ICX

Mamikos, Optimalkan Pengalaman Nge-kos di Era Baru

Maria Regina, CEO dan Co-Founder Mamikos.
Maria Regina, CEO dan Co-Founder Mamikos.

Aktivitas tinggal di tempat kos (nge-kos) sudah ada sejak Indonesia masih diduduki Belanda. Terutama dilakukan oleh kalangan pelajar dari berbagai daerah yang sedang menjalani studi di kota-kota besar saat itu. Begitu juga bisnis kos-kosan.

Hanya saja, dari dulu, banyak keruwetannya, khususnya bagi pengguna jasa kos. Tak jarang, calon pengguna harus berkeliling dari satu rumah kos ke rumah kos lainnya untuk mencari tempat kos yang sesuai, baik dari segi harga, fasilitas yang disediakan, hingga lingkungannya. Maklumlah, informasi tentang rumah/kamar kos sering terbatas. Bahkan, yang sudah termuat di berbagai situs di internet pun sering informasinya tidak akurat ataupun tidak diperbarui.

Selain itu, sebelumnya industri ini juga seperti tidak memiliki standar, dan segala hal ditentukan oleh si pemilik kos (property owner). Misalnya, soal uang muka (down payment/DP) dan ketentuan pembayaran uang kos. Tak jarang calon penyewa harus menanyakan banyak hal sebelum setuju untuk mem-booking kamar kos untuknya.

Untuk mengatasi berbagai pain point semacam itulah, Maria Regina Anggit Tut Pinilih dan rekannya mendirikan Mamikos, platform yang mempermudah calon pengguna jasa kos mencari tempat kos yang sesuai dan membantu para penyedia rumah/kamar kos agar fasilitasnya bisa mendatangkan nilai ekonomi.

“Mamikos ingin memudahkan dan menstandardisasi proses booking kamar dan proses transaksi secara online,” ujar Maria Regina, yang menjadi CEO dan Co-Founder Mamikos. “Dengan teknologi, Mamikos bisa mengoptimalkan experience di industri kos-kosan,” ujarnya lagi. Karenanya, slogan citra yang dipakai perusahaan rintisan ini adalah “Kos-kosan Era Baru”.

Target pasar Mamikos terutama adalah para pencari/penyewa tempat kos. Terutama dari kalangan pekerja yang masih lajang dan merantau, dan kalangan mahasiswa. Namun, belakangan Mamikos pun menyasar kalangan pasangan suami-istri baru, yang ternyata banyak dari mereka yang membutuhkan tempat kos.

Lewat platform Mamikos, penyewa bisa mencari tempat kos dengan spesifikasi dan keinginan tertentu. Misalnya, yang punya banyak fasilitas dan tidak di dekat jalan raya. Selain itu, teknologinya juga memberikan transparansi untuk para penyewa kamar kos. Mereka bisa melihat proses booking, data tagihan, cara bayar, hingga jangka waktu tinggal. Alhasil, prosesnya bisa lebih mudah dan menghemat waktu.

Yang tak kalah menarik, penyewa pun bisa mengajukan keluhan (komplain), dengan memanfaatkan tiket digital. Sebagai responsnya, pihak Mamikos dan pemilik properti akan menelusuri komplain tersebut dan mencari solusinya. Ada ukuran service level agreement (SLA) yang dipakai Mamikos. Misalnya, Mamikos saat ini menetapkan target dua menit untuk membalas chat (termasuk pertanyaan dan komplain) dari penyewa.

Ada teknologi yang membantu Mamikos sehingga respons bisa lebih cepat, terutama karena mampu mendata pertanyaan yang sering diajukan. Namun, demi memastikan efektivitasnya, tetap ada agen manusia yang siap membantu mengatasi kesulitan penyewa.

Menurut Maria Regina, pihaknya mencatat sejumlah perkembangan dan kemajuan. Antara lain, kecepatan merespons chat dan feedback dari penyewa naik dua kali lipat dibandingkan tahun 2022. Lalu, tingkat konversi dari chat ke booking properti juga naik dua kali lipat. Setiap bulan, katanya, Mamikos menerima 20 ribu booking dari para penyewa kos baru.

Tingkat kepuasan pelanggan (satisfaction rate) di tahun 2022 pun sudah berada di angka 97%. Dan, jumlah properti yang dikelola Mamikos naik sekitar dua kali lipat. “Secara keseluruhan, bisnis kami tumbuh dua kali lipat dibandingkan tahun 2022,” ujar Sarjana Hubungan Internasional dari Universitas Gadjah Mada (2009) ini.

Saat ini Mamikos mengelola sekitar 14 ribu kamar kos, yang berasal dari 1.300 properti. Di tahun 2022, jumlah kamar yang dikelolanya sekitar 7 ribu. Adapun dari sisi properti yang listing lebih besar lagi, yakni sekitar 200 ribu properti atau 3 juta kamar. Padahal, tahun lalu baru 100 ribu properti. Properti yang terdaftar di platform Mamikos tersebar di 300 kota dan kabupaten di berbagai daerah di Indonesia, meskipun mayoritas ada di Jabodetabek, Yogyakarta, Bandung, dan Surabaya.

Pada 2022, per bulan ada 7,7 juta penyewa kamar kos dari Mamikos. “Target kami tahun ini akan tumbuh dua kali lipat,” ujar Maria Regina.

Lulusan program Master of Business Administration UGM (2013) ini mengaku optimistis, tahun ini pasar diperkirakannya sudah normal, sedangkan tahun lalu masih masa transisi (karena pandemi Covid-19). “Tahun ini Mamikos ingin mengedepankan teknologi sehingga bisa memberikan layanan yang lebih terstandardisasi,” katanya. (*)

Joko Sugiarsono dan Anastasia A. Suksmonowati

www.swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved