Capital Market & Investment Automotive

Hilcon, Calon Emiten Nikel yang Membidik Bisnis Baterai Mobil Listrik

Hilcon, Calon Emiten Nikel yang Membidik Bisnis Baterai Mobil Listrik
Presiden Joko Widodo dan mobil listrik. (Ilustrasi foto : Istimewa)

PT Hillcon Tbk berencana menggelar penawaran umum perdana (intial public offering/IPO) kepada publik sebanyak 2.211.500.000 saham pada 14-18 Juli 2022. Jumlah saham yang ditawarkan mencapai 15% dari modal disetor Hillcon setelah IPO saham. Direktur Utama Hillcon Hersan Qiu, IPO ini didahului dengan penawaran awal pada 15-29 Juni 2022. “Kami telah menunjuk PT BRI Danareksa Sekuritas, PT Sucor Sekuritas Indonesia dan PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia sebagai penjamin emisi bersama,” katanya dalam siaran pers di Jakarta, Rabu (15/6/2022).

PT Hillcon Tbk berencana menggelar penawaran umum perdana (intial public offering/IPO) kepada publik sebanyak 2.211.500.000 saham pada 14-18 Juli 2022. Jumlah saham yang ditawarkan mencapai 15% dari modal disetor Hillcon setelah IPO saham. Direktur Utama Hillcon, Hersan Qiu, IPO ini didahului dengan penawaran awal pada 15-29 Juni 2022. “Kami telah menunjuk PT BRI Danareksa Sekuritas, PT Sucor Sekuritas Indonesia dan PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia sebagai penjamin emisi bersama,” ungkapnya.

Hersan mengemukakan, harga perdana Hillcon antara Rp 250-400 per saham. “Dari IPO saham, perusahaan di bidang aktivitas holding, konsultasi manajemen serta jasa pertambangan dan konstruksi ini akan memperoleh tambahan modal maksimal Rp 884,60 miliar,” kata Hersan. Sebesar 55% dana IPO saham akan digunakan untuk modal kerja PT Hillconjaya Sakti (HS). Sisanya 45% akan digunakan untuk belanja modal, yaitu pembelian alat-alat guna mendukung kegiatan operasional HS.

Saham Hillcon bernominal Rp 20 per unit ini akan dicatatkan dan mulai diperdagangkan di BEI pada 20 Juli 2022. “Kami berharap Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dapat menerbitkan pernyataan efektif untuk IPO Hillcon ini pada 12 Juli 2022,” jelasnya.

Hersan mengemukakan Hillcon berhasil membukukan pendapatan pada 2021 sebesar Rp 1,98 triliun, meningkat sebesar 94%, dari Rp 1,02 triliun pada 2020. Pada periode ini, laba kotor Hillcon melesat 138,69% atau menjadi menjadi Rp 814,12 miliar dari Rp 341,07 miliar. Marjin laba kotor juga naik, dari 33% menjadi 41% pada 2021. Hillcon membukukan laba bersih Rp 404,302 miliar, melonjak sebesar 365,48% dari Rp 86,856 miliar. “Majin laba bersih perseroan tumbuh menjadi 20% pada 2021, dari 9% pada 2020,” imbuh Hersan.

Total aset Hillcon meningkat 87,96%, dari Rp 1,27 triliun pada 2020 menjadi Rp 2,40 triliun pada 2021. Kemudian, total liabilitas bertambah 52,11%, dari Rp 1,18 triliun menjadi Rp1,80 triliun. Adapun total ekuitas Hillcon melambung sebesar 552,17% menjadi Rp 600 miliar pada 2021, dari Rp 92 miliar pada 2020.Hersan menambahkan, rencana IPO Hillcon ini merupakan bagian dari upaya mengembangkan bisnis, menciptakan nilai yang optimal bagi perusahaan dan stakeholder serta demi mewujudkan ekosistem industri nikel indonesia dan global.

Hersan menyebutkan Hillcon diharapkan mampu menarik investor untuk menginvestasikan dana di Indonesia demi memperkuat perekonomian nasional dan pembukaan lapangan kerja. “Hillcon memiliki potensi pertumbuhan yang baik seiring dengan perkembangan teknologi. Semoga langkah ini memantapkan langkah Hillcon menjadi pemain industri nikel,” ungkap Hersan.

Baterai Mobil Listrik

Ke depannya, Hillcon memiliki ekosistem bisnis nikel yang lengkap. Ini seiring pertumbuhan penjualan mobil listrik dan peningkatan konsumsi nickel metal industri baterai. Ekosistem ini didukung oleh produsen nikel dalam negeri. “Indonesia merupakan produsen nikel terbesar di dunia,” katanya.

Hersan menjelaskan, penjualan industri mobil listrik tumbuh dua kali lipat pada 2021 mencapai 6,4 juta unit. Pertumbuhan mobil listrik diperkirakan mencapai 38 juta unit pada 2030, atau sebesar 40% dari total penjualan mobil dunia. Konsumsi mobil listrik yang pesat akan menjadi kunci pertumbuhan konsumsi nikel pada dekade ini. Nikel digunakan oleh baterai mobil listrik karena memberikan jarak tempuh yang panjang jika dibandingkan dengan baterai lain.

Investasi oleh industri baterai mobil listrik pada saat ini difokuskan pada baterai berbasis nikel melalui perusahaan seperti CATL, LG Energy Solution, Tesla. “Konsumsi nikel untuk mobil listrik diperkirakan mencapai 1,1 juta ton pada 2030 jika dibandingkan dengan 200 ribu ton pada 2022,” katanya. Hersan menuturkan konsumsi nikel dunia naik 17,2% pada 2021 menjadi 2,8 juta ton dibandingkan 2020 yang tumbuh hanya 0,6%. Sebanyak 1,96 juta ton nickel metal (69%) dikomsumsi oleh industri baja stainless.

Konsumsi nickel metal industri baterai naik 80% pada 2021 menjadi 360.000 ton, mayoritas datang dari industri mobil listrik. Konsumsi nikel diperkirakan tumbuh hampir dua kali lipat menjadi 4,8 juta ton pada 2030 dibandingkan 2,8 juta ton pada 2021. Hersan memperkirakan, konsumsi industri baja stainless akan tumbuh 38% pada 2030 menjadi 2,7 juta ton, dari 1,96 juta ton pada 2021. Industri baterai, dipimpin oleh baterai mobil listrik, diperkirakan akan tumbuh empat kali lipat menjadi 1,4 juta ton pada 2030, dibandingkan 360 ribu ton pada 2021.

Indonesia sebagai produsen nikel terbear dunia memiliki 950 ribu ton nickel metal pada 2021, atau sebesar 35% dari total produksi nikel dunia. Indonesia juga memiliki cadangan terbukti nikel terbesar di dunia. Indonesia memiliki 22% cadangan terbukti nikel (21 juta ton nickel metal). “Cadangan terkira sendiri menurut Kementerian ESDM mencapai 41 juta ton nickel metal,” ungkap Hersan.

Swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved