin, Staf Ahli Kemenpar yang membidangi nomadic tourism, tren wisata saat ini telah berubah drastis. Kebutuhan wisatawan yang akan leisure experience begitu besar, lebih dari sekedar travel sebagai komoditas. “Jadi sekarang orang lebih suka mencari dan mendapatkan pengalaman yang unik, beda, anti-mainstream, dan Instagramable,” tegas Waizly.

Baginya, konsep nomadic tourism dapat menciptakan destinasi wisata baru. Dari sisi akses, untuk menjangkau daerah yang menjadi nomadic tourism dapat menggunakan helikopter sebagai pilihan. Menurut CEO PT Airfast Indonesia, Arief Wibowo, konsep ini cukup brilian dan memberikan ide untuk mendukung konsep tersebut dalam penyediaan seaplane untuk destinasi terpencil di Indonesia. Airfast mendapat inspirasi dari program ini karena memiliki target pasar yang spesifik dan unik, niche market.

Secara operasional, Airfast melayani penerbangan charter. “Jadi kami akan konsisten di charter business model untuk seaplane. Tetapi memang ini tidak mudah, karena banyak yang harus diperhitungkan,” ujar Arief. Kerja sama dengan pihak yang cocok dengan model bisnis Airfast akan dapat berjalan secara maksimal. Investasi dalam bidang ini cukup mahal. Maka dari itu, seaplane ditargetkan untuk high-end customer dan niche market.

Saat ini rute penerbangan yang dilayani oleh Airfast dengan mengembangkan aksesibilitas seaplane ke Pulau Bawah, yang terletak di Kepulauan Anambas. Nomadic tourism dipersiapkan sejak 6 bulan terakhir dengan rute potensial pada kepulauan wilayah Timur Indonesia seperti Maluku dan Halmahera. Selain itu, Kepulauan Riau menjadi wilayah potensial yang akan dijajaki Airfast. “Pengoperasian seaplane masih sangat jarang di Indonesia. Banyak potensi yang dapat dikembangkan untuk jalur seaplane di Indonesia,” ungkapnya.

Regulasi dari aspek keselamatan penerbangan, pengoperasian di perairan, serta perangkatnya sedang dilakukan penyempurnaan oleh Airfast. Arief melihat Indonesia sebagai negara kepulauan yang memiliki pulau eksotis dapat menjadi unexplored potential market. Potensi ini yang dapat menjadi kekuatan ke depannya. Untuk meningkatkan potensi ini, Airfast berusaha berkonsolidasi untuk menciptakan simplifikasi regulasi dari Kementerian Perhubungan, Kementerian Kelautan & Perikanan, dan Kementerian Pertahanan.

Upaya ini dilakukan Airfast untuk mempercepat proses dalam mengoperasikan penerbangan di kawasan perairan dan memudahkan perizinan seaplane.

Reportase: Jeihan Kahfi Barlian

www.swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved