Youngster Inc. Entrepreneur

Danu Sofwan, Sang Radja Cendol yang Tahan Banting

Danu Sofwan, Sang Radja Cendol yang Tahan Banting

Danu Sofwan, CEO PT JHD Randol Visi Utama dan pendiri Radja Cendol (Randol), dibesarkan dari keluarga yang berkecekupan. Segala kebutuhan dipenuhi ayahnya. Bahkan, Danu dibelikan mobil saat dirinya itu masih duduk di bangku SMP. Segalanya berubah 360 derajat ketika bisnis kontraktor yang dimilikinya ayahnya mengalami bangkrut di tahun 2005. Dua tahun kemudian, Danu hidup sebatang kara karena ayahnya meninggal dunia. Anak ketiga dari empat bersaudara ini memutar otaknya untuk menafkahi keluarga. “Saya menjadi tulang punggung keluarga. Saya terbiasa hidup dimanjakan orang tua, harus mencari uang sendiri,” kenang Danu.

Danu hanya menggondol ijazah SMA. Dia terpaksa tidak melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi karena tidak memiliki biaya yang cukup. Danu berbisnis sepatu. Usahanya itu bangkrut karena tertipu rekan bisnisnya. Pria kelahiran Tasikmalaya, 20 Agustus 1987 ini tak menyerah untuk menjajal bisnis-bisnis lainnya. Kali ini dia membuat es cendol yang dikemas lebih modern yang dirintisnya dua tahun silam. Sayang, uang yang tersisa di dompetnya hanya sebesar Rp 500 ribu dari jumlah total dana yang dibutuhkan untuk membuat satu gerai yang senilai Rp 7-8 juta. “Untuk membuat outlet itu, saya mencicil untuk membeli perlengkapannya,” katanya.

Danu Sofwan, CEO PT JHD Randol Visi Utama. (Foto : Twitter @danu_sofwan)

Danu Sofwan, CEO PT JHD Randol Visi Utama. (Foto : Twitter @danu_sofwan)

Untuk menambal kekurangan dana, Danu mencari nafkah dari pengamen, supir dan kuli pasir. “Saya sempat menjadi kuli pasir di Cianjur yang dibayarRp 50 ribu per minggu,” ucapnya. Dia mengumpulkan penghasilannya sebagai kuli pasir. Setelah dananya cukup, Danu membeli perlengkapan tambahan lainnya, seperti tenda agar gerai es cendolnya itu terlihat keren. Randol, demikian nama merek produk Danu, beroperasi untuk pertama kalinya pada 23 Juni 2014. “Outlet Randol yang pertama berlokasi di Pondok Kelapa, Jakarta Timur,” sebut Danu. Es cendol bikinan Danu laris manis. “Keesokan harinya saya sudah bisa balik modal,” ungkapnya.

Beberapa terobosan Danu untuk mempromosikan Randol adalah memberikan nama yang unik dan nyeleneh di menu-menunya. Contohnya, Alpundol (Alpukat cendol), Si Andol (Isi astor cendol), Kejendol (Keju en cendol, Si Bondol (Isi bulat oreo cendol), Si Tondol (Isi Tobleron cendol), Sundel Bolong (Tiramisu pake cendol boleh dong), Barbie Doll (Strawberry cendol), dan Si Queen Doll (Silverqueen cendol). Danu berencana membuat menu es cendol terbaru ke depannya. “Saya masih akan bereksplorasi dengan cendol. Saya ingin membuat keripik cendol yang sudah dikembangkan dalam satu terakhir ini. Saya ingin Randol merajai pasar kuliner di Indonesia,” tuturnya dengan nada optimistis.

Danu saat dikenal sebagai pemegang waralaba Randol yang jumlah gerainya mencapai 780 unit di berbagai daerah. Sebanyak 10 gerai dari jumlah total gerai itu dimilikinya. “Sisanya franchise. Saya membuat model franchise karena ingin mencetak pengusaha. Kami mengatur jarak jarak antara outlet Randol, masing-masing berjarak 3-5 km agar tidak saling bersaing,” ujarnya. Untuk biaya waralaba, Danu mengutip Rp 2,5 juta untuk dua tahun dan setelah itu panglima hanya cukup membayar 50% dari harga paket waralaba dan tidak dikenai tambahan biaya. Para mitra Randol umumnya mencapai titik impas selama 2-3 bulan dengan asumsi penjualan 60 cup/hari. Supaya konsumen tidak bosan, Danu dan timnya merilis 1-2 sajian baru per enam bulan. Tak lupa, Danu sudah mematenkan merek Randol dan rajin menggelar aneka kampanye pemasaran bersama para mitra. Sedangkan omzet Randol mencapai miliaran rupiah dalam setahun. (*)

Reportase : Maria Hudaibyah Azzahra


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved