Youngster Inc. StartUp zkumparan

Gurihnya Bisnis Keripik Sehat

Gurihnya Bisnis Keripik Sehat

Awalnya adalah sebuah ikhtiar mencari solusi. Niat Melfanny Fonna membuat keripik sayuran dan buah hanyalah untuk anak kakaknya yang tak suka makan sayur dan buah. Namun, siapa menyangka, langkah yang mulanya sederhana itu kini menjadi bisnis serius yang berkembang dan menguntungkan, mengusung merek Healthy Crisps.

Melfanny Fonna

Dirintis tahun 2010, keripik ini diminati konsumen, baik ketika dijual di bazar maupun gerai di Mal Lippo Kemang, Jakarta. “Healthy Crisps menarget orang yang peduli kesehatan dan orang yang suka camilan tapi takut gemuk,” Fonna menjelaskan. Produk ini memang tidak menggunakan MSG, gula, dan garam: tiga kandungan yang dikenal membuat gemuk. “Kami menjamin nutrisi dari buah yang dikeringkan itu masih ada karena kami hanya membuang kadar airnya.”

Untuk menggulirkan bisnis ini, dibuat pembagian tugas. Fonna mengurusi penjualan, sedangkan kakaknya bidang produksi. Selain mengandalkan pesanan dari para kenalan, duet kakak-beradik ini juga aktif jemput bola dengan promosi dari bazar ke bazar, baik di mal-mal Jakarta maupun luar Ibukota. Keripik ini juga sudah mulai dijual secara online, lewat Tokopedia dan WhatsApp.

Agar bisnis kian membesar, reseller juga diajak bermitra. “Tapi, pengambilan tidak bisa sedikit dan kami ikat dengan kontrak. Mereka tidak boleh jual di bazar,” kata Fonna. Cara itu dilakukan untuk menjaga kualitas dan citra produk. Demi menjaga kualitas pula, masa edar produk dibatasi: maksimal dua minggu dan bila belum laku, akan diganti produk baru.

Dari sisi harga dan kemasan, Healthy Crisps terbilang premium. Kemasan 150 gram dibanderol Rp 110.000, kemasan 250 gram Rp 150.000, dan kemasan jumbo 600 gram seharga Rp 275.000. Selain itu, mereka juga menjual kemasan sesuai dengan pesanan melalui sistem praorder, yang prosesnya butuh 4-5 hari.

Pengamat kewirausahaan Handito Yuwono melihat kunci sukses bisnis Healthy Crisps akan bergantung pada kemampuan membangun kelompok konsumen secara kontinyu. “Kalau terus cari konsumen baru melalui bazar, ongkosnya akan mahal. Saya sarankan agar mulai membangun komunitas loyal. Selain itu, perlu memperkuat digital marketing dan branding. Saya rasa sekarang makanan banyak yang bisa dipasarkan online. Itu relatif lebih murah dan mudah,” kata Handito.

Kiranya pesan ini menarik untuk dicermati. Yang jelas, Fonna dan kakaknya untuk sementara waktu patut berbangga. Mereka tak menyangka sekelebat ide menjelma jadi bisnis. “Kami memulai dengan mesin kecil namun sekarang sudah punya satu mesin besar,” ujar Fonna. (*)

Reportase: Nisrina Salma


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved