Marketing IBBA

Ingin Merek Selamat di Era Disruptif, Begini Caranya

Ingin Merek Selamat di Era Disruptif, Begini Caranya

Masih jelas terbayang aksi demonstrasi pengemudi taksi online beberapa waktu lalu. Kehadiran taksi online membuat taksi konvensional menjerit. Merek lama, yang telah sekian lama mendominasi, babak-belur dihajar kompetitor barunya.

“Dalam beberapa tahun terakhir dan ke depan, peta kekuatan brand akan berubah drastis. Lima tahun terakhir, era disruptif kian menjadi-jadi. Sifatnya seperti bom atom yang langsung membumihanguskan yang sudah ada,” kata Managing Partner Inventure, Yuswohady.

Sebut saja, taksi Blue Bird yang semula berkuasa kini terhuyung-huyung menghadapi gempuran perusahaan taksi aplikasi seperti Uber, Grab, dan Go-Jek. Kehadiran pesaing baru ini membuat taksi konvensional tak lagi relevan. “Merek-merek lama ini harus hati-hati. Jika tak relevan lagi, bisnisnya makin lama makin redup. Prosesnya cepat,” kata dia.

Managing Partner Inventure, Yuswohady

Managing Partner Inventure, Yuswohady

Dia menjelaskan, para pemain lama ini juga harus ekstrawaspada karena kompetitor mereka tidak datang dari sesama pemain. Seperti, contoh perusahaan taksi aplikasi yang sukses merebut sebagian pasar taksi konvensional. Perusahaan pengiriman, seperti JNE kini juga mulai serius memperhatikan kompetitor baru mereka seperti Go-Jek. Pesaing perbankan kini juga datang dari perusahaan financial technology dan perusahaan telekomunikasi.

“Perusahaan yang berbasis data akan lebih rentan terkana disrupsi Apalagi, startup makin menjamur di Indonesia,” katanya.

Untuk selamat di era digital seperti sekarang, lanjut dia, perusahaan harus mulai memanfaatkan teknologi digital dalam lini produk dan layanannya. Misalnya, Blue Bird yang sudah merilis aplikasi My Blue Bird dan Matahari dengan Mataharimall.com.

“Merek lain harus mencontoh mereka. Selanjutnya, mereka juga harus berani men-disrupsi dirinya sendiri sebelum di-disrupsi perusahaan teknologi,” kata dia.

Pria yang akrab disapa Siwo ini menjelaskan, merek paling mahal seperti Apple sudah berkali-kali bangkit setelah dihajar para pesaingnya di era disruptif, termasuk men-disrupsi diri sendiri. Ini terjadi selama rentang lima tahun terakhir. Nah, perusahaan konvensional di Indonesia belum ada yang bisa dibilang sukses melewati era disrupsi ini.

“Dalam 5 tahun terakhir di tingkat dunia, tahun ini jika membicarakan market cap, lima terbesar adalah disrupter mulai dari Apple, Google, Microsoft, Amazon, dan Facebook,” katanya. (Reportase: Maria Hudaibyah Azzahra)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved