Youngster Inc. StartUp zkumparan

Strategi Salman Cs Membesut Platform Cicilan Online Syariah

Muhammad Salman Alfarisy & Team

SyarQ merupakan platform cicilan online syariah berbasis website, yang sedang dikembangkan berbasis mobile Apps. SyarQ merupakan fasilitas yang melayani cicilan tanpa kartu kredit dengan konsep tanpa riba. Skema kredit yang diusung adalah murabahah, skema jual-beli antara penjual dan pembeli dengan pinsip syariah.

SyarQ yang berada di bawah PT Javan Cipta Solusi (JCS) ini lahir berawal dari keinginan para co-founder untuk memberikan fasilitas cicilan bagi karyawan di kantornya sendiri dan juga untuk membantu perusahaan startup lain yang memerlukan fasilitas cicilan dengan sistem yang adil dan transparan.

Salman pun menceritakan proses lahirnya SyarQ. Saat itu, salah satu timnya kehilangan smartphone dan butuh dana untuk membeli yang baru. Sayang saat itu, kantornya belum ada kebijakan untuk memberikan fasilitas cicilan kepada si timnya itu. “Dari kejadian tersebut, tercetus ide untuk membuat SyarQ,” ujarnya. Menurutnya, tidak ada angka pasti mengenai modal awalnya, karena saat awal SyaQ dikerjakan secara sambilan, pararel dengan proyek-proyek JCS lainnya.

Lalu bagaimana sistem kerja SyarQ ini? Mari kita sambangi website SyarQ.com. Dalam werbsite tersebut, kita bisa membuat simulasi berapa besaran yang harus dibayarkan atau dicicil ketika membeli sebuah produk dan menggunakan layanan SyarQ. Caranya? Tinggal menyalin dan menempelkan tautan barang dari sebuah e-commerce atau toko online ke aplikasi di website SyarQ. Kemudian, sistem akan otomatis menampilkan harga dan jumlah cicilan yang harus dibayarkan si pembeli.

“Kami fokus sebagai fasilitas cicilan barang untuk karyawan pemula, dan SyarQ menggunakan akad transaksi jual beli. Jadi, pada dasarnya SyarQ tidak meminjamkan uang dan tidak menggunakan sistem bunga seperti lembaga-lembaga keuangan konvensional pada umumnya,” ujar Salman yang pernah menerima beasiswa Mien R Uno Foundation.

Menurut Salman, strategi bisnis yang dilakukannya saat ini masih menggunakan skema sederhana. SyarQ menawarkan fasilitas ini pada beberapa startup yang menjadi relasinya dengan menawarkan fasilitas cicilan syariah bagi tim dari startup tersebut. Perlahan, setelah mendapat klien startup, juga mendapat klien sekolah dan koperasi. Lalu, SyarQ juga berkolaborasi dengan Baitul Mal Wal Tanwil (BMT).

“Hingga saat ini, kami sudah bermitra dengan kurang-lebih 200 partner (perusahaan, BMT, agen) dan ada 2.900-an anggota,” katanya menginformasikan. Target pasar yang dibidik adalah karyawan muda usia 20-34 tahun yang mencari alternatif cicilan halal. Lalu, bagaimana pertumbuhan bisnisnya sekarang? “Saat ini kami tumbuh di atas 15% per bulan dari sisi pengguna. Dan, saat ini kami baru melakukan penyaluran dana Rp 850 jutaan,” kata Salman membeberkan.

Sekarang ini, tantangan yang dihadapinya adalah nama SyarQ semakin dikenal dan semakin banyak yang mengajukan cicilan. Itu sebabnya, SyarQ perlu lebih agresif lagi untuk menghimpun dana investasi dari masyarakat. Selain itu, pihaknya juga tengah membuka peluang sebagai platform channeling perbankan Syariah.

Namun diakuinya, upaya untuk mengedukasi masyarakat tentang keuangan syariah juga menjadi tantangan tersendiri. Pasalnya, beberapa kali pihaknya masih banyak menemui masyarakat yang sulit membedakan produk keuangan syariah dengan produk keuangan konvensional. “Itu sebabnya, SyarQ rutin melakukan edukasi melalui channel-channel yang kami punya,” ujarnya.

SyarQ juga mencoba terus mengedukasi masyarakat mengenai konsep muamalah di bidang jasa keuangan yang halal melalui konten media sosial “Buat kami teredukasinya masyarakat akan hal tersebut lebih prioritas dibanding sisi bisnisnya tersendiri,” cetus Salman.

Ke depan, SyarQ akan berkolaborasi dengan marketplace, meluncurkan aplikasi SyarQ via mobile app, serta berupaya memberi manfaat lebih banyak dan lebih besar bagi masyarakat. “Kami sedang mengusahakan supaya bisa terintegrasi ke marketplace-marketplace,” ucapnya. Dan saat ini, pihaknya fokus melakukan pendaftaran mitra, baik yang bentuknya perusahaan, BMT, maupun keagenan di luar dari daerah yang sudah menjadi jangkaunya saat ini.

Sumardy, pengamat pemasaran, berpandangan bahwa bisnis berbasis syariah memang tumbuh di Indonesia. Kebetulan, belum ada pemain yang bermain di fintech syariah. “Kombinasi dua faktor ini memberikan peluang besar bagi SyarQ,” ujarnya. Tak mengherankan, peluang bisnis bagi SyarQ cukup besar. Asalkan SyarQ bisa menemukan segmen yang tepat dan tentunya memiliki sejumlah kelebihan dibandingkan yang konvensional seperti dalam hal kecepatan, kemudahan, dan akses.

Reportase: Anastasia Anggoro Suksmonowati


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved