Technology

Riliv Perkenalkan Aplikasi Curhat di Dunia Maya

Riliv Perkenalkan Aplikasi Curhat di Dunia Maya

Aktivitas netizen di media sosial begitu beragam, mulai dari mempromosikan produk, sekedar me-retweet akun-akun tertentu, hingga menumpahkan curahan hatinya di dunia maya tersebut. Media sosial sebagai wadah curhat tersebut, dilihat sebagai peluang positif oleh Audrey Maximillian Herli dan Fachrian Anugerah dari Sistem Informasi Universitas Airlangga, Surabaya serta Audy Christopher Herli dari Teknik Industri Universitas Brawijaya, Malang. Mereka membuat platform Riliv pada Agustus 2015, sebagai media curhat yang tepat bagi pengguna media sosial.

Audrey Maximillian Herli atau akrab disapa Maxi menceritakan pada masa-masa tahun terakhir perkuliahannya, ia tidak sengaja membuka timeline sosial media. Ia menemukan banyak status dan tweet dari orang-orang di sekitarnya yang isinya kesedihan, kegalauan dan bahkan depresi. Ia mengherankan tidak sekali atau dua kali namun setiap saya membuka timeline selalu ada status yang berisi hal-hal tersebut, terkadang ia merasa kasihan, karena curhatan mereka menjadi bahan tertawaan dan bully-an teman-temannya.

Saat itu, ia langsung beranjak dan membuka laptop untuk melakukan melakukan riset singkat dan hasilnya berdasarkan data WHO ternyata setiap 40 detik orang melakukan bunuh diri akibat depresi di seluruh dunia, dari populasi orang dewasa di Indonesia yang mencapai 150 juta jiwa, sekitar 11,6 persen atau 17,4 juta jiwa mengalami gangguan mental emosional atau gangguan kesehatan jiwa berupa gangguan kecemasan dan depresi. (Direktur Jenderal Bina Upaya Kesehatan, Kementerian Kesehatan, 2011).

Riliv Team Co Founders (Christopher Herli, Audrey Maximillian Herli, Fachrian Anugerah)

Riliv Team Co Founders (Christopher Herli, Audrey Maximillian Herli, Fachrian Anugerah)

Riliv adalah private messaging yang menghubungkan sesorang yang memiliki permasalahan pribadi dengan orang-orang yang memiliki latar belakang psikologi yang disebut dengan “Reliever”.

Reliever memiliki 2 jenis yaitu Expert Reliever yang merupakan Psikolog/Therapist. “Dulu sulit untuk merekrut psikolog. Saat ini kami sudah bekerjasama dengan Himpunan Psikologi Indonesia (HIMPSI) Jawa Timur,” ujar pria berusia 24 tahun ini.

Sedangkan Regular Reliever yaitu merupakan mahasiswa psikologi dari berbagai universitas di Indonesia. Mereka akan dapat belajar dalam mengeidentifikasi masalah di masyarakat, memperkuat relasi antar mahasiswa psikologi. Untuk bergabung, mereka harus terdaftar sebagai mahasiswa jurusan psikologi dan lulus mata kuliah konseling.

Dibuat dengan konsep konsultasi one-on-one oleh psikolog profesional secara anonim, tantangan terbesar adalah memastikan jawaban-jawaban yang keluar dari para Reliever berkualitas. Untuk itu Tim Riliv mendapat tantangan untuk menghimpun para partner dari institusi yang memiliki latar belakang psikologi seperti kampus yang memiliki fakultas psikologi agar mendapatkan Reliever yang baik dan dengan jumlah yang mencukupi.

“Per 2015, total 40 orang terdaftar sebagai reliever dari 120 orang yang tertarik bergabung,” ungkapnya.

Riliv menjaga kerahasiaan user dengan menggunakan nama samaran. Ia mengatakan bahwa user dapat men-download aplikasi di Google Play Store. Di dalam aplikasi tersebut ada beberapa kategori, di antaranya pemecahan permasalahan cinta, sosial, pekerjaan dan lain sebagainya.

Selain itu ada fitur untuk memberikan wisdom point kepada Reliever. Semakin tinggi nilai pada wisdom point, semakin banyak orang yang sudah berdiskusi dan puas dengan saran dari Reliever.

Potensi Bisnis

Tim Riliv terdiri dari 6 orang yang memiliki background yang berbeda mulai dari bisni​s, desain dan teknis. Usaha tim pun berbuah hasil, aplikasi telah di-download sebanyak 5 ribu orang. Tahun ini sudah mencapai angka 9 ribu. Sudah 10 ribu kasus yang telah berhasil kami tangani,” ujarnya.

Ia menjelaskan, ada tiga sumber pemasukan, yaitu sebagai tempat untuk mempertemukan user dengan psikolog profesional. Riliv mengambil fee dari para psikolog yang dapat menemukan pasien dengan kasus depresi yang tergolong akut.

Lalu, membuka konseling bagi para mahasiswa agar dapat menentukan tes potensial bakat. Selain itu berjualan wisdom coin sebagai kesempatan curhat kepada para reliever dalam fitur Riliv. Koin ini diperuntukkan bagi user yang sering melakukan konsultasi agar lebih bijak untuk melakukan konsultasi.

“Strategi kami yaitu akan berfokus dengan menghadirkan produk yang benar-benar dibutuhkan pengguna kemudian terus melakukan promosi online​,” kata pria yang hobi bermain games dan musik, serta membaca ini.

Maxi mengklaim, Riliv sudah menjangkau dari sabang sampai merauke mengingat mereka tidak bisa menemukan psikolog di daerahnya. Melalui Riliv, user mampu me-sharing tentang permasalahan pribadinya.

Ia memiliki rencana untuk meningkatkan market adoption dan user acquisition dari Riliv. “Target 2016, Riliv bisa mendapat 5.000 sampai 10.000 pengguna harian aktif. Untuk target umurnya berkisar dari 17-30 tahun,” tutupnya dengan tegas.(EVA)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved