Youngster Inc. Entrepreneur

Coffee Combi, Berjualan Kopi Secara Mobile

Oleh Admin
Coffee Combi, Berjualan Kopi Secara Mobile

Umurnya memang baru 22 tahun, tapi gagasan bisnis seorang Rahadika Widya Nugraha cukup menjanjikan. Ia bersama dengan sang kakak, Edwin Widya Perdana, merintis bisnis kopi yang berjalan (mobile). Uniknya, bisnis kopi ini dijalankan dengan menggunakan mobil klasik VW Combi.

Usaha Coffee Combi yang dirintis Rahadika Widya Nugraha bersama dengan kakaknya, Edwin Widya Perdana.

“Coffee Combi adalah Coffee Shop Mobile. Coffee Combi merupakan sebuah konsep coffee shop yang belum pernah ada sebelumnya karena menggunakan mobile concept. Kami adalah pionir coffee shop mobile di Indonesia,” sebut Rahadika kepada SWA Online, baru-baru ini.

Dia bercerita, latar belakang ia dan kakaknya mendirikan usaha Coffee Combi ini berawal dari kecintaan mereka terhadap kopi. Mereka keranjingan dengan minuman jenis cappucinno. Hampir setiap akhir pekan, mereka berkeliling dari satu kedai kopi ke kedai kopi lainnya. Dari pengalamannya menelusuri berbagai kedai kopi, ia dan sang kakak berpandangan bahwa karakter penjualan kopi hampir sama di semua tempat. Yakni kedai kopi berada di sebuah bangunan, seperti mal, dan harga yang dipasang pun tergolong mahal. Berangkat dari kondisi itu, tercetuslah sebuah ide yaitu menjual kopi secara berjalan. Artinya, kedai kopi tidak menetap di suatu tempat, dan dijual dengan harga terjangkau.

“Dari situlah kami melihat peluang bisnis yang belum tersentuh yakni membuat coffee shop yang berada di outdoor dan range harganya relatif murah,” tambah Rahadika.

Peluang bisnis itu pun ditampilkan lulusan Universitas Padjajaran ini dengan memakai mobil jenis VW Combi tahun 1973. Mobil itu kebetulan tidak lagi digunakan sehingga dimanfaatkan sebagai sarana penjualan kopi. Ia bilang, persiapan awal usaha Coffee Combi ini terbilang lama. Dibutuhkan waktu hampir satu tahun untuk memodifikasi interior dan eksterior mobil hingga membeli perlengkapan yang dibutuhkan. “Total biaya awal yang diperlukan kurang lebih Rp 50 juta,” lanjut dia yang juga sempat berbisnis clothing online shop bernama Bingo Clothing ketika kuliah.

Dijelaskan dia, konsep berjalan digunakan sebagai upaya jemput bola dalam memasarkan produknya. Adapun minuman kopi yang mereka jual berasal dari kopi di berbagai daerah di Indonesia, seperti Toraja, Aceh, hingga Flores. Minuman kopi yang dijual pun langsung dari biji kopi yang diolah dengan mesin kopi. “Bukan kopi sachet yang banyak dijual di masyarakat. Selain itu, kami menjual minuman non-coffee seperti ice blended dan variety tea yang berkualitas,” terang Rahadika.

Usaha Coffee Combi yang berdiri pada tanggal 27 November 2011 ini baru hanya ada di kota Bandung. Mobil yang digunakan pun baru ada satu mobil. Biasanya, mobil ini mangkal di tempat parkir kampus ITB, Bandung. Rencananya, usaha yang menyasar anak muda usia 16-28 tahun ini akan dikembangkan di kota Bogor.

Rahadika berpandangan bisnis ini cukup menjanjikan. Penjualan minuman biasanya 35-50 cup dalam satu hari pada hari kerja. Sedangkan pada hari libur, penjualan bisa mencapai 50-70 cup dalam satu hari. Omset per bulan pun bisa mencapai Rp 15 juta. Karena itu, ia pun yakin usahanya ini akan balik modal dalam waktu dua tahun. “Mudah-mudahan akhir 2013 atau awal 2014, sudah balik modal,” tutur dia.

Dia pun menegaskan, mobil VW Combi tidak sulit untuk dicari. Apalagi Rahadika terdaftar sebagai anggota komunitas VW di Bandung sehingga membantu kalau ingin mencari mobil serupa untuk mengembangkan Coffee Combi. Harga mobil klasik ini pun tidak mahal. “Harga VW itu fluktuasi tergantung kondisi mobil. Ya sekitar 25-40 juta per unit,” imbuhnya.

Hanya, kata dia, usaha Coffee Combi ini tak semulus yang dibayangkan. Ada tantangan yang muncul seperti masalah tempat dan plagiarisme. Mengenai tempat, anak muda ini berujar, di beberapa spot untuk berjualan, mereka pernah dihadang oleh preman-preman yang menguasai daerah tersebut. Akhirnya, mereka pun harus membayar sejumlah uang agar dapat berjualan di tempat itu.

Sedangkan untuk masalah plagiarisme, hal ini mulai muncul saat enam bulan awal Coffee Combi berdiri. Ia berpendapat, masalah ini timbul kemungkinan karena banyak orang yang telah melihat Coffee Combi merupakan konsep yang unik serta sudah banyak diliput oleh beberapa media sehingga akhirnya membuat orang-orang tertarik untuk membuat kedai kopi berjalan yang serupa. Bagi Rahadika dan kakaknya, itu sebenarnya tidak masalah. Malah mereka bangga karena dapat menginspirasi orang-orang dalam menciptakan bisnis.

Yang menjadi masalah, lanjut dia, adalah ketika ada orang yang mencatut nama merk Coffee Combi dan mengaku bahwa mereka adalah Coffee Combi yang asli. “Itu yang agak membuat kami merasa dirugikan. Oleh karena itu kami mengambil langkah untuk segera mematenkan merk dagang Coffee Combi ke HAKI dan sedang diurus hingga sekarang,” tandasnya. (EVA)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved