Editor's Choice Youngster Inc. Entrepreneur

Terangnya Bisnis Lampu Kendaraan Besutan Hamdi

Terangnya Bisnis Lampu Kendaraan Besutan Hamdi

Melakukan proses retrofit projector lampu mobil atau motor sekaligus menjual produk retrofit bagi pelanggan (retrofer) atau reseller yang ingin melakukan proses retrofit sendiri menjadi bisnis utama Adim Garage. Tak hanya itu, Adim Garage juga memberikan layanan yang terdiri dari konsultasi, instalasi HID, poles mika lampu, blackhousing, dan fullwave motor. Produk yang dijual terdiri dari aftermarket High Intensity Discharged (HID) kit, bulb HID, ballast HID, projector, angel eyes, LED, relay HID atau kabel set, dll. Adim Garage juga merupakan distributor eksklusif The Retrofit Source LLC USA (theretrofitsource.com) yang mengawasi forum online terbesar di bidang pencahayaan otomotif, hidplanet.com.

Hamdi Adim Garage

Hamdi, pemilik & perintis bisnis lampu kendaraan Adim Garage

Adalah Hamdi, pemilik sekaligus perintis bisnis lampu kendaraan ini. Pria kelahiran 24 November 1988 ini mendirikan usahanya pada November 2011. Awalnya, ia hanya mengimpor kecil-kecilan produk lampu. Kemudian, ia jual di situs Kaskus. Ia mulai membesut bisnisnya itu kala ia mengambil studi S-2 Manajemen Bisnis di Universitas Bina Nusantara (Ubinus). “Jadi, pagi saya di bengkel, malam kuliah,” katanya.

Yang membuat dirinya tertarik pada bisnis ini, orang tuanya juga memiliki bengkel, tetapi bengkel mobil umum. “Di zaman kuliah saya memang suka bisnis yang berhubungan dengan lampu-lampu. Lalu, saya mulai mencoba pasang sendiri lampunya. Lama-lama, saya berniat mengembangkan pasar yang tergolong langka ini,” ujar lulusan S-1 Teknologi Informasi Ubinus ini.

Hamdi mengaku, sebelum membangun bengkel, ia lebih banyak bermain di online untuk menjual lampu. “Media sosial utama yang saya pakai dari dulu hingga sekarang cuma Kaskus. Makin lama keuntungan mulai meningkat, barulah bengkel ini dibuat. Meskipun bengkel fisik ini dibuat, tetap saja kami lebih besar di online,” ujarnya. Konsumen yang datang langsung ke bengkelnya memang jarang. Paling yang datang adalah konsumen dari Jakarta, Jawa Barat, dan paling jauh dari Lampung. Konsumen dari luar kota dan luar Pulau Jawa yang ingin lampunya diperbaiki biasanya mengirim barangnya ke bengkel Adim Garage. Setelah selesai, barang tersebut dikirim balik ke konsumen. “Presentase konsumen online 80% dan konsumen datang ke bengkel 20%,” ungkapnya.

Bimo Haryohutomo, pelanggan Adim Garage, merasa puas dengan layanan yang diberikan Hamdi. “Yang pasti saya suka adalah bengkelnya luas dan nyaman. Hamdi sendiri juga sangat informatif,” kata Bimo yang sudah tiga tahun menjadi pelanggan Adim Garage. Menurutnya, Hamdi sangat mengenal produk-produk lampu yang dijualnya. Adim Garage pun perfeksionis, sangat memperhatikan hal-hal kecil. Pengecatan yang hasilnya tidak sempurna, misalnya, pasti akan dilakukan pengecatan kembali.

Target pasar yang dibidik Adim Garage adalah kelas menengah-atas. Karena, harga yang ditawarkan lumayan tinggi, mulai dari Rp 2,8 juta untuk mobil dan Rp 1,5 juta motor per set. Harga tersebut sudah termasuk biaya pemasangan. Selain itu, mengambil kelas menengah-atas juga karena marginnya lebih tinggi dan barangnya lebih bagus. Menurutnya, jika mau masuk ke red ocean yang persaingannya benar-benar ketat melalui perang harga, akan membuatnya capek. “Kami mainnya sudah lama dan sudah punya nama, jadi mainnya di blue ocean saja,” cetus Hamdi. Selain itu, konsumen di pasar menengah-atas pun rela mengeluarkan uang banyak dan menempuh perjalanan yang jauh hanya untuk memodifikasi kendaraannya sendiri.

Hamdi memaparkan, modal awal Adim garage Rp 5 juta saja untuk jualan online, dan untuk pembuatan bengkel fisik, investasinya sekitar Rp 100 juta. Adapun omset bisnisnya saat ini tertinggi Rp 90 juta dan terendah Rp 40 jutaan dengan profit sekitar 20%.

Dalam menghadapi kondisi sulit saat ini karena banyaknya produk impor, Hamdi terus melakukan langkah wait and see. Pasalnya, daya beli konsumen juga sedikit menurun mengingat barang yang ditawarkannya bukan kebutuhan primer, melainkan tersier. Namun, ia berobsesi untuk terus mengembangkan bisnisnya hingga makin besar ke depan. (*)

Dede Suryadi dan Maria Hudaibyah Azzahra

Riset: M Khoirul Umam


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved