Youngster Inc. StartUp

Herman Yosef Paryono, Arsitek Transformasi Organisasi Nutrifood

Herman Yosef Paryono, Arsitek Transformasi Organisasi Nutrifood
Herman Yosef Paryono

Lebih dari sepuluh tahun menggeluti bidang human resources, transformasi organisasi, dan strategi organisasi di PT Nutrifood Indonesia membuat Herman Yosef Paryono sangat percaya diri dengan ilmu yang dimilikinya. Ibarat seorang arsitek, ia berpengalaman merancang dan mengembangkan organisasi SDM yang tepat bagi perkembangan perusahaan.

“Saya mendapat dukungan penuh dari manajemen untuk mengaktualisasi organisasi, terutama terkait dengan human resources. Ibarat biji yang jatuh di tanah yang subur sehingga kami bisa tumbuh jadi pohon yang bagus,” ucapnya senang.

Menurut Herman, Nutrifood mempunyai tiga prinsip dalam bekerja. Yaitu, bekerja harus senang (happy), tempat kerja harus terasa seperti rumah (home), dan membangun hubungan dengan rekan kerja layaknya keluarga sendiri (family).

Yang menarik, prinsip itu sejalan dengan misi pribadinya yang ingin menginspirasi orang untuk menjadi happy, healthy, dan juga memiliki human-being balance di dalam pekerjaan dan kehidupan personalnya. “Setiap orang berhak bahagia, sehat, memiliki kesejahteraan yang baik, dan produktif di tempat kerja,” katanya sungguh-sungguh.

Masalahnya, tidak semua perusahaan menyadari hal itu. Terutama, pimpinannya. Menurut pria lulusan S-1 Psikologi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta ini, tidak banyak yang menyadari pentingnya membangun dan mendesain gaya kepemimpinan (building leadership) yang tepat dan relevan dengan perkembangan zaman.

Beruntung, Herman suka melakukan penelitian. Ia memiliki minat penelitian yang beragam, terutama fokus pada bagaimana seseorang bisa bahagia, sehat, memiliki kesejahteraan yang baik, dan menjadi produktif di tempat kerja.

Ia memiliki pengalaman praktis dalam beberapa teknik penelitian lain, seperti analisis jaringan sosial, pemodelan persamaan struktural, pemodelan topik, dan psikometri jaringan. “Semua itu berdampak pada pembangunan karakter leadership saya,” ujarnya yakin.

Ada tiga fase kepemimpinan yang telah ia jalankan. Pertama, fase pembangunan fondasi di dalam diri di tahun 2014-2016. “Saya banyak mendapat pengalaman yang berdampak pada pembangunan karakter leadership saya ketika kuliah master di Universitas Leiden,” ungkap Herman. Terutama, tambahnya, saat dipercaya menjadi Ketua Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) di sana.

PPI Leiden merupakan organisasi legendaris karena dahulu Bung Hatta pernah menjadi pemimpinnya. “Di sana saya belajar banyak hal, termasuk menjadi koordinator sesama penerima LPDP,” katanya.

Menurut Herman, dinamika organisasi di Belanda sangat menarik dan berbeda sama sekali dibandingkan dengan ketika berorganisasi di kampus zaman kuliah S-1. “Di sana kami banyak berhubungan dengan organisasi eksternal, pemerintah, dll.,” ujarnya.

Fase kedua, ketika kembali ke Indonesia tahun 2017-2019. Periode itu disebutnya sebagai fase development. Ia belajar banyak dari kesempatan membantu Program Indonesia Mengajar.

“Saat itu saya ditugaskan untuk merumuskan strategi jangka pendek dan jangka panjang program tersebut,” ujarnya. Di situ, ia semakin menyadari pentingnya keseimbangan yang solid dalam berpikir jangka pendek dan jangka panjang.

“Memiliki kematangan berpikir dan siap untuk diberi tanggung jawab sebagai pemimpin proyek yang lebih kompleks itulah ujian karakter pemimpin yang sesungguhnya,” kata Herman yang pada 2018 pernah diminta CEO Nutrifood (Mardi Wu) untuk membentuk satu divisi, yaitu Office Digital Transformation.

Fase ketiga adalah leader creation. Walaupun hal ini bisa dilakukan secara paralel dan sangat beragam, ia mendapatkan momentumnya tahun 2020-2022. Mengapa? Sebagai pehobi membaca, ia memiliki buku favorit berjudul Humankind: A Hopeful History yang ditulis oleh sejarawan Belanda, Rutger Bregman. Menurut buku tersebut, manusia pada dasarnya baik selama ia percaya pada proposisi tersebut.

Mardi Wu, CEO Nutrifood, rupanya tertarik dan meminta Herman untuk sharing isi buku ke teman-temannya agar mereka memiliki pemahaman yang sama tentang bagaimana memimpin yang baik dan peduli. “Saya juga kerap membantu Pak Mardi Wu untuk menjadi moderator dalam sesi-sesi talk show atau seminar yang mengangkat tema-tema seputar leadership ini,” ungkapnya.

Tidak hanya itu, ia juga melakukan sharing di beberapa forum publik, khususnya di bidang people analytics. Baginya, yang penting adalah berpikir positif untuk setiap karya yang dihasilkan. Untuk itu, ia mencoba melakukan re-branding departemennya agar namanya lebih menjual di internal.

“Saya rebranding menjadi NOBEL (Nutrifood Organizational and Behavioural Lab),” ujarnya. Ia mencoba merangkum apa saja hasil riset yang ada di luar yang bisa diterapkan. “Kami juga membuat sendiri riset untuk diaplikasikan di internal,” lanjutnya.

Terkait creating leaders, Herman berprinsip akan memberikan otonomi dan cura personalis, menyesuaikan dengan keunikan masing-masing. Dengan demikian, yang dilakukannya adalah memberikan kesempatan kepada para calon leader untuk mengembangkan diri sesuai dengan minat, potensi, dan keunikan masing-masing.

Bagi pehobi lari dan traveling ini, performance dan achievements adalah satu kesatuan yang harus selalu diusahakan. Kepada anak buah, ia memberikan sugesti berdasarkan data, untuk mendorong keputusan-keputusan penting, performa, dan sekaligus mendorong pencapaian.

Menurut Herman yang belum lama ini menyelesaikan perjalanan darat bersama istri sejauh 4.000 kilometer dengan mobil dalam waktu dua bulan mengunjungi 17 kota di Jawa dan Bali sambil bekerja jarak jauh, apa pun pencapaian itu harus berimbang. Tidak hanya di bidang profesional atau personal, tapi juga di bidang sosial ataupun akademis. (*)

Dyah Hasto Palupi/Arie Liliyah

www.swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved