Youngster Inc Youngster Inc. StartUp

Sukawu.com Mudahkan Pencari Informasi Pendidikan Non Formal

Sukawu.com Mudahkan Pencari Informasi Pendidikan Non Formal

Menyadari makin banyak kebutuhan akan tambahan pendidikan non formal saat ini, Dr. Teddy Tjandra, D.Phil, FRM mengembangkan sebuah marketplace Sukawu.com. Pria yang sebelumnya berkarier di luar negeri ini ingin memudahkan mereka yang mencari informasi, memilih dan mendaftar pendidikan non formal yang mereka inginkan dengan cara yang menyenangkan.

“Sukawu singkatan dari Suka dan Wujudkan Impian. Ini juga menjadi tagline kami,” ujarnya. Lulusan S3 dari Oxford University bidang kuantitatif brain mapping ini belajar banyak tentang bagaimana kemampuan otak bisa terus dimaksimalkan. Setelah menyelesaikan S3, Teddy sempat berkarir di banking di Inggris sebagai analis kuantitatif. Ia mengaku tipe orang yang selalu merasa ingin tahu dan suka pada hal-hal yang terkait pemecahan masalah. Ternyata karirnya di banking dirasanya kurang menantang talentanya. Ia melihat banyak peluang yang bisa dia garap dan memberikan dampak positif bagi Tanah Airnya.

Pulanglah Teddy ke Indonesia dengan mendirikan perusahaan startup pendidikan. “Pendidikan itu passion saya, makanya saya pilih bidang ini,” kata pendiri Sukawu ini. Saat ini ia dibantu oleh 8 orang karyawan full time dan 4 orang part time. Sukawu.com adalah portal online dan marketplace pendidikan yang menjembatani para peminat dengan edukator khusus pendidikan non formal. “Saya melihat ada gap pendidikan di sini, generasi muda kurang bekal dalam 21st Century Skills. Dan juga pendidikan non formal ini tidak jadi prioritas di sini,” jelasnya. Padahal itu semua sangat dibutuhkan untuk mendukung pekerjaan mereka kelak, seperti public speaking, creative thinking, team work, problem solving dan sebagainya. Semua soft skills itu menurut Teddy kurang dikembangkan dalam pendidikan formal.

Dalam memperkenalkan Sukawu.com, Teddy rajin memperkenalkan ke sekolah-sekolah dengan mengadakan workshop-workshop. “Saya sedih banyak lulusan di Indonesia, terutama S1, bekerja tidak sesuai dengan latar belakang pendidikannya,” imbuhnya. Artinya para lulusan bekerja tidak sesuai passionnya. Ia prihatin, banyak lulusan bahkan yang sudah bekerja, usianya sudah 20 tahun lebih tapi belum paham apa sebenarnya yang ingin dicapai dalam hidupnya. Menurutnya banyak informasi tentang pendidikan non formal akan membuat mereka terbuka wawasannya untuk mencapai passion-nya. Maka itu dalam workshop di sekolah-sekolah yang ia datangi ia memberikan parenting class yang memberikan informasi bagaimana mengenali bakat dan minat anak-anaknya sejak dini, juga bagaimana mendukungnya agar mereka bisa mendapatkan jalur yang benar sesuai dengan kekuatan masing-masing. “Kami memberikan tes untuk memahami itu,” imbuhnya.

“Orang tidak harus menempuh pendidikan formal semata untuk mencapai tujuan dan cita-cita hidupnya. Kecuali dia mau jadi dokter, hakim, pengacara, memang harus ke pendidikan formal yang sesuai. Tapi ada lho profesi lain yang menjanjikan seperti profesional chef, artist, acting, film produces, animator, film making, writer dan sebagainya,” paparnya. Di luar negeri dukungan akan pendidikan non formal sangat tinggi. Ia berharap dengan adanya Sukawu.com, orang makin melek tentang apa yang ingin dicapai dan tidak ‘salah jalan’ lagi dalam meraih impiannya.

“Sayang lho waktunya sudah belajar lama, ternyata itu tidak sesuai passion dia akhirnya,” imbuhnya. Sukawu.com sejak berdiri September 2015 memberikan informasi pendidik dan trainer pendidikan non formal ternama. Di sana pelajar bisa melihat langsung kursus-kursus berkualitas yang sesuai dengan lokasi, budget, review dan rating yang diberikan mereka yang sudah pernah mengikutinya. Saat ini sudah hampir 100 lembaga pendidikan non formal yang tergabung di Sukawu.com. Antaranya yang terkenal Jaya Suprana School Performing Art, Darwis Triadi School of Photography, Tung Desem Waringin, Tantowi Yahya Public Speaking, Yamaha Music, Taufik Hidayat, SHS Institute.

Teddy rajin mengajak para penyedia lembaga pendidikan non formal untuk membuat akun di Sukawu.com. Selain bisa mengunggah profil lembaga tersebut, pelajar yang berminat juga bisa mendaftar secara online dan mendapatkan diskon khusus. “Kami rutin mempromosikan profil mereka di Facebook fanpage Sukawu yang kini sudah ada lebih dari 57 ribu lebih follower,” tambahnya. Sistemnya bagi hasil, jadi pihaknya mendapat komisi dari setiap pendaftaran melalui Sukawu.com. Sayang Teddy kurang berkenan menyebut prosentase komisinya tiap yang mendaftar di Sukawu.com itu.

“Untuk mendorong pelajar lebih suka mendaftar di kami daripada langsung ke spot, di Sukawu.com, mereka akan mendaftar diskon khusus,” katanya. Selain itu, di marketplace ini, mereka bisa lebih mudah memilih lembaga pendidikan yang sama tanpa harus berlelah-lelah dari satu tempat ke tempat lain. “Dengan googling pun tidak mudah, kita harus buka satu web ke web lain lalu mempelajari satu per satu,” katanya. Di Sukawu.com, semua informasi itu ada di satu tempat, perbandingan budget, bisa dilihat bagaimana komentar tentang guru-gurunya, juga rating yang diberikan oleh para siswa dan alumni dari tempat kursus itu.

Pada 2016 Sukawu.com sudah berhasil menjaring ratusan pelajar yang menggunakan marketplace ini untuk mendaftar ke tempat kursus yang diinginkan. Tahun 2017 ini Teddy membuka kesempatan kerjasama dengan korporasi untuk pengembangan pendidikan soft skills dan CSR pendidikan mereka.

Selain itu tahun ini ia sedang mempersiapkan program sendiri. Seperti tahun lalu, ia akan kembali mengadakan Discovery Program yaitu pogram yang menggandeng lembaga-lembaga yang sudah bergabung dengan Sukawu.com. Program yang diadakan pada bulan Juni ini selama 1 minggu anak-anak dalam kelompok usia yang sama akan mempelajari dan mengasah kemampuan serta bakat mereka lebih maksimal. “Tiap hari mereka belajar hal-hal berbeda tiap harinya,” tuturnya. Mereka berkeliling dari satu lembaga pendidikan ke pendidikan lain untuk merasakan dan mengeksplorasi kemampuannya. Sekitar 21 pelajar yang tertaris mengikuti Discovery Program tahun lalu dengan membayar Rp 4 juta per orang. Ia berharap tahun ini bisa lebih banyak lagi yang ikut.

Hingga saat ini Sukawu.com dikembangkan dari dana pribadi Teddy. Ia bersyukur meski belum BEP (break event point) sampai saat ini Sukawu.com sudah bisa membayar semua operational cost startup ini. “Saya ingin membangun bisnis ini dengan cash flow positif, tidak tertarik menaik-naikan dengan iklan gila-gilaan untuk menarik investor. Ia yakin tahun 2017 akhir sudah BEP,” kata pria 30 tahun ini. Targetnya Sukawu.com bisa menggaet 1000 lembaga pendidikan non formal bisa tergabung dalam 2-3 tahun ini. Ia juga ingin mengembangkan program training yang dikembangkan sendiri yang lebih unik, singkat dan lebih dekat sesuai dengan kebutuhan masyarakat.


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved