Youngster Inc. StartUp

Langkah Jenius Bimbel Online Zenius

Langkah Jenius Bimbel Online Zenius

Banyak yang mengeluh, belajar ilmu eksak seperti fisika, kimia, biologi dan matematika itu selain sulit juga membosankan. Keluhan itu datang tidak hanya dari pelajar SMA, tetapi juga dari mereka yang masih di bangku SD.

Sabda P.S.

Bagi Sabda yang pernah kuliah di Jurusan Teknik Informatika Institut Teknologi Bandung (ITB), belajar ilmu eksak tak berarti harus mengernyitkan dahi dalam-dalam. Ilmu eksak bisa menyenangkan, asalkan tahu cara mempelajarinya. Maka, dibantu Medy Suharta yang juga lulusan ITB (Jurusan Teknik Elektro), Sabda membangun Zenius. “Pak Medy adalah guru saya pada saat bimbel di Sony Sugema College sewaktu saya SMA. Ada juga beberapa investor lainnya. Mereka punya saham sebanyak 2-3%,” katanya membeberkan.

Sabda yang tidak menyelesaikan kuliahnya di ITB, tetapi kemudian kuliah online di Jurusan Matematika Filsafat Universitas London dan Jurusan Antropologi Universitas Oxford, mengatakan, bimbel interaktif secara online ini bisa dibilang sebuah terobosan baru. “Saat ini, Zenius telah memiliki lebih dari 33 ribu video materi pembelajaran dan 1.500 modul latihan soal yang bisa diunggah di website-nya,” ujarnya. Dalam website tesebut ditampilkan video-video interaktif sebagai cara baru belajar layaknya di kelas tetapi disajikan dengan lebih menarik. Melalui media online, terutama media sosial, belajar jadi tidak membosankan.

“Kami juga menyediakan tulisan di blog dengan tulisan-tulisan yang seru dan mudah diterima anak-anak, dibuat menjadi lebih fun. Kami banyak mengangkat topik sehari-hari, tetapi yang memiliki landasan science,” kata Sabda. Memang, platform pembelajaran online Zenius ini dihadirkan dengan tujuan mendorong pemikiran kritis dan pengetahuan ilmiah sebagai cara yang terjangkau untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia.

Target Zenius adalah mereka yang memiliki kesadaran untuk belajar, siswa yang ingin masuk universitas terbaik, serta siswa yang akan menghadapi Ujian Nasional dan Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri. “Ini merupakan member terbanyak kami, ada 800-1.000 member,” ujar Sabda. Untuk mengakses konten di website-nya, siswa dapat menjadi anggota biasa atau anggota premium. Pengguna biasa hanya dapat mengakses konten terbatas pada Zenius. Sementara anggota premium, selain memperoleh semua bahan, juga akan mendapatkan update konten dan promo khusus.

Saat ditanya berapa modal awal merintis bisnis ini, Sabda menceritakan, dia dan Medy awalnya mengadakan kelas bimbel secara fisik. Namun, hal itu dilakukan sekadar untuk mendapatkan uang untuk membesarkan Zenius. “Angkatan pertama, kami mendapatkan Rp 100 juta. Angkatan kedua, Rp 900 juta. Dan angkatan berikutnya, bisa sampai Rp 1-1,5 miliar,” ujarnya.

Awalnya, pihaknya tidak memiliki strategi pemasaran khusus dan tidak melakukan promosi secara besar-besaran. “Di awal, kami memakai sistem penawaran kelas, tetapi belakangan dengan sistem rekomendasi,” ucap Sabda. Jadi, Zenius dirintis sebagai bimbel secara fisik karena pihaknya tidak memiliki modal. Sejalan dengan itu, pihaknya mulai menggaet para tenaga pengajar dan mempersiapkan rekaman dan CD. “Awalnya, kami menjual CD untuk anak-anak SMA,” ungkapnya mengenang.

Kini Zenius semakin berkembang. Traffic di website-nya mencapai sekitar 1,6 juta visitor. Lalu anggotanya (member) mencapai 300-400 ribu, dan yang aktif 40-50 ribu. Total member yang membayar ada 80-100 ribu orang. “Revenue kami sampai kemarin sudah lebih dari US$ 1 juta. Perkembangan traffic Zenius bisa mencapai 100% per tahun,” kata Sabda bangga.

Sekarang pihaknya terus mencari pengajar baru yang berkualitas. “Kami sudah mencari pengajar dan dari 1.000 guru yang mendaftar, terpilih 150 guru. Namun, yang lulus hanya satu orang. Pengajar perlu yang berkualitas karena Zenius akan menjadi guru untuk anak-anak di Indonesia, “Sekarang total gurunya yang murni tujuh orang. Sisanya adalah mereka yang bisa mengajar, bukan guru murni. Sedangkan karyawan sampai saat ini berjumlah 110 orang dengan Whisnu, adik saya sendiri, sebagai CEO-nya,” Sabda menjelaskan.

Zenius, dikatakan Sabda, tidak memiliki profit divident karena pihaknya harus terus berinvestasi. “Sampai saat ini revenue Zenius 70-80% berasal dari online. Sisanya berasal dari menjual CD melalui reseller dan Gramedia. Sampai sekarang sudah ada 18 Gramedia yang menjual CD tutorial Zenius, dan untuk reseller ada 200-300,” ujarnya. Tentu saja, Sabda akan terus membesarkan Zenius ke depannya.(*)

Reportase: Anastasia Anggoro Sukmonowati


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved