Youngster Inc. Entrepreneur

Nathalia Sunaidi, dari Hipnoterapi Banting Setir Bisnis Properti

Nathalia Sunaidi, dari Hipnoterapi Banting Setir Bisnis Properti

Setelah 11 tahun menjadi hipnoterapis, Nathalia Sunaidi (34 tahun) akhirnya banting setir ke bisnis properti. Apa pasal? “Setelah saya bekerja dan mengumpulkan uang, saya tidak ingin jadi sia-sia. Lalu saya pelajari tentang saham, tapi rasanya tidak cocok dan kurang berjodoh, terus saya coba masuk ke ranah properti,” ungkap Nathalia kepada SWA di Anomali Café, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.

Nathalia Sunaidi

Nathalia Sunaidi

Saking seriusnya ingin berbisnis properti, Nathalia sampai-sampai menghipnotis diri sendiri agar mantap menjadi pengusaha properti. Usahanya tak sia-sia. Melalui PT Rotterdam Properti, PT Properti Bali Benoa dan PT Samara Dana Properti, ia sukses membesut sejumlah proyek properti seperti Rotterdam Residence 1-5 di Bekasi, Rotterdam Business Center di Tangerang, Benoa Bay Sand di Tanjung Benoa Bali, Calabasas Residence dan Birmingham Residence di Bekasi.

Nathalia memulai bisnisnya pada 2010. Proyek pertama yang dibesutnya adalah Rotterdam Residence 1 di Jati Asih, Bekasi, dengan bendera PT Rotterdam Properti Group. Dengan tampilan yang wah, 26 unit rumah tipe 32 m2 dan 40m2 berharga Rp 300 jutaan per unit itu ludes dalam tempo 10 hari saja. Sejak itu, dia makin mantap di bisnis barunya.

Namun, Nathalia kini memakai bendera PT Samara Dana Properti (SDP). “Sebab, dulu di Rotterdam saya bekerja sendiri. Nah, yang sekarang di Samara Dana ini saya berkolaborasi dengan banyak pihak,” ungkapnya.

Sistem kerja sama dengan para investor tersebut berupa bagi hasil keuntungan. Misalnya, jika ada pemilik lahan yang bersedia bekerja sama dengan Nathalia, si pemilik lahan dapat untung dari penjualan tanah yang sesuai dengan harga pasar. “Dia juga dapat belajar tentang developer secara langsung dan tentunya mendapatkan sharing profit dari pembangunan propertinya. Karena nama saya yang dipercaya oleh bank, maka saya yang punya peranan cukup besar dalam sistem kerja sama ini,” papar lulusan komputerisasi akuntansi dari Universitas Bina Nusantara itu.

Nathalia optimistis, properti yang dibangunnya akan laku karena memberikan nilai terbaik bagi konsumen. “Seperti perumahan Bondi Residence di Jati Asih yang dibangun dengan satu setengah lantai tapi harga yang kami berikan harga satu lantai mulai dari Rp 400 juta. Dan konsepnya pun dibuat dengan dominasi kaca. Anda tahu sendiri harga kaca itu mahal, tapi prinsip saya ingin selalu memberikan kualitas yang high dengan desain mewah tapi harga tetap murah,” katanya menguraikan dengan bersemangat.

Dia juga memberikan aneka hadiah penjualan kepada tim penjualnya berupa kitchen set dan tiket perjalanan ke Korea Selatan. “Tentu semuanya sudah dilakukan dengan perhitungan yang matang. Dengan pemberian seperti itu pun saya masih mendapat untung besar, jadi kenapa saya harus pelit? Keuntungan menjadi developer itu sangat besar,” katanya semringah.

Nathalia mengaku, bisnisnya pernah menemui sejumlah tantangan. Di antaranya, tentu yang terkait bahan baku utama bisnis properti, yakni tanah. Ia pernah membebaskan tanah dan telah mendapat pengesahan notaris. Namun tiba-tiba ada pihak yang mengklaim tanah tersebut. “Pihak tersebut hanya iseng dan ingin mendapat bagian. Untungnya saya wanita, jadi saya bisa menyelesaikannya dengan lembut dan tegas,” ujarnya.

Tantangan lainnya adalah pihak pembangun rumah alias kontraktor. Lantaran kerap kesulitan mendapatkan kontraktor yang bisa dipercaya, Nathalia akhirnya membesut divisi kontraktor sendiri agar mampu mengontrol penuh kualitas bangunannya.

Selain itu, ia melakukan semacam praktik lindung nilai dengan cara membeli di muka kebutuhan besi untuk proyeknya. “Instrumen paling mahal di rumah adalah besi. Jadi, kontraktor bisa membeli besi ke saya dengan harga wajar sesuai pasar. Ini bukan soal saya serakah mengambil banyak bagian, tapi demi menjaga kepercayaan pelanggan dan kualitas produk,” tuturnya.

Meski sangat keras dan tegas dalam bekerja, Nathalia mengaku tak lupa berbagi dengan sesama. Setiap dua bulan sekali, ia mengajak stafnya berkunjung ke panti asuhan. “Karena saya ingin menanamkan kepada staf saya bahwa setiap apa yang kami dapatkan itu ada jatah bagi orang yang membutuhkan. Setiap yang kami dapat harus ada yang kami berikan,” ucapnya menguraikan.

Soal omset, dia menunjuk apartemen dan kondotel Benoa Bay Sand di Tanjung Benoa, Bali. “Proyek apartemen dan kondotel di Bali di atas lahan seluas 2,1 ha, omset yang saya dapat sebesar Rp 1,2 triliun. Yang jelas, semakin besar proyeknya, omset yang didapat semakin besar,” ujarnya.

Ia menargetkan tahun ini merilis 10 proyek baru. “Sudah ada dua proyek yang sold out, dan dalam waktu dekat ada dua proyek baru yang sudah dieksekusi tanahnya,” ungkapnya.

Ali Tranghanda, Direktur Eksekutif Indonesia Properti Watch memberikan apresiasi atas sepak terjang Nathalia. “Menurut saya, langkah dan gebrakan SDP dalam pendekatan pasar sudah cukup bagus, apalagi yang disasar adalah kalangan kelas menengah-bawah,” tuturnya.

Strategi Natahlia yang mewajibkan kontraktornya membeli besi ke SDP pun dinilainya mampu mengatasi masalah spekulasi harga besi yang biasanya menimpa para pengembang perumahan. Selain itu, rencana pembentukan divisi kontraktor internal SDP pun dinilai Ali cukup tepat. “Itu lebih efisien. Bahkan, yang sekarang terjadi banyak pemain di ranah kontraktor beralih sebagai developer,” kata Ali.

Ali menyarankan, sebagai pendatang baru di bisnis properti, Nathalia perlu belajar dari para pemain properti kawakan. “Jika ingin memfokuskan pada kualitas mewah dengan harga yang murah, yang perlu diperhatikan adalah tidak mengandalkan penjualan kepada para investor sebagaimana yang dilakukan pada segmen kelas atas, tapi langsung menyasar pada end customer menengah sebagai investornya,” saran Ali.

BOKS:

Nama: Nathalia Sunaidi

Lahir: Jakarta, 5 Januari 1981

Profesi:

= Pendiri dan CEO PT Rotterdam Properti

= Pendiri dan Direktur Pemasaran PT Properti Bali Benoa

= Komisaris PT Samara Dana Properti

Pencapaian:

Membangun Rotterdam Residence 1-5 di Bekasi, Rotterdam Business Center di Tangerang, Benoa Bay Sand di Tanjung Benoa Bali, Calabasas Residence dan Birmingham Residence di Bekasi.

Eddy Dwinanto Iskandar dan Syukron Ali

Riset: Rizki Faisal


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved