Youngster Inc. StartUp

Aaron Tan dan Aditya Lesmana, Sosok di Balik Carro yang Mendunia

Aaron Tan dan Aditya Lesmana, Sosok di Balik Carro yang Mendunia
Aditya Lesmana, Co-Founder Carro (Foto: aftermarketplus).
Aditya Lesmana, Co-Founder Carro (Foto: aftermarketplus).

Memilih bekerja dalam senyap, perusahaan rintisan ini diam-diam sudah eksis tujuh tahun dan menjadi portal jual-beli mobil bekas terbesar di Asia Tenggara. Didirikan oleh dua anak muda dengan ambisi besar, kini Carro tidak hanya besar secara online, tapi juga secara offline, termasuk dengan offline event.

Tidak banyak yang menyadari kehadiran perusahaan rintisan (startup) ini. Barangkali karena pertama kali diluncurkan di Singapura pada tahun 2015. Meskipun telah dua kali berhasil mengumpulkan pendanaan ⸺pertama, sebesar US$ 716 ribu (Rp 10,5 miliar), dan setahun kemudian dana Seri A sebesar US$ 5,3 juta (Rp 78,1 miliar), duo pendirinya yang merupakan anak muda Indonesia tetap belum banyak dikenali.

Adalah Aaron Tan dan Aditya Lesmana, dua anak muda yang punya tekad besar untuk dapat meningkatkan pertumbuhan industri otomotif, khususnya pasar mobil bekas di Asia Tenggara. Berbekal modal awal dari teman dan keluarga, mereka memulai dengan dana $Sin 1 juta atau sekitar Rp 10 miliar.

“Tapi, itu pun tidak berlangsung lama, karena modal tersebut tidak semuanya kami pakai. Karena, kami selalu mendapatkan dari setiap transaksi. Enam bulan setelahnya, kami berhasil mendapatkan pendanaan Seri A,” demikian cerita Aditya Lesmana, Co-Founder Carro, melalui Zoom meeting. “Sampai saat ini, kami tidak pernah kesulitan modal,” ujarnya.

Menurut Aditya, saat itu mereka berdua melihat bahwa industri mobil bekas di Asia Tenggara masih tergolong tradisional. “Kami membayangkan ada banyak hal yang dapat ditingkatkan dengan menggunakan teknologi, melalui platform jual-beli mobil bekas, sehingga menjadi lebih efisien, transparan, dan nyaman bagi semua yang menggunakannya,” katanya.

Kemudian, lahirlah Carro. “Melalui teknologi, Carro menciptakan ekosistem yang saling melengkapi, antara lain showroom, institusi keuangan, hingga konsumen,” katanya lagi.

Terbukti keyakinan mereka benar. Tak butuh waktu lama, banyak orang yang merasa ide yang dikembangkannya valuable untuk market dan dapat membantu bisnis menjadi lebih besar.

“Kami bersyukur Carro dapat diterima dengan baik, dan hingga hari ini ribuan showroom telah bergabung menjadi pengguna aktif, dan Carro berhasil memfasilitasi terciptanya total lebih dari 4.000 transaksi setiap bulannya di pasar Singapura, Malaysia, Thailand, dan Indonesia,” ungkap Aditya.

Ia mengungkapkan, “Kami mendirikan Carro dengan sederhana, mendirikan platform melalui aplikasi iOs dan Android; dan hanya dibantu dengan kurang dari 10 orang.” Awalnya, Carro merupakan platform C2C (costumer to costumer), platform untuk menjual dan membeli mobil secara langsung. Namun, seiring berjalannya waktu, mereka mulai menemukan bisnis lain yang sinergis untuk membangun platform awal.

“Sehingga, kami mulai merambah produk C2B. Kami membantu orang menjual mobil mereka ke showroom mobil bekas dan membantu showroom mendapatkan fasilitas financing,” Aditya mengenang saat awal memulai usaha.

Tahun 2018 Carro memutuskan beroperasi di Indonesia. Yaitu, dengan membangun automall pertama yang berlokasi di Harapan Indah, Bekasi, Jawa Barat. Menurut Aditya, kehadirannya di Indonesia sekaligus sebagai pencanangan bahwa pihaknya tidak hanya melakukan pemasaran digital, tapi juga pemasaran offline ke end user.

Bagi Carro, bekal komunitas makelar, calo, dan agen sudah cukup. “Kami tinggal memastikan makelar, calo, dan agen yang menjual mobil di pasar Indonesia tahu bahwa mereka dapat menggunakan platform Carro untuk menjual dan membeli mobil bekas secara efisien,” ungkapnya.

Ia ingin Carro besar secara online ataupun offline. “Marketing yang kami lakukan selama setahun ini lebih agresif dan saya yakin selama enam bulan ke depan kami akan terus memaksimalkan potensi untuk memasarkan Carro melalui media digital, offline, serta berbagai event offline dan online,” paparnya.

Diakui pria yang menyelesaikan pendidikan di Singapore Management University (Bachelor) dan Carnegie Mellon University (Master) ini, saat masuk ke Indonesia memang ada beberapa penyesuaian yang dilakukan. Carro tidak serta-merta melakukan copy-paste bisnis yang ada di Singapura. Hal itu karena karakter pasarnya berbeda.

“Itu sebabnya, di awal kami memulainya dengan bisnis berbasis makelar, calo, dan agen, dibandingkan menggunakan media pemasaran seperti yang kami lakukan di Singapura,” kata Aditya menunjukkan perbedaan karakter pasar.

Hasilnya memang meyakinkan. Carro dapat memenetrasi pasar dengan lebih efisien dan efektif, serta memastikan perusahaan terus tumbuh di pasar Indonesia. “Kami menjual hampir 20 ribu mobil setiap bulan di empat negara,” ungkap Aditya.

Saat ini Carro memiliki 2.000 mitra showroom mobil bekas serta ribuan calo, makelar, dan agen. “Kami juga memiliki mitra seperti perusahan pembiayaan, logistik, bengkel, dan salon yang membantu memberikan value add lebih kepada konsumen,” katanya. Jumlah dealer yang ada di database, menurutnya, sekitar 2.000, tapi yang aktif 500-600 an.

Intinya, yang membedakan dengan lokapasar lain, Carro memberikan one stop service. “Kami bukan sekadar marketplace. Misi kami adalah membentuk ekosistem. Selain menjual dan membeli, konsumen bisa mendapatkan pembiayaan, asuransi, leasing, garansi, dan after sales service yang lebih lengkap,” Aditya menegaskan.

“Maka, ketika membeli dan menjual mobil, diharapkan konsumen mendapatkan pelayanan lengkap secara end to end,” katanya. Pihaknya kini sudah bekerjasama dengan lebih dari 20 bengkel untuk membantu merekondisi mobil, memastikan mobil yang dijual dalam kondisi baik.

Ke depan, konsep automall akan terus dikembangkan. Carro berencana selama 3-6 bulan ke depan akan menambah jumlah automall di seluruh Indonesia, terutama di luar Jawa, “Ada 10 lokasi baru di seluruh Indonesia yang telah disiapkan,” ungkapnya.

Pihaknya memiliki dua konsep cabang. Pertama, automall, yang merupakan one stop service untuk jual-beli mobil, showroom display, dan bengkel untuk servis. Konsep lainnya, consumer experience center, yang ditujukan untuk memberikan gambaran kepada konsumen terkait value yang ditawarkan Carro.

Di sana, meskipun tidak ada mobil, konsumen bisa mengecek ratusan mobil di website-nya. Konsumen juga bisa mendapatkan edukasi manfaat membeli mobil melalui Carro. (*)

Dyah Hasto Palupi/Anastasia AS

www.swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved