Youngster Inc. StartUp zkumparan

Adi Menjadikan Sampah sebagai Berkah

Adi Menjadikan Sampah sebagai Berkah

Rasa jengah Adi Saifullah Putra usai sudah. Upayanya merintis MallSampah karena risi dengan lingkungan tempat kosnya berbuah manis. Startup di bawah PT Mallsampah Indonesia ini berhasil memenangi ASEAN Rice Bowl Startup Award untuk kategori Most Social Impact Startup yang diadakan di Kuala Lumpur, Malaysia, pada Desember 2017.

Adi Saifullah Putra

Layanan MallSampah meliputi lima hal. Pertama, jual sampah, yaitu layanan untuk menjual sampah dengan cara memesan ke pengepul terdekat untuk menjemput dan membeli sampah. Kedua, donasi sampah, yaitu layanan untuk mendonasikan sampah secara gratis kepada pemulung untuk didaur ulang. Ini biasanya untuk sampah dalam jumlah sedikit. Ketiga, gerakan hijau, yaitu layanan program daur ulang sampah untuk komunitas atau instansi. Keempat, produk hijau, yaitu layanan yang merupakan marketplace untuk produk-produk daur ulang dan ramah lingkungan. Kelima, zero waste, yaitu layanan premium bulanan MallSampah dengan menyediakan wadah sampah (kotak daur ulang) yang terhubung dengan sistem MallSampah. Semua sampah yang dimasukkan ke dalam kotak daur ulang itu akan dijemput oleh pengepul untuk didaur ulang, sehingga tidak menyisakan sampah untuk dibuang.

MallSampah lahir dari permasalahan yang dihadapi Adi ketika kos di dekat kampus, Fakultas Hukum Universitas Muslim Indonesia (UMI) Makassar, Sulawesi Selatan. Kos-kosannya terletak di jalan kecil yang agak sempit sehingga tidak bisa dilalui truk sampah. Kala itu, tahun 2015, belum ada petugas Dinas Kebersihan Makassar yang bisa menyisir sampai ke dalam, sehingga masyarakat sekitar sering membuang sampah seenaknya di dekat tempat kosnya. Setiap kali keluar dari rumah kosnya, ia mencium bau tak sedap dari sampah yang menumpuk, yang menyajikan pemandangan menjijikkan.

“Hingga akhirnya saya jenuh dan berusaha mencari solusi untuk masalah tersebut,” kata Adi yang menjadi aktivis sosial semasa kuliah. Setelah mencari ide selama seminggu, ia menemukan konsep MallSampah, perpaduan antara solusi masalah yang ia hadapi dan model bisnis marketplace yang lagi marak pada 2015. MallSampah ia bangun bersama rekan kampusnya, Muhammad Faris dari Fakultas Ilmu Komputer.

Awalnya, Adi tidak berpikir bahwa ide ini bisa dijadikan bisnis. Sampai akhirnya beberapa minggu kemudian ia sadar bahwa ide ini punya potensi dan dapat diimplementasikan. Setelah mempelajari dan mengikuti berbagai seminar wirausaha, ia mendapat insight bahwa bisnis lingkungan punya masa depan yang cerah.

Bagaimana monetisasi atau model bisnisnya? “Untuk monetize, kami memberlakukan sistem bagi hasil sebesar 10% kepada pengepul partner (bukan pemulung), namun saat ini kami belum menerapkan revenue untuk model tersebut karena masih fokus membangun dan menumbuhkan user terlebih dahulu. Kami juga menerapkan monetize dari layanan premium Zero Waste Office dan Zero Waste Home,” kata Adi yang juga menjadi CEO MallSampah.

Saat ini ada lebih dari 100 pengepul dan pemulung mitra MallSampah di Makassar, dan terus bertambah dari bulan ke bulan. “Ini menjadi tantangan terberat kami karena perlu mengedukasi dan memberi pemahaman terlebih dahulu kepada mereka sebelum akhirnya tertarik bergabung sebagai mitra,” ujarnya. Padahal, pada dua bulan pertama saat pertama kali merekrut mitra, tidak ada satu pun yang bersedia bergabung.

Namun, setelah kurang-lebih enam bulan menyisir Makassar dari ujung ke ujung, akhirnya MallSampah mulai mendapat satu per satu pengepul, yang terus tumbuh menjadi banyak. Pengepul yang sudah bergabung pun akan merekomendasikan pengepul yang lain untuk bergabung sehingga cara ini cukup efektif untuk merekrut pengepul mitra.

Sebelum ada MallSampah, pengepul dan pemulung biasanya menghabiskan 6-8 jam sehari hanya untuk berkeliling mencari sampah, tanpa tahu di rumah yang mana atau di kantor yang mana akan ada orang yang tertarik menjual/memberikan sampah mereka. Nah, dengan adanya MallSampah, mereka cukup menunggu orderan yang masuk sehingga lebih praktis, mudah, serta menghemat waktu, tenaga, dan uang mereka. Tentunya, pemasukan mereka meningkat dua kali lipat dari sebelumnya. Pihaknya mempunyai target meningkatkan penghasilan mereka menjadi 2-3 kali lipat.

“Setelah kami sentuh, pengepul dapat menghasilkan pemasukan minimal Rp 3 juta sebulan dan maksimal Rp 7 juta sebulan. Jumlah mereka pun ada lebih dari 5 ribu di Kota Makassar, sehingga potensinya tentu tidak kecil,” kata Adi. Pihaknya juga memberikan seragam berupa rompi dan topi MallSampah serta pelatihan sehingga mereka akan lebih profesional ketika melayani pelanggan. “Visi kami adalah meningkatkan martabat dan kesejahteraan hidup mereka, karena mereka adalah kunci rantai daur ulang di Indonesia,” ujarnya.

Hingga kini sampah yang berhasil dijual oleh pengguna (user) akan disortir lagi oleh pengepul mitra MallSampah sebelum dijual kembali ke vendor sampah. Vendor sampah biasanya akan menyalurkannya ke pabrik untuk didaur ulang menjadi produk baru atau material seperti biji plastik, atau langsung disalurkan ke berbagai wilayah seperti Jakarta, Surabaya, bahkan ada yang diekspor ke uar negeri.

Saat ini ada 20-50 transaksi harian sampah dengan rata-rata penjualan di atas Rp 20 ribu. Bahkan, ada salah satu user MallSampah yang berhasil menjual sampah Rp 500 ribu berupa koran dan kertas bekas yang dikumpulkannya selama berbulan-bulan. “Perkiraan sampah yang berhasil kami kelola sejauh ini di atas 10 ribu kg,” katanya.

Target ke depan, Adi akan memberdayakan lebih banyak pengepul dan pemulung di Makassar ataupun kota-kota lain di Indonesia. Ia mempunyai target merekrut 1.000 mitra pengepul tahun ini dan meluncurkan aplikasi versi Android dan iOS. Ia berharap dapat membuka layanan MallSampah di Jakarta dan kota-kota lain di Pulau Jawa. Alasannya, jumlah sampah dan pengepul di kota-kota tersebut tiga kali lipat dibandingkan di Makassar.(*)

Reportase: Jeihan Kahfi Barlian


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved