Brands

BNI Fokus Infrastruktur dan UMKM

BNI Fokus Infrastruktur dan UMKM

PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) yakin pertumbuhan kredit masih akan tumbuh di atas rata-rata industri seperti tahun 2016. Strateginya, adalah fokus membiayai proyek infrastruktur yang tengah digalakkan pemerintah. Selain itu, pembiayaan juga akan lebih banyak disalurkan untuk UMKM.

Direktur Utama BNI, Achmad Baiquni, mengatakan, perseroan siap melanjutkan momentum bagus pada tahun lalu, yang mana yang berdiri pada tahun 1946 itu berhasil mencetak pertumbuhan di atas rata-rata industri. Dari sisi kredit, BNI mampu tumbuh di atas 20%, jauh di atas pertumbuhan kredit secara nasional yang hanya 10%.

“Kami sudah menyusun strateginya. Dengan fokus di UMKM, kami berharap jumlah pengusaha UKM di Indonesia akan bertambah dan mampu menyerap lebih banyak tenaga kerja baru,” kata Baiquni.

Dia yakin situasi ekonomi pada tahun ini akan jauh lebih kondusif. Hal ini seiring usaha pemerintah baru Amerika Serikat, Donald Trump, yang akan berupaya sekuat tenaga mendorong pertumbuhan ekonomi domestik. Jika ekonomi Negeri Paman Sam, produk andalan ekspor dari Indonesia akan laris-manis diburu pasar di negeri adidaya itu.

Meski begitu, lanjut dia, pelaku perbankan nasional akan mengantisipasi kenaikan suku bunga Bank Sentral AS (The Fed). Suku bunga memang sudah diprediksi akan naik untuk mengundang para pengusaha agar tetap berinvestasi. Di saat bersamaan, pemerintah AS akan melonggarkan kebijakan pajak dan meningkatkan belanja negara untuk memacu pertumbuhan ekonomi domestik.

“Kami juga mempersiapkan diri untuk mengantisipasi gejolak ekonomi global. Tapi, pemerintah juga harus terus berusaha menjaga iklim ekonomi domestik tetap kondusif. Jika persiapan kita baik, apapun kondisinya akan tetap terjaga seperti sekarang,” kata dia.

Dia menjelaskan, kredit bermasalah mulai terkendali meskipun dari tahun lalu ada kecenderungan meningkat. Dengan melakukan restrukturisasi, kewajiban membayar yang semula tidak dapat ditunaikan, kembali lancar. Sebagian besar penyebabnya adalah kondisi bisnis yang kurang kondusif.

“Kisaran NPL di 3%. Tapi, kami harapkan tahun 2017 dapat turun kembali. Kita harus bersyukur, Indonesia ada di peringkat ketiga terbaik pertumbuhan ekonominya setelah China dan India,” kata dia. (Reportase: Syukron Ali)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved