Youngster Inc. Entrepreneur

Sepatu Kulit Ikan Besutan Ningsih

Sepatu Kulit Ikan Besutan Ningsih

Mencari nilai pembeda agar produk digandrungi pasar menjadi tantangan tersendiri bagi seorang pengusaha. Mewujudkannya pun tidaklah mudah. Namun, Ningsih terbukti bisa melampauinya. Ia sukses berbisnis sepatu dari kulit ikan, produk yang tergolong langka.

Ningsih

Awalnya, bukan hanya sepatu yang ia bisniskan di butiknya di Tangerang. Banten. “Ternyata, saat itu orang lebih interest dengan sepatu-sepatu desain kami. Akhirnya, kami persempit usaha kami dengan fokus ke sepatu,” ujar Ningsih. Sebelum memproduksi sendiri, ia sempat menyerahkan pengerjaan produknya (maklon) ke pihak lain selama tiga bulan. Kala itu, ia pun rajin mengikuti pameran. Dan, pada 2014 ia dikontrak eksklusif oleh Lotte Mart, sehingga tidak boleh menjual produknya yang bermerek Pineapple selain di Lotte Mart.

Agar tidak tersaingi sepatu-sepatu di seluruh dunia yang bagus dan keren, Ningsih mencoba putar otak dan mulai searching di Internet. Ia menentukan pilihan untuk membuat sepatu dari kulit ikan karena belum banyak yang menggarapnya. Untuk mengasah kemampuannya, ia berguru pada seorang profesor di Institut Pertanian Bogor yang ahli menyamak kulit ikan. Awalnya, pengrajin sepatunya sanksi dengan kulit ikan. Namun akhirnya, Ningsih mampu memproduksi sepatu dari kulit ikan.

“Kami coba pasarkan hampir satu tahun dan orang belum trust dengan sepatu kulit ikan kami ini. Ada yang bilang, takut amis-lah, bahannya tipis-lah, karena sebagian dari mereka berpikir bahwa ini bahan daur ulang,” kata Ningsih mengenang. Akhirnya, ia nekat mengikuti pameran di Hong Kong, Vietnam dan Jerman. Ternyata, pengunjung tertarik. Hingga akhirnya, ia mengikuti pameran di Indonesia dan mulailah orang tertarik membeli produknya. Saat ini penjualan sepatu kulit iklan ini dilakukan dengan cara customized, sesuai dengan pesanan pelanggan. Bahan baku ikannya beragam: kakap, lele, nila dan patin.

Produk yang dijual Ningsih juga semakin beragam. Selain sepatu pria dan wanita, juga ada baju, sendal, dompet, topi dan gantungan kunci. “Target pasar kami adalah middle-up. Kami juga rencananya mau coba masukkan ke dept. store, karena dulu saat dikontrak eksklusif oleh Lotte Mart, kami masih menjual sepatu dengan bahan baku biasa, belum yang dari kulit ikan,” ujarnya. Ia melihat potensi pasar sepatu kulit ikan ini sangat besar. “Di Indonesia, kami sudah menjual hampir ke semua daerah, dan mereka puas dengan apa yang mereka dapatkan sehingga mereka repeat order. Kami juga pernah ekspor sepatu kulit ikan ke Meksiko, Jerman dan Hanoi (Vietnam),” ucap Ningsih bangga.

Sekarang kapasitas produksinya 3.000 pasang sepatu per bulan; yang masih menggunakan sistem maklon 50%-nya. “Omset kami secara keseluruhan lebih dari Rp 100 juta per bulan. Paling banyak di bulan Maret dan akhir tahun karena keluar model baru, yang model lama dikeluarkan jorjoran. Kayak sekarang ada yang mau maklon sama kami 10 kodi per minggu,” kata Rini yang pernah bekerja di bidang periklanan selama tiga tahun.

Tahun depan, Ningsih akan membuka gerai barunya di Singapura. Ia pun tengah bersiap menyiapkan stok produk dari kulit ikan. “Januari 2017 di toko kami ini ada butik, laundry, sepatu tas, semprotan pewangi sepatu, hair dryer sepatu. Yang berkaitan dengan fashion akan ada di toko ini,” ungkapnya.(*)

Riset: Hana Bilqisthi


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved