Business Champions

Anugrah Pakerti dkk., Menggulirkan Inovasi Produk Kosmetik Berkelanjutan

Anugrah Pakerti, CEO PT AVO Innovation Technology (AVO).
Anugrah Pakerti, CEO PT AVO Innovation Technology (AVO).

Anugrah Pakerti adalah new rising star di industri kosmetik nasional. Kiprahnya di industri ini menuai beragam penghargaan, di antaranya Forbes 30 Under 30 Asia di 2020. Pengusaha muda ini melejitkan bisnis kosmetik dalam tempo singkat.

Bersama rekannya, Anugrah mendirikan perusahaan kosmetik, PT AVO Innovation Technology (AVO), di tahun 2014. Sebagai CEO AVO, dia menakhodai perusahaannya untuk merebut ceruk pasar kosmetik.

Anugrah bersama pendiri lainnya, Ahmad Ramadhan (Direktur Operasional AVO) dan Aris Nurul Huda (Direktur Teknologi Informasi AVO), mengkreasikan produk kosmetik dan perawatan tubuh yang sarat inovasi berbasis prinsip berkelanjutan (sustainable). Mereka berbagi tugas. Anugrah menangani pengembangan bisnis, SDM, dan keuangan, sedangkan Ahmad bertugas memimpin operasional perusahaan dan Aris mengelola teknologi informasi dan keamanan data.

Ketiga sekawan ini bahu-membahu untuk menghadirkan produk perawatan kulit dan kecantikan yang berkualitas dan menyedot minat konsumen. Anugrah mengisahkan, pada fase merintis bisnis ini, dia dan mitranya mengamati permasalahan yang dihadapi konsumen dalam memilih produk kosmetik yang aman dan sehat.

Kala itu, konsumen cenderung menggunakan produk kosmetik dan perawatan tubuh yang belum mengantongi sertifikasi dan izin edar dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). “Saat itulah, kami ingin memberi solusi yang masuk akal, mengombinasikan natural dan science dengan efikasi yang baik serta memiliki konsep green beauty dan sustainability sebagai penopang untuk perjalanan panjang. Sejak saat itu, lahirlah brand pertama kami, yaitu Avoskin,” Anugrah mengenang perjalanan AVO merintis bisnis kosmetik dan perawatan tubuh.

Embrio AVO dihadirkan di kamar kos seluas 2,5 x 3 meter. Anugrah bersama kedua sahabat dan karyawannya memulai penjualan Avoskin dari rumah ke rumah (door to door). Guna menggenjot penjualan, mereka mengoptimalkan kanal digital sebagai saluran pemasaran dan promosi produk. Setahap demi setahap, mereka mengedukasi konsumen mengenai produk AVO.

Perlahan-lahan, penjualan Avoskin kian melambung. Mereka pun terus berinovasi melahirkan produk lainnya. Misalnya, Avoskinluminous (emulsion night cream), Intensive divine day cream, serta hydrating treatment essence. Target konsumen yang dibidik adalah perempuan berusia 18-35 tahun yang daya belinya di level medium-premium.

Untuk diferensiasi, AVO mengusung konsep berbeda-beda dari setiap portofolio produknya. Setiap produk berlandaskan nilai yang diusung AVO, yakni berkelanjutan.

Contohnya, Avoskin mengusung green beauty concept dan Oasea Laboratories mengusung blue beauty concept. Tahun 2016 tim AVO juga menghadirkan salah satu inovasinya. “Pada 2016 saat edukasi mulai masif, ada salah satu inovasi yang kami keluarkan, yaitu PHTE,” ujar Anugrah.

Departmen Product Innovation and Development mengemban tugas pengembangan inovasi. Mekanisme kerjanya bervariasi untuk mengkasilkan beragam inovasi, misalnya riset dan menghimpun ide kreatif. Sang CEO memimpin langsung proses inovasi itu.

Inovasi terus dikreasikan untuk memperkuat ekosistem inovasi yang melibatkan konsumen, komunitas, hingga perguruan tinggi. Inovasi AVO menyodorkan teknologi untuk menghasilkan produk yang memberi efek atau efikasi yang lebih baik. Inovasi produk menelurkan beragam produk yang diminati konsumen.

Saat ini, AVO memiliki lebih dari 100 SKU (stock keeping unit) atau Satuan Kode Barang dengan lima merek: Avoskin, Looké Cosmetics, Lacoco, Oasea Laboratories, dan Glow Better. “Produknya pun variatif, mulai dari YSB serum di Avoskin hingga tinted eye cream di Glow Better,” kata Anugrah, lulusan S-1 Teknik Informatika, Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta.

Pemasaran produk ini menggunakan omnichannel. Penjualan AVO di kanal online berkontribusi 60% dari total penjualan. AVO bermitra dengan sejumlah platform online, yakni Sociolla dan Watsons.

Anugrah mendorong AVO untuk menyodorkan produk yang memiliki nilai tambah yang bertautan dengan prinsip berkelanjutan. Sebagai contoh, Looké Cosmetics terdaftar di beauty without bunny program yang dimiliki PETA (People for the Ethical Treatment of Animals) dari tahun 2017. PETA adalah lembaga nirlaba global yang mengusung hak-hak hewan. AVO juga mengelola produknya sebagai merek perawatan kulit dan kecantikan yang ramah lingkungan.

AVO, kata Anugrah, menggunakan skema toll in manufacturing dalam produksinya. Sumber bahan baku dihasilkan secara inklusif dengan menerapkan prinsip perdagangan yang wajar, beretika, dan berkelanjutan dari beberapa negara penghasil sumber bahan baku terbaik, mulai dari Indonesia, Korea Selatan, hingga Prancis.

Seluruh produk AVO mengantongi sertifikasi dari BPOM. Kemudian, AVO menginformasikan beragam aspek penting, antara lain, kandungan dan formula produk. Informasi ini disajikan di kemasan produk. “Kami juga melakukan audit secara berkala terhadap kualitas setiap produk,” ujar lulusan S-2 Administrasi Bisnis dan Manajemen, Universitas Gadjah Mada ini.

Strategi ini kian meningkatkan kepercayaan konsumen terhadap produk AVO. Perusahaan yang mempekerjakan 320 karyawan ini berhasil meningkatkan omzet. Anugrah dkk. tersenyum lebar lantaran pendapatan AVO tumbuh 40% per tahun. Omzetnya sekitar Rp 50 miliar dalam setahun.

Ke depan, Anugrah dan kedua rekannya berencana menggenjot ekspansi bisnis dan melahirkan inovasi produk yang bakal memikat hati konsumen. Semoga terwujud. (*)

Sri Niken Handayani &Vicky Rachman

www.swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved