Youngster Inc. StartUp zkumparan

Rekreasi Duet Iman dan Anggi

Rekreasi Duet Iman dan Anggi

Masih ingat iklan Bukalapak Medok Pendekar Jari Sakti yang menjadi iklan terpopuler di YouTube pada 2016? Atau iklan Bukalapak lainnya, Nego Cincay, juga iklan Ramayana, Keren Hak Segala Bangsa?

Anggi Soni Senjaya dan Iman Sjafei

Anggi, setelah lulus kuliah dari Jurusan Broadcasting dan Advertising Universitas Indonesia, bekerja di rumah produksi iklan selama lima tahun dengan posisi terakhir sebagai ko-asisten director. Adapun Iman yang lulusan Teknik Industri dan Sistem Informasi Universitas Bina Nusantara (2012), bekerja di agensi politik yang mengerjakan proyek-proyek kampanye politik. Di akhir 2013, Iman keluar dan menjadi konsultan. Saat itu, ia pernah membuat sistem komunikasi digital dan media sosial untuk Partai Golkar. Kemudian, ia diajak bergabung dengan Gita Wiryawan (mantan Menteri Perdagangan pada Kabinet Indonesia Bersatu II Presiden Susilo Bambang Yudhoyono) yang saat itu akan mengikuti Konvensi Partai Demokrat. Setelah itu, Iman menjadi freelancer sampai 2014 hingga akhirnya mendirikan Rekreasi bersama Anggi.

Sekian lama industri periklanan trennya dikuasai agensi besar dan kebanyakan berasal dari perusahaan internasional. Namun, sejak 2015 trennya adalah loyalitas klien bukan pada perusahaan tetapi ke orang (creative director) yang menjadi key person di agensi periklanan. Sehingga, ketika creative director di agensi A pindah ke agensi B, klien pun akan ikut pindah ke agensi B. Maka, pada 2015 banyak key person itu yang membuat agensi sendiri. “Waktu itu, kami berpikir untuk membuat agensi lokal kecil. Namun, saat itu kami bukan siapa-siapa,” kata Anggi.

Sejalan dengan itu, terjadi pergeseran cara beriklan dari media konvensional ke media digital. “Kami pun berpikir untuk membuat yang kecil-kecil terlebih dahulu, yaitu dengan membuat video YouTube dan lainnya.” kata Anggi. Modal awalnya, untuk enam bulan pertama sebesar Rp 500 juta dan itu pun hasil patungan.

Lalu, bagaimana menumbuhkan kepercayaan? Saat menjual jasanya, Rekreasi membuat iklan video YouTube dengan kualitas terbaik, dan awalnya memberikan harga di luar harga pasar. Dan, di saat klien sudah melihat hasilnya bagus, maka kemudian harganya akan disesuaikan. “Sekarang pricing policy kami sudah besar dan sama seperti pemain besar lainnya,” ucap Anggi.

Klien pertama Rekreasi adalah Kementerian BUMN. Sebenarnya, kliennya itu adalah tim transisi. Jadi, waktu Joko Widodo naik menjadi presiden, ada tim transisi yang saat itu menghadapi kondisi rencana kenaikan BBM. “Akhirnya, kami dapat assignment dari Kementerian BUMN. Assignment-nya adalah bagaimana caranya agar saat harga BBM-nya naik, tidak rusuh,” ujar Iman. Rekreasi pun membuat iklan di televisi, YouTube, infografis, kampanye media sosial, hingga press release ke media. “Dan, hasilnya ternyata tidak ribut, karena kami memakai story bahwa kenaikan BBM berarti kenaikan manfaat. Jadi, yang awalnya uang buat subsidi menjadi untuk sekolah, pelabuhan, jalan, dll.,” kata Iman menjelaskan.

Sekarang, Rekreasi tidak lagi mengerjakan proyek yang berbau polilik, lebih menggarap brand. Nah, di 2015, pihaknya memiliki kesempatan presentasi ke Bukalapak. Mereka berpikir bahwa Bukalapak saat itu baru tumbuh dan Rekreasi juga baru tumbuh. Ketika itu, konten YouTube juga sudah mulai ada sehingga akhirnya Rekreasi menawarkan membuat konten di YouTube kepada Bukalapak yang harganya jauh lebih murah dibanding beriklan di televisi (TVC).

“Akhirnya, kami membuat web series dan viewers-nya lumayan, mencapai 30 ribu. Subscribe awalnya 1.000 menjadi 15 ribuan,” kata Iman bangga. Kemudian, Rekreasi ditantang Bukalapak membuat web series baru. Mereka juga mengandeng J. Walter Thompson (JWT), agensi periklanan global. Rekreasi ditugaskan membuat konten digital yang bisa mengantarkan atau “menghangatkan” kondisi. Adapun JWT membuat konten untuk di TVC. “Karena temanya mengenai pahlawan, kami saat itu membuat web series si Medok dan ternyata responsnya luar biasa,” ungkap Iman.

Bicara harga di industri iklan, menurut Iman, nilainya berbeda dibandingkan di industri televisi yang standarnya sangat terjaga. Misalnya, kamerawan di televisi dia bayar Rp 5 juta sampai selesai. Namun, di iklan tidak bisa seperti itu karena hitungannya per hari. Kadang kalau iklan sederhana saja bisa Rp 3,5 miliar. “Dulu waktu awal, Rp 200 juta juga bisa kami buat tetapi dengan standar yang sama. Medok itu, satu episode Rp 300 juta, dan waktu di awal, kami buat untuk Bukalapak itu hanya Rp 70 juta. Sebenarnya kalau seperti kami ini ada yang harus dikorbankan, yaitu kualitas atau harga, namun kami tidak mau mengorbankan kualitas,” kata Iman dengan serius.

Namun, harga semakin lama semakin naik karena memberikan harga murah di awal adalah strateginya. “Saat ini TVC yang kami buat harganya sudah di atas Rp 1 miliar. Itu beda dengan tiga tahun lalu di mana TVC yang kami buat di bawah Rp 500 juta,” ungkap Iman.

Selain Bukalapak, klien Rekreasi juga ada ABC President, Gudang Garam GG Mild, Ramayana, A&W, Diabetasol, BRI, dan masih banyak lainnya. Omset bisnisnya setiap bulan biasanya naik- turun. “Di 2017, omset kami rata-rata Rp 10,6 miliar/tahun,” ucapnya. Awalnya hanya empat orang, kini tim Rekreasi beranggotakan 20 orang.

Bicara persaingan, klien sebenarnya tidak mempermasalahkan harga, tetapi mengapa mereka memilih agensi lokal? Karena, menurut mereka, idenya masih fresh dan tipikal agensi seperti Rekreasi memperlakukan klien dengan sangat eksklusif dan lebih fokus. “Kalau kami, ciri khasnya lebih ke iklan yang lucu-lucu dan aneh-aneh. Namun, sebenarnya kami bisa membuat yang lain, misalnya yang sedih,” ungkap Anggi. Untuk target di 2018 ini, pihaknya ingin terus mempertahankan klien yang sudah ada dengan proyek yang lebih panjang, misalnya selama setahun.(*)

Reportase: Sri Niken Handayani


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved