Youngster Inc Youngster Inc. Entrepreneur zkumparan

Eatlah dalam Dua Tahun Kembangkan 14 Gerai

Bisnis makanan di Indonesia, utamanya Jakarta, makin menarik. Gerai simpel dengan makanan yang bisa dinikmati sambil bergerak kini menjadi tren. Salah satu yang mengembangkan gaya ini adalah Eatlah.

Konsep bisnis makanan siap saji ini dikembangkan oleh tiga anak muda berusia dibawah 30 tahun. Meski baru 2 tahun sudah mengembangkan sayap di 14 lokasi, termasuk Semarang dan Bandung.

“Kami ingin seperti Yoshinoya, resto makanan asal Jepang yang mendunia,” ujar Charina Prinandita, salah satu pemilik dan pendirinya saat pembukaan gerai ke-14 Eatlah di Gandaria City Mall Jakarta (03/08/2018). Eatlah didirikan pada Juni 2016 dengan konsep makanan siap saji yang menyediakan makanan sehat sehari-hari yang sederhana namun lezat. Menu andalan Eatlah adalah nasi hangat yang disajikan dengan telur mata sapi dan ayam goreng renyah yang dibalut dengan bumbu telur asin, yang menurut Charina makanan sederhana yang tidak bisa salah di lidah kita.

Diceritakan Charina, bersama dua rekannya Riesky Vernandes (26 tahun) dan Michael Chrisyanto (30 tahun) Eartlah didirikan tiga sekawan ini selepas menyelesaikan kuliahnya. “Saya dan Rizky kuliah di Singapura, sedang Michael di Universitas Pelita Harapan Jakarta. Di Singapura, kami merasakan dan melihat tren makanan salted egg chicken yang fenomenal di sana, cita rasanya itu justru mengingatkan kami pada rasa masakan Indonesia. Dan ketika kami pulang, kami yakin makanan siap saji ini cocok untuk pasar Indonesia,” tutur wanita 27 tahun ini. Dibukalah gerai pertama di Pantai Indah Kapuk Jakarta Utara dengan masing-masing pendiri menyetor modal Rp 15 juta.

Mengambil nama Eatlah agar mudah dikenal karena berarti sangat simpel: Makanlah, lanjut Charina, merupakan ciri khas Singapura dimana setiap kata sering ditambahi kata ‘Lah”. “Meski demikian, kami memilih semua bahan yang lokal dan sangat khas Indonesia, baik dari ayam hingga saus bumbu yang digunakan,” imbuhnya.

Charina bercita-cita untuk menjadi merk lokal yang disukai oleh semua orang dengan segala jenis umur. Harga yang kami berikan cukup terjangkau sehingga kami dapat mengajak semua lapisan masyarakat untuk dapat merasakan cita rasa yang baru dan unik dan juga mengkonsumsinya sehari-hari layaknya makanan cepat saji yang lain.

“Makanan luas areanya, bisa mengembangkan dari sisi menu, dan bisnis ini bisa menjangkau semua kalangan. Makanya Eatlah pun diset sebagai makanan yang masih terjangkau dengan harga mulai dari Rp 35 ribu per boks reguler,” ungkapnya. Mengambil bisnis makanan selepas kuliah, Charina dan teman-temannya beralasan, karena mereka meyakini bahwa bisnis makanan itu tidak akan habis, selama orang butuh makanan. Apalagi sekarang makanan bagian dari rekreasi.

“Kami ingin menjadi makanan siap saji khas Indonesia yang bisa memasuki pasar luar negeri. Kita mau memperkenalkan suatu produk buatan Indonesia, yang dicintai dan disukai oleh anak-anak Indonesia yang nantinya dapat bersaing dengan makanan luar lainnya,” tuturnya. Seperti restoran Yoshinoya asal Jepang, yang kini sudah ada di Indonesia, merupakan makanan Jepang siap saji dan dapat diterima lidah masyarakat dunia.

Eatlah bisa dideskripsikan sebagai merk yang cenderung santai, kasual dan menyenangkan. “Disetiap outlet kami memilih namanya dari nama dari nama kota yang digabung dengan nama makanan. Beberapa nama cabang kita adalah Eatlah Chickago, Tokyolk, New Fork, San Franchicko,”ujarnya.

Dengan kompetitor yang terus bertambah, produk yang bagus tidak cukup untuk membedakan sebuah merk. Yang membedakan Eatlah adalah visinya yaitu, membangun sebuah brand Indonesia yang bisa memasuki pasar Internasional. “Kami percaya dengan branding yang tepat, produk yang baik dan kualitas yang dijaga, Eatlah bisa menjadi sebuah merek makanan yang diingat dan disukai oleh masyarakat Indonesia dan juga luar,” tambah wanita yang didapuk di marketing dan komunikasi Eatlah.

Sampai saat ini Eatlah memiliki 14 cabang di Jakarta, Bandung, Semarang dan dalam waktu dua tahun kedepan kami berencana berkembang menjadi 18 cabang di akhir 2018, termaksud berekspansi di luar kota lainnya seperti Surabaya dan Bali.

“Kuncinya jaga kualitas, walau sudah banyak gerai Eatlah, kualitas rasa yang enak harus terjaga. Makanya kami sampai sekarang belum tertarik franchise semua masih dikelola sendiri. Kami melihat banyak pemain di bisnis makanan mengalami penurunan karena konsistensi rasa tidak terjaga. Kami tidak mengandalkan desain interior yang bagus, tapi pada rasa dan layanan,” jelasnya sambil menyebut sebagian besar gerainya saat ini sudah balik modal.

www.swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved