Youngster Inc. Self Employed

Rittar Rajagukguk Jeli Menangkap Peluang Fotografi Bayi

Rittar Rajagukguk Jeli Menangkap Peluang Fotografi Bayi

Di tengah ketatnya kompetisi, kemampuan mencari ceruk pasar yang belum digarap pesaing menjadi faktor esensial untuk meraih kesuksesan. Hal itulah yang berhasil dilakukan Rittar Rajagukguk. Ibu muda 34 tahun itu berhasil menggarap peluang fotografi anak premium di tengah maraknya persaingan jasa fotografi di Tanah Air. Di bawah bendera Smallbites, Rittar berhasil menangguk rupiah dari keahliannya menjepretkan kamera ke para bayi mungil. Berkat ketekunannya menggarap lahan yang relatif masih hijau itu, ia pun sukses menggondol berbagai penghargaan internasional.

Rittar menggeluti dunia fotografi anak sejak 2010. Ketika itu, ia tengah mencari-cari aktivitas baru usai dua tahun menyusui penuh anak pertamanya. “Ketika masa menyusui berakhir, saya bingung. Akhirnya, foto-foto anak sendiri,” ujarnya ketika diwawancara SWA di Mal Pondok Indah.

Rittar pun merasa cocok dengan kegiatan barunya itu. Terlebih, setelah ia giat menambah pasokan pengetahuan soal fotografi anak. Ia menemukan bahwa aliran fotografi anak yang dilabeli “baby as an art” ternyata sangat populer di Amerika Serikat, bahkan menjanjikan penghasilan yang cukup menggiurkan. “Saya memberi nama Smallbites, diambil dari project akhir ketika kuliah dulu. Saya bermimpi apabila menjalani bidang usaha apa pun, akan dinamakan Smallbites,” alumni Jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Indonesia itu mengungkapkan.

Sebelum fokus menggarap fotografi anak, Rittar pernah mencoba menekuni fotografi pernikahan, persis seperti yang dilakukan suaminya. Namun, jam kerja yang terlalu panjang sebagai fotografer pernikahan rupanya dirasa kurang cocok baginya. Ditambah lagi, mantan bankir di HSBC dan koordinator proyek LSM Hellen Keller International itu belum menemukan banyak pesaing fotografi anak di Indonesia. Kondisi itu memantapkannya untuk terjun total di bidang fotografi anak, khususnya bayi baru lahir. Ia pun sampai mengikuti kursus fotografi anak secara daring (online) untuk menambah ilmunya dengan cepat.

Selanjutnya, Rittar aktif mempraktikkan ilmu barunya. Namun, berhubung belum memiliki bayi lagi, ia meminta kenalannya yang baru melahirkan untuk menjadi model. “Ada teman yang baru melahirkan dan saya menawarkan diri untuk memotret anaknya. Hasil fotonya saya posting di Facebook dan di-tag ke beberapa teman,” kata Rittar yang mengucurkan modal Rp 50 juta untuk membeli kamera dan properti penunjang, serta membuat situs.

Tak disangka, gayung bersambut. Banyak yang tertarik menjajal jasanya setelah melihat hasil kreasi Rittar di Facebook dan situs www.smallbitesbyrittar.com. Ia mengaku sejak awal memang fokus memasarkan melalui situs dan media sosial seperti Facebook, Twitter dan Instagram. “Sejak muncul Instagram, saya aktif memanfaatkannya, hingga sekarang follower @rittarajagukguk sudah mencapai 82 ribu orang,” ungkap Rittar.

Kehadiran situs yang representatif menurutnya sangatlah vital. Karena, situs itu menjadi pintu masuk ke National Association of Professional Child Photographers (NAPCP), lembaga yang belakangan mengganjarnya dengan sejumlah penghargaan.

Ia memaparkan, keunikan karya fotonya terletak pada fokus fotonya ke ekspresi sang bayi, bukan rupa-rupa properti yang digunakan. Selain itu, fakta bahwa dirinya adalah seorang ibu dirasakannya memberikan sentuhan berbeda kepada citarasa fotonya.

Meskipun memiliki studio foto di rumahnya, Rittar memberi nilai tambah layanan berupa sesi foto di rumah klien. “Hal ini juga karena para orang tua di Indonesia berpikir bahwa dalam 40 hari pertama bayi yang baru lahir tidak boleh keluar rumah,” ungkapnya.

Dedikasi Rittar belakangan terbayarkan. Tahun 2012, ia sukses menyabet juara ketiga kategori baby di International Image Competition NAPCP. Setahun kemudian, ia juara kedua di ajang yang sama tetapi kali ini untuk kategori maternity. Terakhir, pada Januari 2016 ia sukses meraih penghargaan Recognition of Merit, di ajang yang sama juga, dengan model Gempita Noura Marten, bayi putri pasangan selebritas Gading Marten-Gisella Anastasia.

Bukan sekali itu saja ia memotret buah hati pasangan selebritas. Rittar menerangkan, anak selebritas yang pertama kali diabadikannya adalah anak Samuel Rizal. Selanjutnya, anak Rizky Hanggono. Sejak itulah, namanya moncer di kalangan selebritas sebagai spesialis fotografer anak, hingga kemudian ia dipercaya pasangan Gading-Gisella untuk memotret buah hati mereka. “Foto Gempi yang meraih penghargaan internasional itu juga membuat viral, jadi teman-teman artis mereka mau difoto oleh Smallbites juga. Anaknya Ashanty, Arsy, juga saya yang foto, dan para geng mereka,” ujar Rittar dengan mata berbinar.

Dengan kualitas yang sudah teruji, kliennya yang dari kelas menengah-atas pun tak keberatan dipatok harga minimal Rp 11,5 juta hingga tak terbatas, tergantung pada pilihan lokasi, properti, dan sebagainya. Rittar memaparkan, di AS, hak cipta foto ada di tangan fotografernya. Jadi, klien akan dikenai harga tambahan jika menginginkan berkas foto berukuran aslinya, mengedit foto, mencetak ulang, dll. Meski demikian, ia sadar hal itu tak bisa diterapkan di pasar Indonesia. Solusinya, ia bersedia memberikan seluruh berkas foto tetapi dengan penurunan resolusinya. “Karena, hak cipta tetap milik fotografer,” kata Rittar yang kliennya juga orang Indonesia di Singapura, Filipina, Thailand dan Australia, menegaskan.

Ke depan, Rittar berencana menggenjot bisnisnya. Untuk itu, ia berharap bisa menambah karyawan Smallbites, khususnya kru fotografer. Selain itu, ia juga masih menggantungkan asa terpilih menjadi Photographer of the Year oleh NAPCP yang imbalannya: hasil fotonya akan dipajang di New York Times Square selama satu bulan penuh. “Itu mimpi saya,” ujar Rittar penuh harap. (Riset: Armiadi Murdiansyah)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved