Youngster Inc. Entrepreneur

Vania Carmelina, Merajut Bisnis Sulam Alis

Vania Carmelina, Merajut Bisnis Sulam Alis

Sejak duduk di bangku kuliah, Vania Carmelina mantap memilih jalan hidup sebagai pengusaha. Karena itu, meski jatuh-bangun membesut aneka bisnis, ia tak pernah patah semangat. Terakhir, ia menjajal bisnis sulam alis. Tak dinyana, di bisnis kecantikan ini, ia berjodoh dan hingga kini sukses mengelola Vania Carmelina House of Beauty di Malang, Jawa Timur.

Alumni Program Studi Manajemen Bisnis Internasional di Universitas Ciputra Surabaya itu mencicipi dunia bisnis sejak duduk di semester II/2012. Kala itu, ia berpatungan dengan teman kuliahnya mendirikan bisnis kopi celup. Sayang, bisnisnya gagal karena kurang diminati pasar.

Suhariyanto dan Eddy Dwinanto Iskandar Riset: Hana BilqisthiTak mau menyerah, beberapa bulan kemudian Vania membesut bisnis baru, Curros, donat Spanyol. Ide bisnis ini muncul saat ia menjajal donat Spanyol saat berjalan-jalan di Australia. Sekembalinya ke Malang, ia coba-coba membuatnya di rumah dan memberikan sampelnya kepada keluarga dan teman. Mereka suka rasanya. Bersama lima teman perempuannya, ia menjajal kembali keberuntungannya di dunia bisnis. Lagi-lagi, bisnisnya gulung tikar. Vania mengaku, meski penjualan cukup baik, kesibukan kuliah membuat pengelolaan bisnis menjadi sulit. “Pada saat bersamaan, antarpendiri kebetulan sama-sama nggak enakan. Akhirnya, omset turun dan sepakat menutup,” tutur Vania kepada SWA di rumahnya di Jl. Simpang Tambora I/6, Malang.

Dua kali gagal berbisnis tak membuat dara kelahiran 18 April 1993 itu jera. Vania kembali putar otak. Kali ini ia mencoba penyewaan mainan anak. Dengan modal Rp 10 juta, ia membuka rental mainan anak di rumahnya. Setelah berjalan beberapa waktu, ia merasa perkembangan bisnisnya agak lambat. Maka, setelah lulus kuliah pada akhir 2014, ia melepas bisnis tersebut.

Selanjutnya, Vania yang tertarik pada dunia kecantikan melirik peluang sulam alis. “Saat itu lagi ngetren sulam alis. Saya kursus. Lalu, saya buka bisnisnya,” urainya. Sulam alis sejatinya hampir sama dengan tato. Dengan menggunakan alat sulam, jarum dan tinta herbal, praktisi sulam alis membuat garis-garis serupa rambut asli di lapisan kulit luar. Lantaran tidak sampai melukai lapisan kulit itulah hasil gambar alis hanya bertahan sekitar dua tahun.

Vania sangat serius menekuni bisnis barunya. Ia bahkan sampai kursus privat di Surabaya pada seorang pengajar sulam alis yang kerap datang dari Jakarta ke Surabaya. Selama tiga bulan dengan menghabiskan biaya hingga Rp 40 juta, ia tekun mengikuti petunjuk gurunya, langkah demi langkah. “Saya benar-benar belajar dari awal. Mula-mula gambar di kertas. Terus di kulit sendiri. Baru setelah itu praktik langsung ke orang lain,” ungkapnya.

Vania, yang merombak ruang tamu rumah keluarganya menjadi tempat praktiknya, bertekad memberikan kualitas terbaik kepada kliennya. Karena itu, ia memilih menggunakan teknik sulam alis manual menggunakan alat sulam, jarum dan tinta khusus. Ia tidak menggunakan alat sulam alis bertenaga listrik karena, menurut dia, hasil akhirnya tak sebaik teknik manual. “Pakai alat listrik itu awalnya tampak bagus. Namun, waktu ngelupas, gambarnya ngeblok (melebar), karena dengan alat listrik tusukannya lebih dalam. Sementara, kalau manual awalnya kan sudah ada garisnya, jadi saat mengelupas, garis tersebut tetap kelihatan, nggakngeblok,” kata Vania.

Teknik berbeda digunakannya untuk sulam bibir dan eye liner. “Saya juga menyulam bibir dan eye liner, yang ini harus listrik. Pakai manual nggak bisa. Karena kondisi kulitnya berbeda,” katanya.

Urusan tinta, ia memercayai produk tinta herbal dari Jerman. Ia menyediakan 10 warna tinta untuk alis dan bibir. Dari 10 warna itu pun bisa dicampur lagi hingga bisa menghasilkan paduan warna baru. Dengan kualitas tersebut, ia menjajakan jasanya dengan harga Rp 1,5 juta per perawatan, baik untuk jasa sulam alis, bibir maupun eye liner.

Untuk menjaring konsumen, Vania cukup gencar berpromosi. Ia pernah beriklan di Radio Cosmonita, Malang. Dengan membayar Rp 2 juta, jasanya diiklankan dua kali di siang dan sore hari, atau 60 kali dalam sebulan. “Rencananya, saya juga mau beriklan di Radio Suara Surabaya,” ujarnya.

Vania pun kerap memberikan promo. Saat momen perayaan ulang tahun Kota Malang ke 101 April lalu, ia memberikan promo cash back sebesar Rp 200 ribu dan menggratiskan biaya retag. “Retag ini buat mempertegas lagi hasil sulaman alis setelah 2-3 minggu, karena biasanya tintanya memudar,” tutur Vania yang mampu menggaet 30 pelanggan per bulan.

Ke depan, Vania bercita-cita membuka salon yang khusus melayani perawatan kecantikan dan make-up dengan menggunakan pekerja yang profesional. “Melalui salon itu, saya mau buka kursus. Kalau ada yang cocok, bisa kami rekrut. Kami akan buka salon dan kursus di Surabaya dan Malang,” ungkapnya penuh semangat.(*)

Suhariyanto dan Eddy Dwinanto Iskandar

Riset: Hana Bilqisthi

================================

Nama : Vania Carmelina

Lahir : 18 April 1993

Pendidikan : Program Studi Manajemen Bisnis Internasional, Universitas Ciputra Surabaya

Jabatan : Pendiri dan pemilik Vania Carmelina House of Beauty

Bidang bisnis : Jasa sulam alis, sulam bibir dan eye liner

Alamat praktik : Jl. Simpang Tambora I/6, Malang, Jawa Timur

Prestasi : Menggaet 30 klien per bulan


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved