Editor's Choice Youngster Inc. Professional

Menjadi Desainer Gara-gara Gemar Menggambar Mobil

Menjadi Desainer Gara-gara Gemar Menggambar Mobil

Nama Mark Yoshua Widjaja (35 tahun) tiba-tiba saja meroket di jagat bisnis otomotif nasional ketika pada pameran Indonesia International Motor Show (IIMS) 2011, mobil konsep yang dirancangnya, A-Concept, menyabet penghargaan Best of the Best (exterior, interior, detail lamp parts, color coordination, A-Concept custom font) IIMS Award.

Mark Joshua Widjaya

Mark Joshua Widjaya, mobil konsep rancangannya, A-Concept, menyabet penghargaan Best of the Best di ajang IIMS Award.

Sejatinya, desain Ayla dan Agya terinspirasi dari rancangan mobil A-Concept. Sebelum merancang Ayla dan Agya, Mark lebih dulu melakukan riset mengenai kebutuhan mobil konsumen Indonesia yang khas, hingga akhirnya sampai pada temuan: membuat konsep mobil kecil yang tidak boleh kecil, harus spaciest. Mobil murah, tetapi bukan murahan. “Karena itu, saya tidak menyebut Ayla sebagai mobil murah, tapi low cost car. Tren ini juga terjadi di Eropa di mana harga mobil diturunkan, tetapi kualitas tidak serta-merta diturunkan. “Kami membuat mobil low cost dengan desain dan kualitas yang bersaing,” kata Mark.

Untuk menekan biaya ini, Mark mengakalinya pada pemasangan lampu. Kalau lampunya besar, harganya makin tinggi. Maka, Mark pun lebih memilih mengecilkan lampu tetapi kualitasnya bagus, daripada menggunakan lampu berukuran besar dengan kualitas yang kurang.

Mark menuturkan, proses desain Ayla dan Agya, sejak mengundang pihak prinsipal hingga jadi konsep Ayla, sekitar tiga tahun. “Kemudian, kami lakukan kontes desain Ayla secara internasional dengan memanggil rumah desain di Eropa,” kata Mark. Kompetisi desain dilakukan secara valid. Para penilai (dari kalangan buyer potensial) tidak terpengaruh oleh selera lainnya selain desain, misalnya warna dibuat sama, tidak ada aksesori, semua velg sama. “Semua disamakan agar pada saat kami melakukan survei, pemilih yang berjumlah sekitar 200 akan benar-benar memilih karena bentuk, bukan karena warna atau yang lainnya,” Mark menerangkan.

Awalnya, ada banyak desainer yang mengikuti kompetisi ini. Akhirnya mengerucut hingga 6 orang yang berasal dari Jepang, Prancis, Italia dan Indonesia. Hasilnya, desain dari Indonesia mengantongi 70% suara pemilih dalam kompetisi itu. Hasil survei itu menyimpulkan, desain dari Indonesia (yang dibuat Mark Widjaja) yang akan digunakan untuk produksi massal di Indonesia. Namun, proses finalisasinya memakan waktu cukup lama karena banyak penemuan atau kejadian baru ketika tahap finalisasi. Misalnya, karena ini bukan sekadar mobil murah, melainkan low cost green car pertama Daihatsu, maka banyak ditambahkan item baru sehingga harus dilakukan adjustment.

Kini, Mark Yoshua Widjaja sudah dikenal sebagai desainer mobil andal, dan bekerja sebagai Senior Styling Designer R&D PT Astra Daihatsu Motor. Padahal, ketika masih di bangku SD, dua kali ia tidak naik kelas, yaitu di kelas dua dan empat. Ketika Mark tidak naik di kelas empat, mamanya stres berat, dan membawa Mark ke psikolog untuk mengetahui kenapa nilai-nilai Mark jeblok. Ketika konsultasi, sang psikolog mengatakan berdasarkan hasil pemeriksaan, Mark seorang yang superior. Lalu, mamanya bertanya mengapa nilai Mark jeblok terus. “Apa yang salah?” Psikolog itu menjawab bahwa yang salah adalah sistem pendidikan di sini, tidak ada sekolah yang cocok buat Mark.

Mark Joshua Widjaya

Mark Joshua Widjaya

Sejak bocah, Mark sudah akrab dengan gambar mobil. Ayahnya, seorang pengusaha karoseri di Surabaya, Mitra Karoseri. Mark sering memperhatikan ayahnya menggambar mobil. “Saya menggambar mobil sejak umur lima tahun,” kata Mark. Ia terpengaruh ayahnya yang memang suka gambar mobil. “Saya lakukan itu hingga sekarang. Saat itu, saya menggambar mobil ketika ayah kerja. Saya mulai menggambar dari sisi (side view). Ketika itu, saya diberi tahu ayah bahwa dalam menggambar roda harus hati-hati karena bentuknya yang lingkaran. Dia mengancam saya kalau gambar roda saya jelek. Akhirnya saya tidak berani menggambar roda dan kemudian digambarkan olehnya,” tutur Mark mengenang.

Ayahnya meninggal ketika Mark di kelas dua SD. Namun, kegemaran menggambar mobil Mark terus berlanjut. Sang ibulah yang mendukung kegemarannya menggambar mobil. Caranya, ketika ada mobil keluaran baru, ia langsung membawa Mark ke showroom mobil untuk melihat mobil itu.

Karena “kegilaannya” pada menggambar mobil itu, Mark agak melupakan pelajaran sekolah, hingga gagal naik kelas dua kali. Di jenjang SMP dan SMA, Mark menyelesaikan pendidikan “seadanya”. Asal naik kelas dan lulus. Ia kemudian melanjutkan studi ke Jurusan Desain Produk Industri, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknik Sepuluh Nopember, pada 1998. “Begitu masuk kuliah, semuanya berubah. Nilai-nilai saya bagus semua. Bahkan untuk kelas rendering, saya gambar mobil dan gambar saya tidak ada kekurangannya menurut dosen saya waktu itu,” kata Mark.

Setelah menamatkan pendidikan di ITS, Mark langsung bergabung dengan PT Daihatsu Astra Motor. Di sanalah ia mengasah keterampilannya dalam mendesain mobil. Proyek pertama yang ditanganinya adalah perubahan desain kecil pada mobil Daihatsu Zebra, yaitu di bagian depan, garnish.

Sejak itu, karier Mark terus melaju, hingga beberapa kali ditarik ke Jepang. Di sana ia menggarap dua desain Xenia Crossover dan Sporty, yang saat ini mirip dengan Avanza Velloz. “Avanza Velloz ini juga merupakan desain saya,” Mark menambahkan.

Selama dua tahun di Jepang, Mark juga mendesain banyak mobil, dan memenangi kompetisi desain mobil yang diselenggarakan. “Karena itu, total portofolio saya justru lebih banyak untuk produk di Jepang, bukan produk yang dipasarkan di Indonesia. Jadi kalau bicara Ayla, itu bukan desain pertama yang saya buat,” kata Mark lagi.

Didin Abidin Mas’ud & Denoan Rinaldi

Riset: Siti Sumariyati


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved