Youngster Inc. StartUp

Inovasi Dua Sekawan Orbitkan Bornevia

Tim Bornevia (Foto: Istimewa)

Tim Bornevia (Foto: Istimewa)

Di Indonesia, belum banyak, bahkan bisa dibilang belum ada aplikasi berbasis web yang fokus pada Customer Relationship Management (CRM).

Nama-nama seperti Zendesk.com dan Salesforce.com adalah perusahaan yang sudah menggarap layanan konsumen dengan plafrom web di Amerika.

Melihat pasar yang masih terbuka sangat lebar, di tahun 2013 Benny Tjia dan Tjiu Suryanto mendirikan Bernavia. Sebuah nama yang diambil dari nama tempat kelahiran para pendirinya. Benny yang lahir di Jakarta atau Batavia dan Tjiu lahir di Borneo Kalimantan. Borneo dan Batavia, kira-kira itu asal kata dari Bornevia.

“Kebetulan saya dan Tjiu sama-sama pernah belajar di Amerika Serikat dan pernah punya pengalaman kerja di Amerika juga. Saya bekerja di San Francisco Bay Area untuk Microsoft (Divisi Yammer) dan Tjiu sempat bekerja di perusahaan produksen hardware,” jelas Benny saat dihubungi SWA Online (24/2).

Meski tidak mau menyebut nominal modal pendirian bisnis tersebut, Benny mengaku dalam perintisan tidak mengeluarkan dana pribadi sama sekali. Semua disokong oleh para investor. Pertama oleh seorang Angle Investor yang tidak mau disebut namanya dengan nominal yang juga tidak mau disebutkan. “Pokoknya ratusan juta lah,” jelas Benny.

Dalam perjalannya, setelah diluncurkan tahun 2014, Bornevia mendapat banyak kucuran investasi dari perusahaan modal ventura. Sebut saja dari East Ventures dan Beenos Partners (Netprice) Jepang. Bersama 11 tim yang bergabung di Bornevia, Benny mengincar segmen bisnis modern. Di dalamnya terdapat berbagai macam sektor bisnis, termasuk e-commerce dan semua bisnis berbasis online baik layanan maupun B2B.

“Kami juga banyak aktif di beragam forum daring yang menjawab kebutuhan sekitar kepuasan pelanggan. Dari sana, kami banyak mendapatkan banyak perhatian dari bisnis asing yang tertarik menggunakan produk kami,” jelas Benny yang mengklaim Bornevia sudah digunakan di 78 negara dengan 2,200 lebih active customers/ klien di dunia.

Lulusan University of Michigan Ann Arbor Amerika Serikat itu beralasan menawarkan jasa CRM lewat platform web sangatlah prospektif untuk ekspansi hingga ranah global. Sifatnya yang universal dan dibutuhkan oleh bisnis daring di negara mana saja, sangat membantu perluasan pasar. Bedanya dari setiap negara, media yang dipakai untuk berinteraksi dengan pelangan berbeda-beda. Bisa lewat email, live chat, media sosial dan lainnya. Secara garis besar, semua bisnis yang memiliki website akan membutuhkan Bornevia.

Dengan menggunakan Bornevia, semua history pelanggan yang komplain melalui email, media sosial atau live chat akan tergabung di satu wadah yang mudah diselesaikan. Selain itu, layanan lain yang ditawarkan Bornevia adalah bantuan integrasi, API dan juga support dan on-site training untuk bisnis yang berbasis di jakarta.

Lanjut Benny, di Indonesia sendiri Bornevia sudah menggandeng beberapa startup daring lain seperti bridestory, berrykitchen dan veritrans. Tidak hanya jago di dunia daring, rupanya korporasi besar seperti Kalbe Farma dan Trikomsel (Oke Shop) juga sudah menggunakan aplikasi besutan Benny ini.

Untuk menggunakan aplikasi ini, klien bisa membayar US$ 10 atau sekitar Rp 130 ribu setiap bulan dengan fasilitas full feature. Sedangkan untuk feature live chat hanya ditarif US$ 5 atau Rp 65 ribu per agen setiap bulannya. Agen adalah customer service representative nya. Seperti di call center, memiliki agen-agen yang menjawab call.

“Untuk mengetahui secara lengkap cara kerja Bornevia, kami berikan uji coba gratis selama 17 hari bahkan bisa satu bulan,” jelas Benny yang mengaku omzet yang diterima bisa mencapai ratusan juta sejak tahun 2015. Ia juga menargetkan Return of Investment (ROI) yang sudah ditanamkan oleh para investor akan dicapai di tahun 2016. Sebuah target yang ambisius dan terencana dengan matang. Strategi mencapai target itu antara lain dengan melakukan program marketing bersama dengan perusahaan B2B lokal.

“Untuk pasar luar negeri, kami sedang melakukan program digital marketing yang berkelanjutan ke negara-negara yang ada klien kami, seperti Israel, Peru, India, Singapore, Inggris dan Amerika Serikat,” jelas Benny optimis target ROI di tahun ini akan tercapai.

Meski demikian, Benny mengaku hambatan terberat dalam bisnis yang ditekuninya adalah minimnya akses ke para praktisi yang berpengalaman dan sukses di bisnis menjual software berbasis web. Mayarotis mereka berdomisili di luar Asia, sehingga Benny dan tim sangat sulit mendapat mentor yang sesuai dengan bidangnya. (EVA)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved