Youngster Inc. Entrepreneur Entrepreneur

Rachmat Almuarrif Angkat Potensi Wisata Makassar Lewat Brownies

Oleh Admin
Rachmat Almuarrif Angkat Potensi Wisata Makassar Lewat Brownies

Puluhan wirausaha muda berhasil dijaring oleh panitia ajang Wirausaha Muda Mandiri dan Mandiri Young Technopreneur 2013 sebagai finalis. Pemenangnya sendiri sudah diumumkan Rabu (15/1/2014) kemarin, di Istora Senayan, Jakarta. Mereka yang tidak menang, usahanya bukan berarti tidak patut diacungi jempol. Kegigihan mereka dalam merintis dan mengembangkan usaha patut diapresiasi dan diteladani.

Rachmat Almuarrif adalah salah satu finalis dalam ajang WMM 2013. Usaha yang kini ditekuninya yaitu oleh-oleh Makassar brownies pisang dengan merek Browcyl. Usianya baru 22 tahun, tapi usaha browniesnya sudah mencetak omzet yang cukup fantastis. rachmat brownies pisang makassar“Usaha ini berawal dari uang beasiswa. Saya sekarang masih kuliah di Universitas UIN Alauddin Makassar, semester 9. Insya Allah, tahun ini terakhir kuliah,” ujar Rachmat kepada SWA, di Jakarta, Rabu.

Seperti apa awalnya usaha ini berdiri?

Saya dapat beasiswa Rp 1,2 juta dari bank, terus mulailah usaha ini. Itu saya jadikan modal untuk membeli peralatan, seperti mixer. Di Makassar, makanan yang dijadikan oleh-oleh itu banyak, tapi masih tradisional, kayak pisang epe dengan kemasan yang biasa saja. Lalu, kenapa saya buat seperti ini? Jadi, kami buat orang merasa bangga ketika dia keluar dari Makassar, misalnya saat di bandara, menenteng kue brownies pisang khas Makassar, Browcyl.

Bisnis kue brownies sudah banyak, lantas apa yang ditawarkan oleh Browcyl?

Kami mengangkat sisi tradisional dan modern. Misalnya, dari kemasannya. Lalu, kue ini bahan bakunya itu pisang. Produk pun ada promosi wisata juga di kemasannya. Jadi, kami tidak sekadar jual produk. Ini sekaligus promosi tempat wisata di Makassar yang tidak pernah ada di televisi. Kalau dulu perangko yang kita koleksi, sekarang dus brownies.

Berapa harga kue brownies ini?

Harga satu kotak brownies itu mulai dari Rp 28 ribu hingga 37 ribu. Itu tergantung rasa.

Bagaimana pemasaran brownies Browcyl ini?

Awalnya, kami antar, kemudian kami jualan di mobil. Sudah 3-4 bulan jualan di mobil, kami diusir sama tukang parkir, sama satpam. Kalau hujan, ya hujan-hujanan. Kalau panas, ya panas-panasan. Alhamdullilah, Maret tahun lalu, kami putuskan untuk sewa tempat. Biayanya sampai Rp 50 juta per tahun. Untuk toko itu, kami mendapatkan pinjaman Rp 75 juta. Sekarang, usaha kami sudah satu tahun delapan bulan berjalan.

Saat ini, kami mempunyai toko dan tetap ada layanan pengantaran. Itu lebih memudahkan pelanggan. Kalau ada yang pesan dari bandara, kami antarkan. Kami tidak buat toko di bandara, tapi ketika orang telepon kami antarkan. Pesan dua dus bisa diantar. Berjualan di pinggir jalan juga tetap. Dan, ada reseller juga.

Toko kami ada di daerah kota. Dan, kalau ada event-event, misalnya hari ibu atau hari batik nasional, itu kami mengadakan diskon. Tapi, diskon itu, kami tidak ada beritahu di luar toko. Maksudnya, kalau pelanggan datang ke toko, akan diberi tahu sedang ada diskon. Jadi, kami bangun sisi emosional dengan konsumen.

Suka-duka dalam memasarkan produk, seperti apa?

Kami bersaing juga dengan produk brownies, seperti Amanda, yang dari luar Makassar. Pernah ketika dia jualan, saya jualan, dari jam 3 sampai jam 5, cuma tiga kotak yang laku. Sedangkan dia jualan dari jam 5 sampai jam 8, itu waduh. Kami berjualan sama-sama lewat mobil. Mobilnya mereka di belakang mobil saya. Saya pun bilang, “Inilah persaingan bisnis yang sebenarnya.” Tapi, akhirnya ada yang membedakan produk kami dengan produk mereka. Kami juga mengedukasi konsumen.

Berapa jumlah karyawan yang dipekerjakan?

Karyawan ada sepuluh orang. Kemarin itu, omzet usaha brownies ini tembus sampai Rp 80 juta dalam satu bulan. Sebanyak 80 persen karyawan saya adalah mahasiswa, adik kelas. Mereka kuliah tapi tidak punya modal. Ya, saya ajak, ayo kerja.

Dengan karyawan, kami melakukan pengembangan dengan cara pelatihan ESQ, atau kalau ada seminar-seminar kami ikutkan. Karyawan bukan hanya sekedar kerja, tapi ada pengembangan.

Sekarang, kami sedang melakukan pemberdayaan petani pisang. Di Makassar, minat masyarakat untuk menanam pisang itu nggak ada. Karena, ya katakan setahun itu baru tumbuh. Maksud kami melakukan ini lebih kepada mengontrol kualitas pisang dan stoknya. Agar usaha bisa lancar, maka harus ada suplai pisang yang tetap. Dan tidak sembarangan juga menggabungkan pisang dalam produk, takutnya eneg (tidak enak).

Apa target untuk tahun ini?

Target tahun ini, kami ingin membuat dua toko lagi, terus lebih banyak berjualan di mobil. Kami juga lebih fokus dalam layanan antar. Pokoknya, betul-betul melayani pelanggan. Sering juga kami kirim kue ke Balikpapan, Palembang, Jayapura. Sudah di mana-mana diminta, tapi saya bilang Browcyl cuma ada di Makassar. Kalau toh nanti mungkin ada di luar, itu bukan Browcyl, tapi satu core. Misal, di Jayapura banyak sayur, ada brownies sayur, tapi tetap Browcyl. Menggunakan satu resep. Ke depan, kami mau seperti itu.

Dan, pernah lihat kue yang bentuk pisangnya? Itu yang sekarang kami sedang kerjakan, dan ada brownies frozen. Maksudnya, dusnya bentuk pisang, dan kuenya juga bentuk pisang. Jadi, betul-betul ketika orang melihat kue, tanpa berpikir panjang melihat bahwa itu adalah brownies pisang. Ini rencana tahun ini.

Kami juga memperbaiki sistem pengantaran, dengan membuat member. Karena kami ini sering ditipu. Pernah disuruh mengantar 25 kotak, ternyata rumahnya tidak ada orang. Terakhir, kami antar kue ke sekitar Losari dengan kondisi hujan dan malam hari, eh.. Tapi, tidak apa-apa. Ini namanya proses. Hari ini, kami berdiri di sini, ini adalah proses. Bukan masalah kalah atau menang (Wirausaha Muda Mandiri). Ke depan, kami jadi pemenang sendiri di bisnis sendiri. (EVA)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved