IBBA

Rahasia Peraih Indonesia Platinum dan Gold Brand Award 2015

Rahasia Peraih Indonesia Platinum dan Gold Brand Award 2015

Berani menjadi brand go global adalah tema yang diangkat dalam SWA Brand Summit dan Indonesia Best Brand Award 2015 yang berlangsung di Jakarta (30/9). Perusahaan-perusahaan yang telah berjaya menjadi market leader di pasar domestik, kini ditantang untuk bisa masuk dan mendapat apresiasi di pasar dunia. ‘Menjadi tuan di rumah sendiri’ semboyan ini mungkin sudah terjawab bagi sebagian pemilik merek. Nah, sekarang saatnya menjadi pemain ‘di negeri orang’.

(ki-ka) Asto Sunu Subroto, Dyonisius Betti, Kemal Effendi Gani

(kiri) Asto Sunu Subroto dan Kemal Effendi Gani (kanan)

Lepas dari cita-cita menjadi global brand, pada penyelanggaran Indonesia Best Brand Award (IBBA) kali ini ditemukan data yang kurang menggembirakan. Indeks hasil survei IBBA menurun dibandingkan tahun sebelumnya, yaitu dari 37,4 di tahun 2014 menjadi 36,6 tahun 2015 ini.

Asto Sunu Subroto, Presiden Direktur MARS, dalam sambutannya saat malam penganugerahan IBBA 2015 lalu, mengatakan, penurunan indeks tersebut salah satu penyebabnya dalah faktor krisis ekonomi yang melanda hampir seluruh negara di dunia termasuk Indonesia. “Dimulai dari naiknya harga BBM hingga akhirnya daya beli terus menurun dan semakin melemah samapai pertengahan 2015 ini,” ujarnya. “Menurut catatan kami, selama 11 tahun IBBA, baru tahun ini terjadi penurunan indeks brand value,” lanjutnya. Tetapi Asto kembali menyemangati para pemilik merek, agar terus berinovasi , “Apapun yang kita hadapi saat ini dihadapi sebagai dinamika, tidak ada kata berhenti berinovasi untuk sebuah merek dan seluruh stakeholdernya,”ujarnya.

Mereka yang berhasil meraih penghargaan pun berbagi rahasia membesarkan merek hingga sukses. Minyak goreng Bimoli, yang malam itu memboyong Indonesia double platinum brand IBBA 2015, bersedia berbagi apa saja yang telah mereka lakukan hinga bisa memenangkan penghargaan ini 13 kali berturut-turut. “Kami mempempertahankan kualitas meski konsekuensinya harga jualnya sedikit lebih mahal, tetapi pada akhirnya konsumen tahu ada sejumlah kelebihan yang dia dapat dari harga tersebut,” ungkap Anton Kasna, Group Category Product Cooking Oil Manage, PT Salim Ivomas Pratama, Tbk.

Menurut Anton, menjaga kualitas dilakukan mulai pembibitan kelapas sawit hingga proses refinery-nya dijaga dengan baik. Sebagian besar CPO grade I atau golden grade dipakai untuk memproduksi minyak goreng yang sudah ada sejak tahun 1970-an itu. Alhasil, Anton mengklaim, kualitas Bimoli jauh lebih baik dalam hal titik asapnya lebih tinggi, dengan demikian saat dipanaskan minyak tidak mudah berasap. “Umumnya minyak goreng mengklaim lebih bening lebih baik, sedagkan kami tetap bertahan dengan warna kuning karena ternyata lebih tahan panas,” lanjutnya.

Strategi pemasaran terdekat yang dilakukan Bimoli adalah dengan menggelar undian berhadiah yang nilainya mencapai Rp 5,2 miliar bertajuk “Bimoli kilaunya hidupkan semangat”. Bimoli. Belanja promosi ini cukup besar, tetapi menuurt Anton akan sangat tepat karena para konsumen ada diapresiasi dan kelak mendapatkan engagementnya. Selain itu, Bimoli juga melakukan kampanye “Ayo goreng ikan’ yang digelar di 9 kota besar di Indonesia mulai September – Desember 2015.

Tetapi ketika ditanyakan, apakah Bimoli akan membuat varian produk minyak goreng atau item lainnya seperti margarin, dan lainnya, Anton menjawab pihaknya akan tetap fokus memproduksi Bimoli sebagai satu-satunya varian minyak goreng, sedangkan untuk menambah item ptoduk turunan refinery CPO, mereka akan mempertimbangkannya tetapi tidak akan menjadi fokus utama.

Berbeda dengan Bimoli, pihak Yamaha Mio justru terus menambah varian-varian baru sepeda motor bebek matic miliknya. Dyonisius Beti, Executive Vice President PT Yamaha Indonesia Motor Manufacturing (YIMM), mengatakan itulah yang menjadi kekuatan mereka, “Karena dengan terus berinovasi mengeluarkan varian baru itu artinya kami terus berupaya menjawab kebutuhan konsumen,” jelasnya. Setiap riset dan pengembangan dilakukan beradsarkan kebutuhan konsumen. “Misalnya dari Yamaha Mio yang sudah empat kali mengeluarkan varian baru, itu karena kami mendapatkan banyak masukan tentang kebutuhan fitur-fitur tertentu dari motor bebek matic, maka terus kami perbaharui,” lanjutnya.

Tahun ini Yamaha Mio berhasil membawa pulang Indonesia Platinum Brands IBBA 2015, untuk kategori sepeda motor bebek matic. Bahkan pendatang baru di Yamaha motor sport, yaitu Yamaha Vixion pun sudah memboyong Indonesia Golden Brands IBBA 2015 untuk kategori motor sport.

brand summit dan ibba 2015

Merek lainnya yang juga memboyong Indonesia Platinum Brand IBBA 2015 adalah Piatos untuk kategori keripik tepung kentang olahan. Suguanto, Marketing Manager, PT URC Indonesia – produsen Piatos – mengaku availability adalah kunci keberhasilan Piatos menjadi top of mind brand dibenak konsumen saat akan memilih makanan ringan kentang. “ Sebagai brand, yang kami lakukan ada dua hal yaiu ATL, dengan belanja iklan, tetapi tidak terlalu besar, karena produk kami ini snack, maka avaibility porduk itu yang paling penting, dimana produk itu selalu tersedia di pasar, mudah didapatkan hingga ke pengecer kecil,” jelasnya.

Menurutnya, tantangan membesarkan brand kategori produk makanan ringan seperti Piatos adalah rendahnya loyalitas konsumen, “Brand loyal untuk konsumen di Indoensia sangat rendah sekali, jadi bagaimana caranya kami sebagai brand harus bisa jadi top of mind dan mempertahankannya itu tantangannya, “ ujarnya. Menjawab tantangan itu, Piatos melakukan komunikasi lewat media digital dalam hal ini media sosial seperti facebook dan youtube, karena menurut Suguanto segmen pasar Piatos adalah remaja usia 12 – 17 tahun yang banyak menghabiskan waktu mengakses internet khusus kedua media sosial tersebut. (EVA)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved