Youngster Inc Youngster Inc. Entrepreneur zkumparan

Perjalanan Gianti Membesarkan Gigi Art of Dance

Gianti Giadi, Pendiri Gigi Art of Dance

Mewujudkan passion sejak kecil butuh ketekunan dan kerja keras. Ini dibuktikan Gianti Giadi dengan mendirikan Gigi Art of Dance sebuah studio tari di Jakarta Selatan.

Ia sudah jatuh cinta pada seni tari dan musik sejak kecil. Passion-nya yang besar pada seni tari ia seriusi dengan melanjutkan kuliah di Singapura di Lasalle College of Arts dan berhasil lulus dengan gelar BA (Hons).

“Nama Gigi itu sebenarnya judul musikal, soalnya Mamaku suka sekali dengan musikal itu dan kalau punya anak perempuan mau diberi nama Gigi,” jelasnya. Sang Ibu, seorang penari tradisional Sunda, kemudian menurunkan talenta dan passion-nya kepada Gigi kecil, yang mulai belajar menari di usia 4 tahun,” kata wanita kelahiran 5 Oktober 1985.

Sejak itu Gigi kerap tampil di berbagai acara bersama ibunya, bahkan ketika SMP ia sudah mulai mengajar tari. “Ternyata seru juga ya ngajar nari. Waktu itu jadi punya penghasilan sendiri dari dance dan jadi berpikir seru juga ya kalau bisa menari untuk cari pemasukan, extra uang saku,” imbuhnya.

Walau tetap tekun menari, ketika SMA, Gigi sempat bingung akan melanjutkan sekolah ke mana setelah lulus. “Saya makin serius menari dan mempelajari modern dan jazz dance,” tuturnya. Namun akhirnya ia memilih tetap di jalur tari, atas saran ibunya, menekuninya lebih serius dengan melanjutkan sekolah di Lassale Collage of Arts Singapura dan berhasil lulus dengan gelar BA (Hons). Ia sempat ditawari untuk mengajar di almamaternya dan beberapa sekolah lain di Singapura selepas S1.

Diceritakan Gigi, sehari setelah lulus [D3], ia langsung dapat kerja di Attitude Performing Arts Studio, Singapura. “Aku jadi guru dan kordinator kelas, tetapi karena baru lulus, aku juga bisa ikut kelas gratis dan training jadi penarinya. Aku jadi staf administrasi, beresin studio, bersihin kamar mandi, nari juga, dan bikin acara juga. Aku jadi tahu administrasi dan silabus. Aku bekerja hampir setahun sebelum kemudian melanjutkan ke S1 dan aku belajar kalau buka studio itu ternyata seperti ini,” katanya.

Menurut Gigi, penari yang profesional itu jika ditekuni banyak jalur karirnya, hal ini dia ketahui setelah kuliah di Lasalle. “Dari situ aku percaya bahwa menari bisa dijadikan karir dan tidak sedangkal ‘kita hanya menari saja.’ Misalnya kita juga bisa belajar otot mana yang digunakan untuk menari. Jadi kita bisa jadi dokter yang spesialis dance injury. Kemungkinan kariernya banyak, bukan hanya menari di atas panggung. Misalnya suka technical theatre, kita bisa jadi lighting designer atau set designer,” jelas Gigi.

Sepulang ke Tanah Air, Gigi mendirikan Gigi Art of Dance, Gigi Dance Company dan Gigi Foundation bagi anak muda Indonesia yang memiliki passion yang sama dengan dirinya.

Ia ingin studio tari bukan sekadar sanggar tari. Gigi ingin lebih dalam mengembangkan seni tari melalui studio tari yang didirikannya. “Selama ini yang belajar nari di sanggar, masuk kelas, belajar dan keluar lagi. Tidak ada in-depth learning. Jadi aku ingin membuka rumah bagi anak-anak yang kreatif bisa berkumpul, berkarya lebih daripada sekedar belajar teknik di kelas. Jadi ada kelas diskusi dan kegiatan kemping untuk anak-anak yang ingin belajar performing arts tapi tidak ada tempatnya,” terangnya.

Apa yang membedakan Gigi Art of Dance dengan sekolah atau studio tari yang lain? Menurutnya, studio yang dia kelola ada misi budaya, event-event dan workshop. Serta berbagai hal terkait pengembangan potensi anak muda. “Ada kelas untuk dance journalist, dance critiques dan reviews. Jadi misalnya mereka suka nulis, aku ajak mereka nonton performance dan menulis review-nya karena kritikus dance juga bisa jadi karier ke depannya,” katanya.

Ia juga akan memberikan ilmu bagaimana cara mengajar yang baik dan benar. “Akan ada banyak workshop dan cara mendapatkan sertifikasi untuk dance educators, juga camps and youth festival juga,” katanya. Ia berharap anak muda Indonesia lebih serius memandang seni tari, bahwa ini bisa menjadi profesi dan bisnis yang menjanjikan.

Editor : Eva Martha Rahayu

www.swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved