Automotive

Implementasi B50 pada 2021

Presiden Joko Widodo di SPBU MT Haryono, Jakarta. (Foto : Setkab).

Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengaku ingin betul-betul memonitor secara khusus, dari hari ke hari, dari bulan ke bulan, untuk implementasi program Biodisel 20 (B30). Setelah B20, sekarang masuk ke B30. “Bagi saya tidak cukup hanya sampai ke B30. Tadi saya sudah perintah lagi pada Menteri dan Dirut Pertamina untuk masuk nanti tahun depan ke B40 dan awal 2021 juga masuk ke B50,” kata Presiden Jokowi dalam keterangan tertulis di Jakarta, Senin, (23/12/2019). Hal ini disampaikan Presiden Jokowi saat memberikan sambutan pada Peresmian Implementasi Program Biodiesel 30 (B30), di SPBU Pertamina Jl MT. Haryono, Jakarta, pada awal pekan ini.

Menurut Presiden Jokowi, ada tiga alasan mengapa pemerintah harus mempercepat implementasi program biodiesel. Pertama, pemerintah berusaha untuk mencari sumber-sumber energi baru terbarukan, energi terbarukan, dan kita harus melepaskan diri dari ketergantungan pada energi fosil yang tak sadar suatu saat pasti akan habis. “Pengembangan energi baru terbarukan juga membuktikan komitmen kita untuk menjaga planet bumi, menjaga energi bersih, dengan menurunkan emisi gas karbon dan untuk meningkatkan kualitas lingkungan, ini adalah energi bersih,” tutur Presiden Jokowi.

Yang kedua, ketergantungan kita pada impor BBM, termasuk di dalamnya solar ini cukup tinggi, sementara di sisi lain kita juga merupakan negara penghasil sawit terbesar di dunia. Dengan potensi sawit sebesar itu kita punya banyak sumber bahan bakar nabati sebagai pengganti bahan bakar solar. Potensi itu harus dimanfaatkan untuk mendukung ketahanan dan kemandirian energi nasional kita. “Usaha-usaha untuk mengurangi impor, khususnya solar, harus terus dilakukan dengan serius. Kalkulasinya jika kita konsisten menerapkan B30 ini akan hemat devisa kurang lebih Rp63 triliun, jumlah yang sangat besar sekali,” kata Presiden Jokowi.

Yang ketiga, yang tidak kalah pentingnya penerapan, menurut Presiden Jokowi, B30 juga akan menciptakan permintaan domestik akan CPO yang sangat besar, selanjutnya menimbulkan multiplier effect terhadap 16,5 juta petani pekebun kelapa sawit kita. “Ini artinya program B30 akan berdampak pada para pekebun kecil maupun menengah, petani rakyat yang selama ini memproduksi sawit, serta para pekerja yang bekerja di pabrik-pabrik kelapa sawit,” tegasnya.

Karena itu, Presiden Jokowi menyampaikan setelah program B30 nantinya masuk ke B40, disusul implementasi B50, dan B100. “Akan tidak mudah kita untuk ditekan-tekan lagi oleh negara manapun, terutama melalui kampanye negatif yang dilakukan beberapa negara terhadap ekspor CPO kita, karena kita memiliki pasar dalam negeri yang sangat besar,” ujarnya.

Kepala Negara mengingatkan dua kunci keberhasilan implementasi program B30 maupun nantinya menuju ke B100. Apakah kita mau keluar dari rezim impor atau tidak. “Jangan-jangan masih ada di antara kita yang masih suka impor, impor BBM, karena itu permintaan terhadap B30 dan menuju ke B100 yang harus terus dikembangkan dan diperbesar,” tuturnya.

Pada kesempatan ini, Presiden Jokowi didampingi sejumlah menteri dan direksi Pertamina, antara lain Menko Perekonomian Airlangga Hartarto, Sekretaris Kabinet Pramono Anung, Menteri ESDM Arifin Tasrif, Menteri BUMN Erick Thohir, Dirut Pertamina, Nicke Widyawati, dan Komisaris Utama Pertamina Basuki Tjahaja Purnama.

Hemat Devisa Setelah meresmikan implementasi penggunaan Biodiesel 30 (B30), Presiden Jokowi mengharapkan penghematan devisa seiring implementasi B40 pada 2020 dan B50 di tahun berikutnya”Tahun depan nanti masuk ke B40, 2021 masuk ke B50, targetnya kira-kira itu. Nggak usah terlalu ke B100, B40 dan B50 itu sudah saya kira, kalau step-step ini bisa kita raih, saya kira devisa akan semakin besar kita peroleh,” kata Presiden Jokowi.

Sebelumnya Presiden Jokowi menyampaikan, bahwa implementasi B30 yang dimulai pada Senin pekan ini akan bisa menghemat devisa Rp 63 triliun. Mengenai kesulitan transportasi logistik memasukkan CPO ke kilang untuk dijadikan B30, Presiden Jokowi mengakui adanya keruwetan masalah tersebut. Namun Jokowi menyampaikan, bahwa kilang Pertamina juga mencukupi sehingga tidak harus membangun kilang baru dalam rangka B30, B40, dan nanti B50.

Yang pasti, lanjut Presiden, jika nanti masuk B40 dan B50 tentu saja penghematan devisanya akan lebih banyak lagi. “Inilah yang sering saya sampaikan memperbaiki current account deficit dengan memperbanyak substitusi impor, produk-produk substitusi impor. Bukan hanya ini saja, nanti kalau petrokimia-nya juga bisa selesai, TPPI itu juga akan menghemat banyak sekali karena kita impor petrokimia juga sangat tinggi,” ujar Presiden.

Selain itu, Presiden kembali mengingatkan, bahwa implementasi biodiesel akan menjadikan kita lebih mandiri. Tidak tergantung pada pasar-pasar ekspor. Tidak tergantung pada negara-negara lain yang ingin beli CPO kita. “Kamu nggak beli, nggak apa-apa, saya pakai sendiri. Kamu tidak beli, nggak apa-apa, saya konsumsi sendiri di dalam negeri. Inilah daya tawar kita menjadi lebih kuat. Ngapain kita tergantung pada negara lain, kalau konsumsi di dalam negeri bisa memakai. Apalagi ini energi bersih,” tegas Jokowi. (*)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved