Editor's Choice Youngster Inc. Self Employed

Susan Emir, Kenalkan Gaya Shabby Chic dalam Desain Interior

Susan Emir, Kenalkan Gaya Shabby Chic dalam Desain Interior

Meski tidak mengeyam pendidikan di bidang interior, popularitas Susana Yolandani Ishak tidak kalah dari desainer interior top di Indonesia. Karyanya yang bergaya shabby chic yang feminin dan klasik banyak dilirik oleh kalangan pejabat, selebritas, hingga pasar Eropa. Media sosial seperti Instagram menjadi media yang ampuh untuk merekam jejak karyanya.

Susan Emir Desainer pemilik Rumah Sabina, Design Interior Furniture, HomeDecor, Youngters Edisi05 2015

Susan Emir Desainer pemilik Rumah Sabina, Design Interior Furniture, HomeDecor

Susana atau yang lebih kondang dikenal dengan nama Susan Emir bisa dibilang salah satu rising star di bidang desain interior saat ini. Kreasi wanita berusia 35 tahun ini acap kali tampil di beberapa program televisi. Sebut saja, Basa-Basi (Trans TV), Lintas Imaji (NET), D’sign (NET), Queen at Home (NET), dan Simfoni Cinta (Trans TV).

Yang menarik, perempuan berparas cantik ini mengaku tidak berlatar belakang pendidikan atau bahkan mengambil kursus di bidang desain. Ia mengasah kemampuan secara otodidak melalui buku, Internet, hingga pengamatan ketika jalan-jalan. “Sejak kecil saya bercita-cita ingin menjadi pengacara. Tapi setelah menjadi pekerja profesional, saya baru menyadari bahwa ada bakat yang belum saya selami lebih dalam,” ungkap perempuan asal Sukabumi ini.

Cita-cita kecilnya terpenuhi ketika selepas menyabet gelar sarjana hukum dari Universitas Trisakti, ia diterima bekerja di sebuah lembaga advokasi. Namun, belum genap satu tahun, Susan memutuskan hijrah ke perusahaan dan mencoba peruntungan di bidang yang berbeda.

Tahun 2003, istri Emir Gema Surya ini berlabuh ke Vinci Energies Group, perusahaan asal Prancis di bidang rancang bangun industri pertambangan dan perminyakan. Karier Susan terus menanjak hingga akhirnya menduduki posisi paling strategis selama 11 tahun. Namun, “Mimpi akan terbatas jika saya hanya berstatus pegawai. Karena itu, saya memutuskan untuk menggali bakat desain dan mengejar mimpi setinggi-tingginya,” katanya penuh semangat.

Karena “terlahir” secara otodidak, kariernya sebagai desainer interior tidak langsung melejit. Untuk proyek percontohan, misalnya, ia mengubah tampilan dan isi rumahnya yang terletak di Pejaten Timur, Jakarta Selatan, sebagai tempat menuangkan kreativitas. Tak disangka, karya Susan banyak menarik perhatian kolega suaminya. “Dari mulut ke mulut, lama-kelamaan makin banyak tawaran untuk mengerjakan desain interior rumah teman suami,” tutur ibunda Ezra Magnar Khalif, Jethro Gema Magali, dan Sabine Tesla Amadine ini.

Kerja keras Susan berbuah manis. Permintaan merenovasi atau mendesain interior ruang kian bertambah. Maka pada Juni tahun lalu, ia mendirikan Rumah Sabine untuk memperjelas posisinya di jasa desain interior. Namun, ambisi Susan tidak berhenti sampai di situ. Lagi-lagi secara otodidak, ia mengembangkan kemampuan di bidang dekorasi rumah dan perabot, sehingga bisnisnya menjelma sebagai jasa penyedia desain yang komprehensif, yakni bernama Rumah Sabine – desain interior, home decor & furnishing.

Rumah Sabine langsung populer dalam hitungan bulan. Itu bisa dilihat dari banyaknya pejabat negara dan figur publik seperti presenter Fenita Ari yang tertarik memakai jasanya. Dalam mendesain, Susan mengusung gaya shabby chic, yakni aliran yang berasal dari Inggris dan sangat populer di Eropa khususnya Prancis. Karyanya bisa dikenali dari motif bunga dan pemilihan warna yang khas.

Kini Susan tidak berjuang sendiri. Ia telah dibantu lebih dari 20 karyawan. Sekarang Susan sudah memiliki sebuah workshop di Jagakarsa, satu showroom di Pejaten, dan satu galeri di Mampang, Jakarta. Untuk mempromosikan jasa dan karyanya, Susan beberapa kali beriklan di Majalah Rumahku, serta memanfaatkan Instagram untuk branding dan pemasaran. “Tidak banyak desainer yang bergaya shabby chic. Nah, di sinilah oportunitas buat saya,” ucap Susan yang mengaku sedang merampungkan proyek desain untuk sebuah kafe.

Menurutnya, Rumah Sabine membidik kalangan menengah-atas. Harga yang ditawarkan bergantung pada keinginan klien yang umumnya berkisar Rp 50 juta-2,5 miliar, dengan rentang waktu pengerjaan dua-tiga bulan. Dalam sebulan, Rumah Sabine bisa menerima 6 proyek. “I work with the budget. Klien punya berapa, maka akan saya sesuaikan. Saya mengambil 15% fee dari nilai total proyek,” ungkap wanita yang juga hobi berburu kuliner ini.

Sementara itu, Windy, pelanggan Rumah Sabine, mengatakan, mencari konsultan desain interior yang bergaya shabby chic sangat sulit. “Saya suka dengan karakter shabby chic yang terkesan homey, nyaman, dan terlihat elegan. Susan tahu betul bagaimana mendandani rumah saya. Jadi ketika kami bertemu, tidak banyak diskusi antara saya dan dia. Dia mempresentasikan konsepnya, dan saya langsung suka,” ucapnya.

Adapun biaya, sangat bergantung pada ruang yang didandani. “Misalnya untuk mendandani kitchen set lebih dari Rp 50 juta,” kata Windy. Baginya, harga sebesar itu masuk akal karena konsep desain plus kitchen set ditangani langsung oleh Susan. “Kualitasnya pun nomor satu. Susan sangat care kalau ada sesuatu yang tidak sesuai dengan ekspektasi,” ucapnya memuji.

Kini, selama 9 bulan merintis usaha, Susan mengaku belum menemui hambatan yang berarti. Tantangan ke depan, menurutnya, adalah soal ketersediaan tenaga profesional. Ia berharap, bisa menggandeng arsitek dan insinyur sipil untuk berkolaborasi. Susan juga berencana meningkatkan dua sampai tiga kali lipat jumlah karyawannya. “Kunci keberhasilan bisnis ini adalah berkat inisiatif, dukungan, kolaborasi, dan effort dari suami tercinta. Dia partner hidup, sekaligus pemegang saham di bisnis ini,” ujar Susan sambil tertawa lepas.

Ario Fajar dan Dede Suryadi

Riset: Sarah Ratna Herni


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved