Youngster Inc. StartUp zkumparan

Manisnya Bisnis Bubuk Cokelat Jeffry Lukito

Jeffry Lukito

Keahlian mengolah cokelat diperoleh Jeffry ketika bekerja sebagai pegawai magang di pabrik cokelat, Surabaya. Setelah dua tahun bekerja di tempat itu, ia membuka kafe cokelat. Sayang, bisnisnya tak bertahan lama lantaran gulung tikar. “Setelah bisnis kafe cokelat ditutup, saya fokus mengembangkan minuman cokelat,” kata lulusan SMAK Frateran Surabaya tahun 2008 itu. Selama setengah tahun, ia mengoperasikan bisnis ini sendirian. Di tahap awal ini ia melakukan riset untuk memahami seluk-beluk industri kakao lokal, serta mengembangkan merek minumannya ini. Kakao adalah bahan baku cokelat.

Lantas, pada Desember 2014 Jeffry menggandeng Suhadi Nugraha, desainer grafis, yang berperan menciptakan logo dan merek Korte Chocolate Craft. Dan, Suhadi pun digandeng sebagai Co-Founder Korte. Dua tahun kemudian, Jeffry mendapat suntikan tenaga dari Daniel Kaurranny yang membantu operasional usaha Korte. Daniel berprofesi sebagai konsultan dan trainer membuat kopi. ”Saya berperan di bagian produksi dan pengembangan produk, Daniel di operasional lapangan dan pengembangan pasar, sementara Suhadi di branding dan operasional kantor,” tutur Jeffry mengenai pembagian tugas di Korte. Kemasan bubuk cokelat Korte dibuat agar elegan dan modern sehingga memberikan nuansa budaya populer masa kini.

Tantangan yang dihadapi Jeffry di bisnis ini adalah mengedukasi konsumen yang mempersepsikan cokelat sebagai makanan tidak sehat dan makanan anak-anak, serta menyimpulkan kualitas cokelat impor lebih baik daripada produk lokal. Tantangan itu ia respons dengan kampanye pemasaran di media sosial dan konvensional secara door to door itu. Berkat cara ini, jumlah pelanggan kian bertambah banyak dari tahun ke tahun. Konsumen terbagi dua segmen, yakni ritel dan pemilik kedai kopi yang menggunakan skema bussines to bussines (B2B). Penjualan di dua segmen ini berkontribusi positif terhadap raihan omset Korte. “Penjualan kurang-lebih 1.500 pack per bulan dengan omset Rp 300 juta-350 juta,” ungkap Jeffry seraya menyebutkan, Korte mempekerjakan sembilan pegawai. Apabila mengacu pada nilai penjualan itu, ia berpeluang memperoleh omset Rp 3,6 miliar-4,2 miliar per tahun.

Saat ini, varian Korte ada enam jenis, dan ada beberapa varian yang dikustomisasi sesuai dengan pesanan pembeli. Harga bubuk cokelat Korte Rp 270 ribu-370 ribu per bungkus (1.000 gram). Segmen konsumen yang dibidik adalah pembeli berusia 20-30 tahun.

Kelebihan bubuk cokelat buatan Jeffry adalah bercitarasa cokelat lokal. Ia mengolah kakao menjadi bubuk cokelat yang mudah diolah menjadi berbagai jenis minuman berbasis cokelat. Ia membeli kakao berkualitas tinggi dari petani yang harganya lebih tinggi tiga kali lipat jika dibandingkan dengan harga reguler Kakao. “Kami mengajak produsen dan petani untuk bekerjasama meningkatkan kualitas panen kakao sehingga kuantitas dan kualitas produk petani kakao bisa meningkat,” katanya. Korte membeli kakao dari sentra perkebunan kakao di Lampung, Jawa Barat, Bali, Kalimantan, Sulawesi Selatan. Selanjutnya, kakao itu diolah menjadi bubuk atau minuman cokelat. “Kapasitas produksi Korte mencapai 24 ton setiap tahunnya,” ujar pria yang pernah kuliah di jurusan kuliner salah satu akademi pendidikan di Surabaya ini.

Untuk memanjakan pelanggan, kelahiran 15 Februari 1991 ini tidak memungut bayaran pengiriman produknya ke konsumen, memberikan pelatihan cara mengolah produk, melakukan kustomisasi produk dan kemasan, hingga memberikan jaminan buyback untuk konsumen yang memiliki coffee shop. ”Kami tawarkan layanan itu sesuai dengan kebutuhan mitra dan pelanggan,” ujarnya. Ia mengkaji strategi pemasaran dan model kemitraan lainnya agar bisa memperluas ekspansi usaha.

Ke depan, Jeffry berencana menambah pegawai dan menyempurnakan sistem logistik agar memperlancar pengiriman cokelat ke berbagai negara serta mengembangkan produk lainnya. Saat ini Korte sudah terjual di Malaysia, Singapura, dan Brunei Darussalam. “Kami sedang melakukan riset-riset untuk menciptakan produk-produk lain yang bisa menembus segmen baru,” tuturnya.

Reportase: Sri Niken Handayani


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved