Youngster Inc. Entrepreneur

Pasutri Kembangkan Fashion untuk Buah Hati

Wempi Januar dan Shabrina, pemilik bisnis fashion Sabine and Heem.
Wempi Januar dan Shabrina, pemilik bisnis fashion Sabine and Heem.

Terdengar seperti merek asing, Sabine and Heem benar-benar merek asli Indonesia. Merek fashion lokal khusus untuk produk bayi dan anak ini dibangun pasangan suami-istri, Wempi Januar dan Shabrina yang akrab disapa Bina. Berdiri pada Desember 2018, usaha ini berawal dari ketertarikan Bina-Wempi untuk membangun bisnis sendiri.

Berkonsep charming, classic, and timeless, koleksi Sabine and Heem memang terlihat menarik dan cocok digunakan dalam berbagai momen dan aktivitas sehari-hari si kecil. Mengusung konsep “Creating happy childhood memories”, Bina-Wempi ingin menawarkan memori indah masa kecil anak. Koleksi produknya diharapkan menjadi bagian dari memori indah masa kecil anak. Terinspirasi dari kedua anak mereka, merek fashion ini juga memiliki arti “anak yang ceria dan penuh perjuangan”.

Namun, layaknya pebisnis yang mendirikan bisnisnya dari nol, Bina dan Wempi pun mengalami jatuh-bangun dalam membangun Sabine and Heem. Kegagalan pun tak luput dari perjalanan karier bisnis mereka. Sempat mengalami kebangkrutan pada Juni 2018, mereka tak pantang menyerah untuk mencoba peruntungan bisnis di industri berbeda. Kali ini mereka mencoba menggeluti dunia fashion anak, yang prospek bisnisnya cukup menjanjikan dan lebih mudah dieksekusi.

Bermodal Rp 5 juta yang merupakan sisa-sisa tabungan setelah jatuh bangkrut dan dengan segala pertimbangan, Bina dan Wempi pun mendirikan Sabine and Heem. Walaupun tanpa latar belakang fashion ―Bina berlatar belakang desain interior dan Wempi di food & beverage― mereka nekat terjun ke industri fashion anak. Keduanya melihat ada peluang di pasar ini berdasarkan pengalaman pribadi mereka, yaitu di saat kesulitan mencari produk lokal untuk fashion anak dengan kualitas bagus dan harga terjangkau.

Pada saat awal didirikan, Sabine and Heem hanya dioperasikan oleh kedua pendiri tanpa adanya karyawan untuk meminimalkan biaya operasional dan memaksimalkan biaya produksi. Saat ini mereka sudah memiliki lebih dari 10 karyawan, dengan omzet Rp 187 juta setiap bulan.

Wempi dan Bina bukan tanpa alasan memilih pakaian anak-anak sebagai fokus bisnis mereka. Menurut mereka, tiga tahun lalu belum banyak merek lokal anak yang menawarkan harga terjangkau dengan model yang bervariasi serta memiliki kualitas yang baik. Saat itu, mayoritas pasar lebih fokus pada konsep full print dan warna yang cerah.

Adapun produk impor menawarkan harga yang lebih murah dan desain yang unik daripada produk lokal. Ini yang menjadikan produk impor lebih disukai pelanggan. Sungguh sangat disayangkan, sebab banyak produk lokal yang memiliki kualitas bagus dan harga yang sepadan.

Sisi lain yang menarik perhatian Wempi, 24,5% penduduk Indonesia adalah anak umur 0-4 tahun. Artinya, ada peluang bisnis yang cukup besar yang tampak di depan mata. “Itulah yang menjadi salah satu pertimbangan kami memilih mendirikan bisnis fashion anak. Kebutuhan fashion anak yang menawarkan produk dengan kualitas terbaik dan konsep earthy dan casual belum banyak pada saat itu,” ungkapnya.

Kelebihan Sabine and Heem dibandingkan merek lain yaitu model dan bahan yang digunakan. Untuk bahan, merek ini menggunakan cotton combed, linen, katun, rib, corduroy, jins, dan jenis bahan lainnya. Tak hanya itu, bahan yang dipakai untuk setiap produk juga telah dipilih secara selektif sehingga nyaman saat dipakai anak, tidak bikin gatal ataupun gerah, serta tahan lama.

Sabine and Heem juga menyediakan berbagai macam aksesori, dari kepala hingga kaki dengan beragam style yang tidak kalah menarik. Selain itu, kelebihannya: ada cerita di balik setiap koleksi yang diluncurkan.

Pertumbuhan bisnis Sabine and Heem berada di jalur yang cukup positif. Awalnya, berhasil meraup untung Rp 18 juta per bulan. Dan di akhir 2020, yang awalnya dikira akan terjadi penurunan keuntungan karena pandemi, Sabine and Heem berhasil meraup keuntungan hingga Rp 187 juta per bulan.

“Bisa dikatakan pertumbuhan bisnis kami naik hingga 10 kali lipat sejak Sabine and Heem didirikan dengan hanya memiliki 10 karyawan,” kata Wempi yang kini sudah membuka offline store di Central (Grand Indonesia) dan Buiboo (Kota Kasablanka).

Dalam melahirkan produk Sabine and Heem, Bina-Wempi selalu melakukan riset pasar mengenai apa aja yang diinginkan konsumen. Berangkat dari hal itu, mereka terus berupaya menginovasi produk sesuai dengan yang diinginkan dan dibutuhkan konsumen. “Kami mengeluarkan desain yang memiliki sentuhan unik yang tidak pasaran dan dapat digunakan apa pun musimnya,” kata Bina.

Menariknya, koleksi Sabine and Heem diberi nama-nama jenaka, seperti Owawaga, Bobo, Senang, SKJ, dan Gembira. Agustus nanti, Wempi dan Bina memilih mengunakan nama-nama daerah, seperti Waerebo dan Rinjani.

“Untuk lima tahun ke depan, kami berharap produk kami bisa masuk pasar internasional dan kami dapat melakukan pengiriman ke luar negeri berdasarkan kebutuhan pasar di sana,” kata Wempi.

Selain itu, tentunya sebagai brand lokal, pihaknya ingin seluruh orang tua bangga menggunakan produk lokal untuk anaknya. Dari sisi bisnis, Bina-Wempi menargetkan pertumbuhan yang positif dan menargetkan revenue bisa mencapai 10 kali lipat dari revenue sekarang.

Optimisme tersebut bukan tanpa alasan. Menurut mereka, pandemi Covid-19 tidak mendisrupsi semua industri. Saat pandemi mulai terjadi di Indonesia (Maret 2021), bisnis yang mereka geluti memang sempat mengalami penurunan hingga 40%. “Namun, menjelang Ramadan 2021, tepatnya April 2021, perlahan-lahan bisnis kami kembali membaik hingga sekarang,” ungkap Bina.

Seperti umumnya bisnis rintisan yang dibangun milenial, kekuatan media sosial dan digital dimaksimalkan. Dalam membangun bisnis dan bangkit dari krisis akibat pandemi, Bina-Wempi antara lain membangun kampanye dengan tagar #CreatingChildhoodMemories. Harapan mereka, anak-anak Indonesia dapat menciptakan kenangan indah tak terlupakan.

Kampanye ini mereka gaungkan melalui medsos Sabine and Heem. Merek ini pun sudah tersedia di e-commerce besar, seperti Shopee, Tokopedia, dan Zalora, juga dipasarkan melalui Instagram. “Dan, di masa pandemi ini kami juga membuka kesempatan untuk para ibu rumah tangga yang ingin berbisnis untuk menjadi reseller,” kata Wempi. (*)

Dyah Hasto Palupi /Herning Banirestu

www.swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved