Youngster Inc. StartUp

JSDA, Gali Bisnis dari Budaya Jakarta

JSDA, Gali Bisnis dari Budaya Jakarta

Jakarta Souvenir Design Award (JSDA) meninggalkan banyak kenangan. Terutama bagi Erick Christ dan Satria W. Pamungkas. Dua pemuda ini dinobatkan sebagai jawara untuk kategori profesional dan UKM. Berangkat dari kebudayaan Jakarta, Erick dan Satria menggagas bisnis ciamik. Seperti apa?

Jakarta Souvenir Design Award (JSDA)

JSDA digelar oleh pemerintah kota DKI Jakarta. Melalui ajang ini diharapkan bisa menjadi suatu langkah dalam menggalang partisipasi warga Jakarta untuk lebih mengenal, mencintai dan membangun kota Batavia. Dari puluhan peserta yang mendaftar, nama Erick dan Satria keluar sebagai salah satu pemenang.

Erick membuat Jakarta Adventure Kit (JAK), yaitu panduan buat orang-orang yang ingin pergi ke Jakarta. Di dalam produk tersebut terdapat note, peta transportasi massal disertai JakCard. Kelebihan lainnya, Erick mengklaim, adalah adanya kartu pos, kartu remi dan buku panduan tempat-tempat wisata yang ada di Jakarta. “Ide itu datang tiba-tiba. Saya ingin membuat produk yang lengkap dan berguna buat semua orang. Jadi apabila orang-orang ingin berplesiran ke Jakarta, hanya tinggal membeli produk ini dan mereka tidak susah lagi jika ingin mengelilingi kota ini, “ ujar lulusan Inter Study jurusan desain komunikasi visual.

Erick Christ, Pencipta Jakarta Adventure Kit

Bungsu dari tiga bersaudara ini mengatakan, dirinya hanya membutuhkan waktu satu bulan untuk mengerjakan satu produk, mulai dari proses mendesain hingga tahap akhir. Modal yang ia keluarkan mencapai Rp 300.000. “Sebenarnya saya sedikit khawatir karena produk ini terbilang mahal,” Erick menambahkan.

Penyuka fotografi ini menargetkan, ke depannya ia ingin memperkenalkan JAK dan memproduksinya secara massal. “Karena sebenarnya produk ini sudah ada dan kalau tidak diproduksi sangat disayangkan. Mungkin saya akan mencari pihak-pihak tertentu untuk diajak kerja sama.” ia menandaskan.

Selain Erick, Satria juga memiliki ide bisnis yang menarik. Sarjana ekonomi Universitas Atma Jaya Jakarta ini menggagas pembuatan batik yang mengangkat sejarah Jakata. Untuk mengembangkan idenya, Satria ditemani oleh rekannya, Linda Wahyudiono.

Batik yang dibuat Satria terbuat dari kain katun dan kain sutra. Yang menjadi nilai lebih, menurutnya, adalah adanya corak khas Jakarta: mulai dari motif, warna, maupun bentuk yang dikombinasikan. “Jakarta adalah kota multikultural. Seharusnya Jakarta lebih kaya dari daerah-daerah lainnya. Untuk itu saya mencoba untuk mengangakat batik ini menjadi ikon” sahut penggila travelling ini.

Untuk membuat satu produk, Satria membutuhkan waktu satu hingga dua bulan, atau tergantung teknik pengerjaan. Ke depan, ia berencana menggunakan mesin cetak agar produknya tersebut bisa diproduksi secara massal. “Modal untuk batik tulis kurang lebih Rp 1.000.000, sedangkan batik dari cap mulai dari Rp 100.000 – Rp 200.000,” ujar anak ketiga dari empat bersaudara ini.

Produk ini nantinya akan membidik banyak kalangan terutama pelancong dari mancanegara. “Target pertama yaitu motif batik Jakarta ini dapat dipasarkan dan berharap motif batik Jakarta ini dapat menjadi ikon Kota Jakarta,” ujarnya penuh optimis.

Satria W. Pamungkas, Pencipta Batik Khas Jakarta

Satria W. Pamungkas, Pencipta Batik Khas Jakarta

Lalu, apa kunci kesuksesan Satria dalam mengembangkan ide bisnis? “Segala sesuatu dicoba saja dahulu dan jangan kebanyakan berfikir, ” tutur pemuda asal Jawa Timur ini.

Sekadar informasi, puncak acara JSDA dihadiri oleh Wakil Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama, Handaka Santosa selaku Ketua Pelaksana JSDA 2013. Sedangkan proses penjurian dinilai oleh Pincky Sudarman (Alun-alun Indonesia), Ary Juwono (Professional Design Interior), Ade Darmawan (Ruang Rupa), Maudy Koenaedy ( Public Figure), Hudy Suharnoko (Kolektor Seni), Farah Wardhani (Art Historian), Eridanie Zulviana (Best Design JSDA 2013), Zara Zettira (Majalah Hello Indonesia), dan Dwi Sutarjantono ( Majalah Esquire). (Nidauul/Ario)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved