Youngster Inc. StartUp

Kofera, Ingin Kuasai Bisnis Machine Learning di Asia

Kofera, Ingin Kuasai Bisnis Machine Learning di Asia

Berbekal pengalaman berkarier di perusahaan e-commerce dan pemasaran digital, Bachtiar Rifai bersama enam sahabatnya mendirikan Kofera Technology di ujung 2015. PT Tri Digital Perkasa, demikian nama perusahaan Kofera itu, merupakan penyedia jasa otomatisasi pemasaran digital berbasis big data dan machine learning yang teknologinya mendekati artificial intelligent. “Pada prinsipnya, machine learning adalah software yang menggunakan data historis untuk memprediksi data-data ke depan,” kata Bachtiar. Ia mengklaim, Kofera merupakan satu-satunya perusahaan di Asia yang menggunakan teknologi machine learning.

Bachtiar Rifai

Bachtiar melihat peluang bisnis software pemasaran digital berbasis big data di Indonesia itu cukup terbuka lebar. Menurutnya, sebagian besar perusahaan e-commerce melakukan cara konvesional yang cenderung ke manual dalam mengampanyekan pemasaran digital. Ia mencontohkan, perusahaan e-commerce biasanya menambah pegawai atau menyewa agensi pemasaran digital untuk mengelola pemasaran produknya di dunia maya. Atau, membutuhkan waktu berhari-hari untuk menginventarisasi jutaan produk dengan cara manual. Ujung-ujungnya, perusahaan mengeluarkan biaya dan tenaga ekstra. Di sisi lain, perusahaan ingin memperoleh profitabilitas sebanyak-banyaknya dengan biaya operasional yang relatif rendah. “Itu menginspirasi kami untuk memproduksi automation tools untuk perusahaan e-commerce. Produk Kofera menggunakan rumus matematika dan dikonversi ke software yang sedemikian rupa dirancang khusus untuk memudahkan mengoperasikan dan mengoptimalkannya,” ungkap mantan Kepala Pemasaran Grup Lazada (2012-14) itu.

Berpijak dari hal itu, Bachtiar mengajak rekan-rekannya mendirikan Kofera. Modal awal Kofera bersumber dari uang pribadi para pendirinya. Bachtiar, misalnya, menguras tabungannya yang dikumpulkan selama berkarier di lazada.com, blanja.com, atau pegi-pegi.com. Ia dan para pendiri Kofera lainnya berkomitmen untuk tidak digaji di masa-masa awal. Tujuannya, agar optimal menggunakan modal kerja untuk membiayai riset dan pengembangan produk. Kofera meluncurkan produknya di Maret 2016.

Bachtiar mencontohkan kelebihan software Kofera, yaitu bagi perusahaan periklanan yang ingin mengoptimalisasi kampanye pemasaran di Internet untuk 50-100 account cukup memerlukan satu orang untuk mengoperasikannya. Jumlah itu lebih sedikit daripada menggunakan cara konvensional yang bisanya membutuhkan 10-15 orang. “Ini saving a lot of money,” Bachtiar, yang didapuk sebagai CEO Kofera, menegaskan.

Target pasar yang dibidik adalah korporat (business to business/B2B). Pemasaran software Kofera, menurut Bachtiar, mengombinasikan pemasaran online dan jemput bola dengan melakukan presentasi ke perusahaan, menyajikan data ilmiah, memublikasikan riset di jurnal internasional, menjadi pembicara di acara e-commerce, atau mengunggah video tutorial. Strategi ini memikat calon klien untuk mencoba produk Kofera selama 14 hari tanpa dipungut biaya. ”Jika cocok, mereka bisa langsung membayar dan memperpanjang penggunaan software. Tujuannya, kami ingin membuat open platform,” ujarnya.

Bisnis Kofera melejit dalam tempo 10 bulan. Produk Kofera diakui kualitasnya dan mendulang kepercayaan dari berbagai perusahaan. Blanja.com merupakan klien pertama Kofera. Klien Kofera lainnya berasal dari berbagai sektor bisnis, antara lain perusahaan ritel dan agensi periklanan. “Saat ini klien kami lebih dari 100 perusahaan. Untuk pertumbuhan bisnis, omset kami naik 300% sejak Maret tahun lalu hingga Januari 2017. Sebagian besar revenue diperoleh dari perusahaan e-commerce,” tutur lulusan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Gadjah Mada (2006-10) itu.

Perkembangan bisnis tersebut dibarengi pengembangan produk dan SDM. Bachtiar merekrut teknisi dan periset dari lulusan terbaik Universitas Indonesia, Institut Teknologi Bandung dan UGM. Tak jarang, ia memburu kandidat pegawai yang berprestasi di ajang Olimpiade Fisika atau Matematika. Saat ini, Kofera memiliki 36 pegawai, 18-19 orang di antaranya sebagai teknisi peranti lunak. Sisanya terbagi untuk divisi riset yang diawaki 7-8 tenaga, dan tenaga pemasaran.

Ke depan, Kofera dikembangkan sebagai perusahaan riset dan teknologi yang menyediakan peranti digital untuk memenuhi semua kebutuhan yang dinginkan konsumen, seperti peranti untuk meningkatkan profitabilitas berbasis ilmiah. Impiannya itu berangkat dari minimnya perusahaan rintisan digital yang menggunakan riset sebagai tulang punggung utama mengoperasikan bisnis, seperti yang umum dilakukan perusahaan startup di Amerika Serikat.

Perusahaan rintisan di Indonesia, menurut Bachtiar, lebih banyak menggunakan model bisnis sharing economy. Targetnya, membawa Kofera sebagai raja di Asia. “Semoga tercapai di akhir 2018,” ujarnya dengan nada optimistis. Inovasi produk sudah dipersiapkannya, antara lain mengembangkan teknologi untuk aplikasi bujet dinamis (dynamic budget application) dan nature language processing yang menggunakan NLP (neuro linguistic programming) berbahasa Indonesia. “Ini menjadi unique selling point karena Kofera menggunakan teknologi berstandar global, serta memahami kondisi pasar periklanan di Asia untuk menyediakan model yang cocok untuk pasar di Indonesia, Singapura dan Malaysia,” katanya menjabarkan.

Riset: Hana Bilqisthi


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved