Youngster Inc. Entrepreneur

Kiat Bisnis Perhiasan Swarovski Dua Sejoli

Kiat Bisnis Perhiasan Swarovski Dua Sejoli

Batu kristal belakangan kerap menjadi pilihan favorit bagi mereka yang mendambakan penampilan mewah dan elegan. Tak heran, tren penggunaannya cukup populer di industri fashion dan aksesori perhiasan. Di dunia sendiri, merek Swarovski besutan Daniel Swarovski, telah menjadi merek yang mengglobal dan digandrungi banyak peminat. Banyak desainer menggunakan kristal Swarovski untuk meningkatkan daya tarik dalam mengkreasikan karya mereka.

Maharani Ruth dan Almaciga Tjondro

Maharani Ruth dan Almaciga Tjondro

Melihat peluang usaha di bisnis perhiasan berbahan dasar Swarovski inilah, pasangan Maharani Ruth dan Almaciga Tjondro tak tinggal diam. Tahun 2010, keduanya mulai menjalankan bisnis yang bergerak di bidang perhiasan berbahan dasar Swarovski. Beberapa produk yang dijual, antara lain, kalung, gelang, liontin dan anting. Mereka punya dua merek yang menaungi hasil produknya, AR Signature sebagai lini utama, dan AR Hestia sebagai merek lini kedua dengan kisaran harga Rp 700 ribu hingga belasan juta. AR Signature punya ciri khas fullhandicraft dengan desain yang lebih rumit, sedangkan AR Hestia lebih pada item sederhana yang komponen pendukung utamanya titanium dan stainless steel. “AR Signature desainnya jauh lebih kompleks dan perlu waktu pengerjaan lebih lama, sehingga harganya relatif lebih tinggi. Sementara AR Hestia desainnya lebih daily use, jadi harganya lebih terjangkau,” tutur Alma.

Dua sejoli sejak semasa kuliah itu bisa dibilang berani dan nekat ketika terjun ke bisnis perhiasan Swarovski. Mereka menjual semua investasi di bidang logam mulia dan saham yang sebelumnya dijalankan. Total dibutuhkan dana Rp 50 juta ketika mulai merintis AR Signature. Teknik pembuatan perhiasan pun dipelajari secara otodidak lewat YouTube, dan tanya pada orang-orang. Kebetulan, sejak SMP Ruth memang suka membuat kerajinan tangan, jadi tidak canggung mempelajari hal tersebut. “Pembagian tugasnya, Ruth yang bertugas mendesain dan saya lebih di bagian pemasaran,” ia menambahkan.

Lewat hasil kerja kerasnya saat itu, AR Signature dan Hestia perlahan mulai dikenal khalayak. Setiap bulan rata-rata omset mencapai Rp 80-100 juta. Mereka telah menjadi partner branding resmi Swarovski. Padahal, di awal merintis usaha, mereka mendapat pasokan dari distributor Singapura. Kepercayaan dari Swarovski untuk menjadi partner branding tidaklah didapat dengan mudah. Mereka harus menunjukkan konsistensi bisnis hingga desain yang tidak sekadar asal jiplak dan pasang.

AR Signature dan Hestia, ia mengklaim, punya orisinalitas dalam desain. Mereka menolak permintaan konsumen yang memesan barang sekadar untuk meniru merek besar lainnya. “Awalnya kami dipandang sebelah mata oleh Swarovski, lama-kelamaan mereka melihat merek kami bertahan dan serius. Maka, dari Swarovski pusat di Austria ditunjuklah Swarovski Indonesia untuk kontak kami,” ujar pria kelahiran Juli 1988 ini.

Kemitraan tersebut membantu secara bisnis untuk meningkatkan kepercayaan. Seluruh produk yang dijual dijamin keasliannya, yakni hanya menggunakan elemen Swarovski. Kebetulan, menurut Alma, di Indonesia masih jarang pemain yang membuat sendiri perhiasan dengan Swarovski. Sebaliknya, untuk keperluan industri fashion banyak. “Jadi waktu awal membangun bisnis ini, kami melihat dulu siapa kompetitor kami, dan ternyata di Indonesia untuk perhiasan tidak ada. Kalau untuk baju banyak kompetitornya,” Alma menuturkan.

Sejauh ini, pemasaran AR Signature lebih banyak menggunakan media sosial, bazar dan strategi dari mulut ke mulut. Hampir setiap bulan mereka selalu mengikuti bazar yang diadakan di mal besar Jakarta. Cara ini, menurut Alma, lebih ampuh daripada beriklan. Ia pernah mencoba memasang iklan di Internet dan majalah, tetapi tidak efektif dan kurang mendapatkan umpan balik. “Kami telah coba iklan, tapi tidak berhasil untuk bisnis perhiasan. Kami harus cari orang-orang yang memang hobi dengan perhiasan, terus kami konsen di sana,” ungkapnya.

Pemilihan jenis bazar pun, lanjut Alma, sangat penting untuk mendongkrak penjualan. Menurut pengalamannya, tidak semua bazar bisa memberikan kontribusi yang bagus bagi bisnis AR Signature. Tahun pertama ikut bazar misalnya, AR Signature merugi lantaran masih meraba-raba atau survei, bazar mana yang bisa memberikan kontribusi positif. “Kami catat bazar mana yang bagus, di tahun selanjutnya kami lebih selektif, kami ambil bazar yang oke saja,” kata Alma lagi.

Dua sejoli ini tidak ingin terlalu gegabah dengan menginvestasikan banyak dana dari segi pemasaran. Mereka lebih mengoptimalkan potensi yang ada, agar harga jual pun tidak langsung naik membubung tinggi. Aktivitas branding lewat media sosial, seperti Facebook, Instagram, situs, dan Twitter, saat ini cukup berkontribusi. Lagi pula, AR Signature pernah mencoba membuka toko di Plaza Indonesia, dan punya pengalaman yang kurang baik. “Kebetulan saat itu kondisi pasar lagi buruk, ditambah lagi malnya sedang direnovasi hampir semua lantai, sehingga toko sepi karena faktor tersebut. Akhirnya kami fokus di online,” Alma bercerita.

Dari segi media sosial, AR Signature memang punya banyak pengikut. Di Instagram misalnya, akunnya @arsignature punya lebih dari 1.700 pengikut, begitu pula dengan Twitter @arsignature_com yang memiliki lebih dari 2 ribu pengikut. Terpenting saat ini, menurut Alma, bagaimana menjaga kualitas produk untuk kesinambungan pasar. Jangan sampai AR Signature menjadi money-oriented sehingga melupakan kualitas. ”Jangan sampai harganya makin tinggi tapi kualitasnya makin jelek,” Alma menegaskan.

Stefani Gustan, salah satu pelanggan AR Signature, merupakan contoh pelanggan yang terinformasi lewat media sosial. Ia mengaku mengenal produk ini melalui Instagram. Stefani merasa tertarik membeli karena harganya terjangkau, memiliki banyak variasi, dan melayani pesanan kustomisasi. “Kira-kira sudah beli di sana lebih dari lima kali, pelayanannya cukup memuaskan. Semoga tiap tahun keluar model baru terus,” ujar Stefani

Sri Niken Handayani & Ananda Putri

Riset: M. Khoirul Umam

BOKS:

Profil Singkat

Nama merek:

AR Signature dan AR Hestia

Bidang bisnis:

Perhiasan yang didesain dengan menggunakan elemen Swarovski

Pendiri: Maharani Ruth (kelahiran tahun 1991) dan Almaciga Tjondro (kelahiran tahun 1988)

Omset:

Rp 80-100 juta per bulan

Strategi pemasaran:

Media sosial, bazar, dan dari mulut ke mulut


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved