Legend Brand zkumparan

Imora Motor, Sang Pengorbit Mobil Honda di Indonesia

Astrid Rusli, Presdir PT Imora Motor.
Astrid Rusli, Presdir PT Imora Motor.

Jika menyebut nama PT Imora Motor, orang akan segera mengasosiasikannya dengan mobil Honda. Ya, kehadiran mobil Jepang yang dikenal bermutu ini secara historis memang tidak bisa dilepaskan dari peran Imora.

Perusahaan ini didirikan oleh Hadi Budiman pada 1960. Imora sebetulnya sebuah singkatan, yaitu dari nama Istana Mobil Raya. Mula-mula, bisnisnya perbengkelan dan penjualan suku cadang. Bengkel pertamanya ada di Jl. Pangeran Jayakarta, Jakarta.

Lalu, Imora masuk ke bisnis impor mobil juga. Mobil yang pertama diimpor bukanlah Honda, melainkan merek Fiat, seperti Fiat 880, Fiat 1100, dan Fiat 1300.

Karena kondisi Indonesia di tahun 1960-an masih sulit, selain bisnis otomotif, Hadi juga berdagang aneka produk lainnya, seperti rempah-rempah, kertas, dan tekstil. Di tahun 1962, ia sempat mengimpor 180 unit mobil Holden dari Australia dan 1.000 unit skuter Vespa.

Baru pada 1968, selepas kunjungannya ke Jepang, Hadi memutuskan mengimpor mobil Honda. Merek yang diimpor waktu itu adalah Honda TN360, sejenis mobil niaga (pickup). Jumlahnya 50 unit.

Ternyata, mobil ini disambut konsumen Indonesia dengan antusias. Maka, sejak itu Hadi memfokuskan bisnis Imora pada penjualan mobil Honda. Kala itu, ia mengimpor 150 unit Honda TN 360. Pada Maret 1970, pihak Honda Jepang pun menunjuk Imora sebagai sole distributor mobil Honda.

Pada 1973, untuk pertama kalinya, Imora mendatangkan mobil penumpang Honda. Mereknya, Honda Life, mobil penumpang berukuran mungil, lebih kecil daripada Honda Brio saat ini. Tahun 1975, Imora mulai mendatangkan Honda Civic, lalu disusul Honda Accord pada 1978. “Honda itu terkenal dengan mobil sedannya,” kata Hendra Kustiawan, Direktur Imora Motor.

Baru di tahun 2000, Imora membawa masuk mobil SUV merek Honda CR-V, yang kemudian disusul MPV Mobilio dan LCC Brio Satya. “Hingga saat ini, ada 12 model mobil Honda yang memasuki pasar Indonesia,” ujar Hendra.

Di tahun 1970, Imora sebetulnya sudah ditunjuk sebagai sole distributor alias agen tunggal pemegang merek (ATPM) mobil Honda. Namun, pada 1998, melihat prospek pasar yang bagus di Indonesia, Honda Motor Co. Ltd. Jepang membentuk joint venture dengan Imora, sehingga lahirlah PT Honda Prospect Motor (HPM). Perusahaan patungan inilah yang sekarang memegang posisi sebagai ATPM mobil Honda di Indonesia. Adapun Imora berperan sebagai main dealer.

Menurut Hendra, Imora memiliki saham di 12 dealer. Di bawahnya, ada 49 dealer mobil Honda lainnya. Dealer yang 100% sahamnya dimiliki Imora adalah dealer Honda Jakarta Center dan Imora Motor Sentul. Yang lain merupakan kerjasama atau sharing partnership.

Pada 2003 HPM dan Honda Motor Jepang, masing-masing dengan porsi saham 49% dan 51%, membangun pabrik mobil Honda di Karawang, Jawa Barat. “Honda memilih membangun pabrik di Indonesia sebagian berkat keberhasilan penjualan Honda di Tanah Air oleh Imora Group,” kata Hendra.

Apa resep Imora tetap eksis di bisnis otomotif? “Kuncinya, konsistensi dan komitmen terhadap customer satisfaction. Ini yang ditekankan pendiri perusahaan, Pak Hadi,” kata Hendra. “Beliau selalu sampaikan bahwa modal utama bisnis dan yang harus terus dijaga adalah kepercayaan,” katanya lagi.

Di samping itu, Hendra merasa pihaknya juga beruntung mendapat produk mobil yang bagus, yang sudah terbukti keunggulannya di Indonesia. “Apalagi, juga ditunjang inovasi dari Honda Motor yang terus berkembang,” ujarnya.

Kunci keberhasilan lainnya adalah transformasi. Menurut Hendra, sejak 2015 Imora sudah melakukan transformasi digital. Mulanya, dengan mengembangkan media sosial bersama tim, lalu mengubah cara memasarkan produk. “Di era digital, kami mengembangkan platform pendukung, termasuk website, media sosial, dan teknologi terbaru,” katanya.

Hendra menyebutkan, kini penjualan melalui Instagram, Facebook, website, dan platform digital lain sudah menyumbang 20%-30% penjualan Imora. “Planning kami minimal 30%-40% penjualan Imora bisa disumbang oleh digital marketing,” ungkapnya.

Regenerasi kepemimpinan di Imora juga berjalan mulus. Setelah Hadi meninggal dunia pada 2006, generasi kedua mengambil alih. Lalu, di tahun 2015, kepemimpinan dipegang oleh generasi ketiga, Astrid Rusli, yang menjadi Presdir Imora Motor. Adapun generasi kedua kini duduk di jajaran komisaris.

Hendra, anggota direksi yang tidak punya hubungan keluarga dengan Hadi, melihat Imora memang perusahaan yang bersifat kekeluargaan, tetapi sangat menjunjung tinggi profesionalisme. Posisi manajerial dari GM ke bawah diisi tenaga profesional, dan hanya satu orang yang masih ada hubungan keluarga dengan sang pendiri.

Meski mampu eksis, Hendra mengakui bisnis Imora juga terdampak pandemi. “Tahun lalu (2020) penjualan kami turun 53%, kami memang sangat terpengaruh pandemi ini,” ia mengakui. Penurunan ini juga dialami pemain otomotif lainnya.

Padahal, dari 2016 sampai 2019, penjualan Imora selalu tumbuh, 5%-10% per tahun. “Tapi, kami tetap ingat pesan beliau (alm. Hadi) agar terus menjaga kepercayaan konsumen untuk bisa survive, dan dengan beradaptasi melalui transformasi digital,” ungkapnya.

Untungnya, kata Hendra, pada awal 2021 pemerintah menerapkan kebijakan relaksasi PPnBM untuk produk otomotif, sehingga permintaan mobil meningkat pesat. Hasilnya, pada Maret 2021 penjualan Imora meningkat hingga 250% dibandingkan Februari 2021. “Jujur, ini bukan hanya dirasakan Honda, tapi juga merek lain,” ujarnya. “Kebijakan ini positif sekali bagi industri otomotif,” ia menambahkan. (*)

Joko Sugiarsono & Herning Banirestu

www.swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved