Youngster Inc. StartUp

Melancong Sambil Berkontribusi Sosial

Melancong Sambil Berkontribusi Sosial

Bisnis tak harus mencari uang semata. Sembari berbisnis, kontribusi sosial pun bisa diberikan. Prinsip itulah yang diyakini Ahadin Syarifudin Fahmi dalam menjalankan bisnis travel dan event organizer. Tak seperti jasa perjalanan lainnya yang cenderung hanya melancong ke satu tempat, Sociotraveler yang dikelola bersama tiga rekannya, menawarkan jasa perjalanan dan kontribusi sosial dalam layanannya.

Sociotraveler

Ada pula program #KelanaKenawa yang mengusung tema resik pantai. Para peserta diajak bersih-bersih di Pulau Kenawa-Pulau Paserang (Sumbawa Barat), dan Pulau Gili Kondo (Gili Bidara, Gili Kapal, Gili Petagan, Gili Lampu) di Lombok Timur.

Program lainnya: paket #CintaGunung. Peserta menggalang dana untuk pemulihan prasarana masyarakat yang terkena dampak kebakaran hutan Gunung Merbabu, Yogyakarta. Lalu #SnorkelingSchool yang menawarkan pengalaman unik dalam ber-snorkeling. Tak hanya snorkeling, peserta diajari bagaimana menanam terumbu karang dan melihat biorock (media penanaman terumbu karang yang dibuat oleh manusia).

Dirintis sejak 2014, Sociotraveler digawangi Fahmi, Septyan Bayu Aggara, Pramudya Arif dan Shinta Kumala Dewi. Mereka berbagi tugas: konsep perjalanan, media, fotografi, teknologi informasi, dan keuangan. “Sociotraveler ini mimpi kami untuk membangun pariwisata Indonesia. Kami prihatin dengan objek wisata yang masih kurang dikelola dengan baik,” kata Fahmi, pehobi fotografi dan desain grafis lulusan S-1 Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro, Semarang.

Secara konsep, Sociotraveler menggunakan konsep backpacker, tetapi ditambah konsep pelayanan yang lebih kuat. “Target pasar kami, para karyawan perusahaan yang kurang piknik dan terlalu lama tertekan oleh kebosanan pekerjaannya,” ujar Fahmi. Biasanya sebelum dilakukan perjalanan wisata, timnya lebih dulu menyurvei lokasi dan menjalin kemitraan dengan masyarakat di sekitar tujuan wisata yang tergabung dalam masyarakat Kelompok Sadar Wisata.

Selama ini kisaran peserta dalam setiap perjalanan bervariasi: 8-50 orang, bergantung pada besarnya peminat. Bahkan paket Jomblo Mendaki Rinjani diikuti 57 orang.

Dengan jumlah peserta yang variatif, otomatis pendapatan Sociotraveler setiap perjalanan juga beragam. “Jika tripnya kecil dengan peserta belasan, rata-rata bisa mengantongi Rp 15-20 juta. Namun untuk trip besar bisa di atas Rp 100 juta,” kata Fahmi, kelahiran Sidoarjo, 20 Agustus 1992.

Yang menarik, untuk mengawali bisnis ini, modal Fahmi dkk. boleh dikatakan minim. “Waktu bikin trip ke Dieng dengan gerakan #DiengBersih, kami cuma keluar duit Rp 250 ribu untuk survei. Dari situ keuntungan kami putar,” kata Fahmi.

Untuk memasarkan jasanya, keempat sekawan cenderung menggunakan media online yang murah meriah: media sosial dan website. Termasuk melakukan promosi ke berbagai akun Instagram. “Melakukan improvisasi di bidang periklanan menjadi salah satu ujung tombak promosi trip, didukung dengan improvisasi tulisan untuk menggaet calon peserta trip Sociotraveler,” Fahmi menjelaskan kiatnya.

Ke depan Fahmi ingin mengarahkan Sociotraveler agar banyak menggarap corporate gathering, study tour dan family gathering. “Ya, kami akan mengajak peserta dalam skala besar untuk melakukan perjalanan sekaligus menyebarkan virus kebaikan. Juga akan melebarkan destinasi wisata setiap tahunnya. Tahun 2016 akan ada destinasi internasional,” ucapnya. Saat ini mereka sedang menyiapkan paket #MenapakKinabalu di Sabah, Malaysia.

Sri Niken Handayani dan Sudarmadi


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved