Youngster Inc. StartUp

Idealisme di Balik Pasarlaut.com

Idealisme di Balik Pasarlaut.com

Online marketplace yang menyasar kebutuhan fashion dan produk elektronik di Indonesia sudah cukup banyak. Adapun marketplace yang fokus di industri perikanan dan hasil laut belum ada. Inilah yang mendorong tiga sekawan, Farid Naufal Aslan, Indraka Fadhilah dan Utari Octaviany, mendirikan startup di bidang tersebut yang dinamai Pasarlaut.com.

Farid Naufal Aslan

“Kami posisinya mirip seperti Alibaba.com atau Tokopedia.com, tetapi fokus di B2B perikanan. Targetnya lebih kami arahkan ke perusahaan olahan karena saat ini memang perikanan kurang stok. Jadi, dengan ini akan kami arahkan ke mereka yang kekurangan stok pengganti. Lalu, ke depan juga ke pelanggan hotel dan restoran,” kata Farid, CEO Pasarlaut.com.

Ide Farid dkk. tergolong besar walaupun implementasinya tidak mudah. Apalagi, stakeholder perikanan merupakan UKM yang tidak terlalu melek teknologi. Dari sisi ide, Farid dkk. mendapat banyak dukungan, termasuk dari Menteri Kelautan. Dia bahkan sudah dua kali dipanggil dan bertemu Presiden untuk mempresentasikan ide-idenya dan Presiden memberikan dukungan penuh. Untuk menjalankan startup ini, selain dari modal sendiri, juga dibantu pendanaan dari Telkom (dana inkubasi) Rp 240 juta.

Startup asal Bandung ini baru benar benar jalan pada Mei 2015. “Mei kami melakukan validasi untuk mencari pasar. Bulan Juli launching web beta, dan belum ada transaksi. Sebulan kemudian baru ada pemesanan,” ungkap Utari, Direktur Pemasaran Pasarlaut.com. Tiga anak muda dari Jurusan Manajemen Telkom University ini punya cita-cita, dengan Pasarlaut bisa memotong rantai pasokan (supply chain) dari nelayan agar bisa langsung ke pembeli.

Setelah selesai membangun web-nya, para pendiri aktif berpromosi melalui media sosial dan media online lain. “Waktu itu kami tidak menyangka pada saat launching web, banyak pemesanan yang datang. Tetapi masalahnya, kebanyakan pemesan dari luar Jawa yang kami belum bisa layani. Sejak itu di website kami tulis bahwa kami hanya melayani Jawa Barat dan Jabodetabek,” Utari menjelaskan.

Diakui Utari dan Farid, membangun marketplace perikanan sangat kompleks. Bukan hanya persoalan teknologi, tetapi rantai pasokan, permodalan nelayan, hingga masalah logistik dan pengetahuan nelayan yang belum kondusif. Tim Pasarlaut bahkan sempat diprotes nelayan di Subang ketika melakukan sosialisasi karena mereka belum tahu dan curiga.

Model bisnis Pasarlaut terbilang unik. Pelanggannya kebanyakan pembeli ikan borongan. “Mereka tidak menggunakan ATM. Jadi, mereka memesan melalui website, kemudian kami yang menelepon untuk konfirmasi. Jadi, masih sebagai portal,” kata Utari. Sejauh ini ikan yang dipesan kebanyakan kerang dara dengan volume order 100 kg sebulan walapun juga pernah mencapai 120 kg seminggu. Diakui Utari, volume penjualan memang belum besar karena pihaknya masih memperkuat basis pemasok. Sasaran utama pembeli Pasarlaut ialah kalangan perusahaan pengolahan ikan, pengelola restoran-kafe-hotel, dan pebisnis yang butuh ikan borongan.

Startup yang memenangi berbagai lomba wirausaha ini sekarang sudah membuat aplikasi yang disebut Sistem Informasi Pelelangan Ikan (ITPI). Aplikasi ini semacam mini-ERP, yang akan membantu nelayan dalam menjual ikan di tempat lelang. Meski saat ini tahapan startup ini masih sangat awal, ke depan para pendiri punya keyakinan prospeknya bagus. “Kami ingin maju sebagai startup yang membawa unique proposition dari Indonesia dengan Pasarlaut ini. China yang kuat manufaktur punya Alibaba.com dan Thailand yang negara pariwisata punya Aragoda. Pasarlaut harapannya bisa membantu Indonesia yang negara maritim ini,” ungkap Farid optimistis.(*)

Sudarmadi dan Rizky C. Septania


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved