Leaders Factory zkumparan

BFI Finance, Kembangkan Aneka Inisiatif Human Capital untuk Topang Transformasi

Andrew Adiwijanto, Direktur Operasional dan SDM BFI Finance
Andrew Adiwijanto, Direktur Operasional dan SDM BFI Finance (dua dari kanan), bersama TIM

Salah satu kunci sukses dalam melakukan transformasi bisnis adalah fokus pada aspek pengembangan SDM (people). Itulah yang dijalankan PT BFI Finance Indonesia Tbk.

Portofolio bisnis perusahaan multifinance ini didominasi traditional finance (98%), terutama pembiayaan mobil (76%), alat berat (13%), dan motor (9%). Belakangan, BFI Finance juga mulai masuk ke produk-produk baru (2%) dengan memperkuat eksistensi beragam produk barunya, yaitu Unit Usaha Syariah, properti, edukasi, dan leisure.

BFI juga bekerjasama dengan lebih dari 70 marketplace dalam bentuk kanal pembayaran dan pembiayaan. Selain itu, BFI pun memiliki beberapa proyek di dalam inkubator, seperti supply chain financing, travel agent supply chain, FMCG supply chain, dan maternity financing.

BFI Finance yang berdiri sejak 1982 dan berstatus emiten (go public pada 1990), kini memiliki 11.157 karyawan, 95%-nya termasuk generasi milenial dan hanya 5% generasi X. Jaringan operasionalnya berada di lebih dari 400 lokasi di seluruh Indonesia. BFI memiliki dua anak perusahaan, yakni PT Finansial Integrasi Teknologi yang membidangi fintech lending, dan sebuah perusahaan di bidang inventory & e-commerce warehouse.

Andrew Adiwijanto, Direktur Operasional dan SDM BFI Finance, memaparkan bahwa transformasi yang pertama adalah perubahan fokus, dari product centric menjadi customer centric. Kedua, aspek agency and repeat order. Sebagai agensi tradisional, perusahaan harus mencari profil bisnis yang baru, yaitu dengan kolaborasi dan aliansi.

Ketiga, aspek survey process by people. Proses survei kredit yang selama ini dilakukan secara manual dan tradisional harus berubah menjadi sistem credit scoring dan data analytic.

Keempat, aspek HR strategy, yang dulu lebih banyak berperan sebagai admin harus berubah menjadi unit human capital dan people tech yang betul-betul mendukung kebutuhan bisnis.

Kelima, aspek bucket handling. Sistem collection (penagihan) BFI yang begitu beragam, yang berawal dari bucket handling, harus diubah menjadi tele-collection dan zoning.

Khusus dalam hal strategi HR, BFI Finance menjalankannya dengan berbasis pada lima pilar, dengan rumusan: (1) organization and people strategy; (2) people hiring & nurturing; (3) culture, leadership, and engagement; (4) performance and rewards; dan (5) credible human capital business partner & excellence human capital services.

“Kami mencoba membangun inisiatif-inisiatif baru terkait human capital untuk menunjang transformasi tadi. Tentu saja, hal ini tidak akan berjalan jika tidak didukung dengan teknologi,” ungkap Andrew.

Karena itulah, manajemen BFI Finance meluncurkan sejumlah inisiatif berbasis teknologi, seperti Reliable Human Capital Information System (HCIS), Learning Mobile Apps, Chatbot Contact Center, Employee Collaboration App, dan Flexywork Realtime Performance App.

“Indikator kesuksesan kami dalam pengelolaan HR yaitu Employee Effectiveness Index yang kini di level 82,5 dan People Productivity Metrics yang lebih tinggi daripada rata-rata industri pembiayaan,” kata Andrew. Menurutnya, bila kompetensi SDM tidak berkembang, percuma ada strategi HR. “Kami memiliki cita-cita bisa menjadi employer of choice,” ujar Andrew yang memulai karier di BFI pada 1993 sebagai Marketing Officer.

Sementara itu, dalam menjalankan program creating leaders from within, langkah yang dilakukan BFI Finance adalah mengembangkan sembilan kompetensi yang disebut BECOCO (BFI Enhanced Core Competencies), yang terdiri dari: organizational commitment, strategic execution, customer focus, innovation, entrepreneurhips, strategic partnership, leading change, agile decision, dan nurturing people.

Kompetensi tersebut diterjemahkan ke dalam tiga kerangka kerja leadership development. Pertama, kerangka kerja Great Leader Program Academy yang sudah berjalan selama lebih dari lima tahun untuk level mulai dari karyawan sebagai kontributor sampai manajemen senior.

Kedua, kerangka kerja For BFIners Talent Only (FBTO), yaitu program pengembangan SDM khusus yang diberikan kepada karyawan yang terpilih sebagai talenta. Program yang sudah berjalan tiga tahun terakhir ini memiliki program Bootcamp, Flexi Learning, Digital Media Coaching, dan Sandbox Corporate Incubator.

Kerangka kerja ketiga: Role Modeling & Living in Digital Lifestyle, yang menjadikan leader sebagai inspirasi melalui media Vlog di YouTube, konten-konten baru, town hall meeting, dan sharing session.

Salah satu teknologi pendukung yang dikembangkan BFI Finance adalah Mobile BFI Edustream and Training Application (M-BEAT). Fiturnya live streaming, video learning content, dan virtual classroom. “Konten kami sudah memuat 230 modul,” ujar Andrew. Adoption rate M-BEAT selama lima bulan, dari September 2018 hingga Januari 2019, sudah 92,98%. Adapun retention rate di level 81,52%; karyawan belajar dua modul setiap bulan.

Teknologi kedua, chatbot employee service berbasis kecerdasan buatan (AI( yang dinamakan BELLA (BFI Employee Virtual Assistant). Manajemen menggunakan AI untuk menjawab perihal kepegawaian, baik reward, people development, performance, maupun organization. Adoption rate pada November 2018-Januari 2019 adalah 59,10% dengan setiap karyawan mengajukan 2-3 pertanyaan per bulan. Saat ini BELLA sudah berteman dengan 8.000 akun Line karyawan.

Andrew mengklaim, semua upaya tersebut telah membuahkan hasil yang cukup memuaskan. Sebanyak 91% leaders BFI berasal dari dalam perusahaan. Sementara tingkat turnover berada di kisaran 30%, Namun, 75% dari 30% tersebut memang karena kinerjanya kurang bagus.

“Dalam program ini, setiap pemimpin wajib memiliki kader agar successor selalu siap. Setiap key position, seperti regional manager, area manager, branch manager, diusahakan memiliki minimal dua successor, yang secara intens dimonitor oleh central manager,” ungkap Andrew.

Pada semester I/2019, BFI Finance membuktikan kepiawaiannya dalam bisnis multifinance dengan membukukan pendapatan Rp 2,5 triliun. Nilai pendapatan ini meningkat dari Rp 2,4 triliun secara year-on-year. Adapun laba bersihnya Rp 690 miliar dan total aset senilai Rp 18,3 triliun. (*)

Jeihan Kahfi dan Vina Anggita

www.swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved