Youngster Inc. StartUp zkumparan

Jurus Theresia Kembangkan Bisnis On Demand Jasa Perawat

Theresia Lumba Gaol, founder & owner layanan keperawatan berbasis aplikasi Homecare24
Theresia Lumba Gaol, founder & owner layanan keperawatan berbasis aplikasi Homecare24

Tak hanya layanan ojek atau layanan pesan-antar makanan yang sekarang bisa dinikmati konsumen melalui aplikasi. Layanan jasa keperawatan pun bisa diorder cukup melalui aplikasi. Adalah Theresia Lumba Gaol yang punya ide mendigitalisasi bisnis layanan jasa keperawatan itu dengan mendirikan layanan keperawatan berbasis aplikasi, dinamai Homecare24, pada awal 2017. Kini sekitar 400 perawat aktif bergabung di Homecare24 dan sekitar 1.000 pasien pernah ditangani.

Lahir di Pematangsiantar, 23 Oktober 1990, dan kuliah di Jurusan Keperawatan Universitas Indonesia, sebelum mendirikan Homecare24, Theresia pernah bekerja di perusahaan e-commerce, rumah123.com. Sejak awal ia memang punya target di usia 17 tahun harus sudah punya bisnis sendiri dan ia melihat ada peluang untuk bisnis layanan mendatangkan perawat ke rumah pasien. Untuk memulai bisnis Homecare24, ia serius belajar, banyak melakukan kunjungan ke rumah sakit di Jakarta, serta memberikan kuesioner kepada kalangan perawat dan mewawancarai mereka. Ide bisnisnya: memudahkan pasien dalam mencari perawat karena tinggal klik dan order dari aplikasi lalu perawat akan datang.

“Awalnya, produk kami hanya dua, yakni Live-in dan Visit saja. Sekarang kami sudah mengembangkan total hampir 100 layanan,” kata Theresia yang kini berkantor di Graha Irama Building, Jl. Rasuna Said, Jakarta. Sejauh ini layanan yang paling banyak dikenal masyarakat adalah Live-in, yakni perawat datang dan tinggal di rumah pasien dalam kurun waktu tertentu. Khusus pasien lanjut usia (lansia), tidak hanya perawat yang dapat menjaganya, bisa juga caregiver (perawat yang tidak harus memiliki Surat Tanda Registrasi).

“Selain layanan Live-in, kami juga memiliki layanan Companionship, yakni layanan pendampingan di rumah pasien atau di rumah sakit dalam kurun waktu 12 jam maupun 24 jam,” kata Theresia yang dibantu 23 karyawan ini. Bahkan, di Homecare24 juga ada layanan Fisioterapi (untuk pemulihan pascacedera, pengobatan suatu penyakit, dan pascaoperasi) serta layanan Medical Care (layanan medis yang disesuaikan dengan kebutuhan setiap pasien).

Pengguna jasa Homecare24 umumnya memang pasien lanjutan dari rumah sakit ke rumah pribadi. Rumah sakit tidak bisa membuat layanan homecare karena akan memakan biaya besar dan butuh banyak SDM. Theresia terus menyempurnakan aplikasi Homecare24 ini dari tahun ke tahun dan sejauh ini telah mengalami perubahan mayor tiga kali. Pastinya, aplikasiya sudah tersedia di Android dan iOS. Ia menggelontorkan dana lebih dari Rp 1 miliar untuk investasi bisnisnya ini. Menurutnya, aplikasi yang dikembangkannya menawarkan banyak hal berbeda dibandingkan beberapa pesaing dari luar negeri, seperti ada pemberian notifikasi kepada pasien, resep obat, perencanaan subjektif & objektif pasien, hingga terdapat bank data untuk bisa mengetahui jenis penyakit yang dialami seluruh pasiennya.

Para perawat atau caregiver di Homecare24 sejauh ini bekerja dengan pola fleksibel. Jika mereka ingin kembali bekerja, tinggal aktifkan aplikasi; dan jika ingin rehat dulu, bisa menonaktifkannya. “Sekarang ada 1.300 perawat dan caregiver yang sudah bergabung. Yang aktif 300-400 orang. Rata-rata mereka masih bekerja di rumah sakit tertentu,” Theresia menjelaskan.

Terkadang, satu pasien bisa memilih tiga hingga empat perawat sekaligus dalam sekali pemesanan. Order perawat bisa disortir berdasarkan jenis kelamin, usia, agama, dan keahlian karena memang ada juga pasien yang butuh bantuan untuk mengurusi binatang peliharaan dan memasak. Sejauh ini, diakuinya, jasa ini memang lebih banyak digunakan oleh kelas menengah-atas.

Untuk harga, layanan termurah Rp 200 ribu (layanan Visit) dan termahal Rp 8 juta-9 juta per bulan (layanan Live-in). “Dibandingkan kompetitor atau yayasan lain, harga yang kami jauh lebih murah. Pembagian profitnya adalah 90% untuk perawat atau caregiver, dan 10% untuk Homecare24. Sebenarnya 10% ini bisa dibilang bukan profit bagi kami, karena nantinya akan digunakan untuk garansi pengembangan SDM,” kata Theresia. Untuk mengenalkan aplikasi dan layanan, ia mengandalkan metode pemasaran/promosi online dan sudah menggunakan beragam media sosial, termasuk dengan Search Engine Optimization, Search Engine Marketing, dan YouTube Channel Advertising.

Homecare24 sudah membantu sekitar 1.000 pasien. Mayoritas pasien ialah penderita stroke, diabetes, kanker, dan demensia. Sejauh ini Homecare24 memang masih fokus di Jabodetabek dan kebanyakan pasien tinggal Jakarta Barat dan Jakarta Selatan. “Permintaannya banyak, termasuk dari luar kota dan luar negeri. Kami memang akan ekspansi ke kota-kota besar seperti Surabaya, Bandung, Bali, dan Medan. Namun, sekarang kami kembangkan dulu di sini,” katanya. Ke depan, pihaknya juga akan menggarap bisnis B2B, menyasar pelanggan rumah sakit. karena sekarang masih B2C (ke perorangan). Theresia menargetkan tahun 2019 ini jumlah perawatnya yang aktif akan meningkat, dari 400 menjadi 1.000 orang.

Istijanto Oei, pemerhati bisnis dari Prasetiya Mulya Business School, melihat layanan perawat dan caregiver sangat dibutuhkan saat ini, terlebih di kota besar yang penduduknya sangat sibuk. “Prospek bisnis ini cerah. Bahkan, sebenarnya tidak hanya di dalam negeri, di negara-negara luar seperti Jepang sedang membutuhkannya karena piramida penduduk yang lebih banyak usia senior. Terlebih lagi dimudahkan dengan menggunakan aplikasi yang mempertemukan antara pengguna dan perawat,” katanya.

Sebenarnya, aplikasi seperti ini sudah ada, seperti pembantu.com yang menyediakan asisten rumah tangga, sopir, sampai baby sitter. “Yang perlu dilakukan adalah menjalin kerjasama dengan pihak ketiga, yaitu rumah sakit ataupun klinik terapis. Jenis layanannya harus dikembangkan dan harus banyak kerjasama,” demikian saran Istijanto. (*)

Sudarmadi & Chandra Maulana

www.swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved