GCG Companies

Angkasa Pura II, Dorong Sinergi Ekosistem Transportasi Udara

Muhammad Awaluddin, Direktur Utama AP II.

Seiring dengan melandainya kasus Covid-19 dan mulai ramainya penerbangan, PT Angkasa Pura II (Persero)/AP II terus melakukan berbagai upaya perbaikan kinerja. Tantangan pemulihan penerbangan dilakukan lewat berbagai upaya, dan diselaraskan dengan arahan dari sejumlah regulator.

“Kami memproyeksikan terjadi peningkatan 83% pergerakan penumpang Januari-Desember 2022 menjadi 57 juta, dibanding periode yang sama tahun lalu yang tercatat 31 juta penumpang,” kata Muhammad Awaluddin, Direktur Utama AP II optimistis.

Bagi Awaluddin, sekarang saat tepat untuk menata kembali pelayanan jasa kebandarudaraan, khususnya di Indonesia bagian barat. Melalui sinergi ekosistem transportasi udara, ia yakin, hal itu dapat menjadi kunci keberhasilan pemulihan.

“Berbagai program telah kami siapkan untuk mengembalikan kinerja yang terganggu diterjang pandemi,” ungkapnya. Antara lain, menyesuaikan harga tiket pesawat walau kondisinya agak sulit tahun ini. Kondisi perang Rusia-Ukraina menyebabkan kelangkaan bahan bakar yang mendorong meroketnya biaya avtur pesawat.

Lalu, mendorong pergerakan penumpang, dengan membuka rute baru, menambah frekuensi penerbangan bekerjasama dengan regulator dan maskapai, yang telah mendorong recovery rate di atas 68% di Februari 2022. Selain itu, rute-rute yang sebelumnya tidur panjang mulai diaktifkan kembali, terutama rute yang bukan prioritas maskapai, dan seterusnya.

Diakui Awaluddin, dari semua upaya pembenahan itu, pengelolaan biaya operasional bandara menjadi tantangan terbesar saat ini dan ke depan. “Kami harus bisa menyinkronisasi aktivitas operasi dan regulasi yang masih cukup dinamis. Untuk itu, kami menyesuaikan pendekatan operasi AP II mengikuti dinamika di lapangan. Kami juga berupaya mengelola pengoperasian bandara dengan lebih efisien dan efektif, dengan biaya yang optimum,” paparnya.

Caranya? Dengan memaksimalkan teknologi dan digitalisasi di AP II. “Kami meyakini penerapan teknologi dalam pengelolaan bandar udara menjadi kunci kecepatan dan ketepatan layanan dan efisiensi operasi bandara saat ini,” Awaluddin menandaskan.

AP II juga harus memastikan progres keberlangsungan sejumlah bandara di luar Ibukota tetap dilakukan dengan pelayanan yang optimal. “Keterbatasan likuiditas memaksa kami untuk tidak menambah pengembangan dan kapasitas baru. Kami mengambil langkah pemanfaatan capex yang ketat dan optimal. Selama dua tahun pandemi kami menghentikan proyek pengembangan di AP II,” lanjutnya mengakui.

Pandemi di satu sisi memang menyebabkan penurunan pergerakan penumpang, tapi di sisi lain, terjadi peningkatan volume kargo, seiring dengan pertumbuhan transaksi e-commerce di Tanah Air. Karena itu, pihaknya meningkatkan koordinasi dengan stakeholders agar bandara-bandara AP II mampu mengakomodasi tumbuhnya permintaan angkutan kargo domestik.

Volume angkutan kargo domestik pada Januari-Oktober 2022 melampaui realisasi sepanjang tahun pada 2019 dan 2020 yang mencapai 461.102 ton, atau naik 2,91% dibandingkan dengan periode yang sama pada 2021. Tahun 2021 volume angkutan kargo domestik tercatat 546.237 ton, naik 27,64% dibandingkan pada 2020.

Tahun 2020, kala pandemi mulai melanda dunia, volume angkutan kargo domestik di 20 bandara AP II secara kumulatif tercatat 427.948 ton atau naik 5,27% dibandingkan pada 2019 yang sebanyak 406.494 ton.

Pasar domestiklah yang mendorong peningkatan tersebut. Adapun kargo internasional masih terbatas karena maskapai pada tahun ini baru memulai secara berkala membuka penerbangan-penerbangan dari dan ke luar negeri.

Di tengah tantangan tersebut, AP II terus mendorong penerapan Good Corporate Governance (GCG) dengan sangat baik. Ada sejumlah hal yang dilakukannya untuk menerapkan hal tersebut. Karena penerapan GCG dengan baik memainkan peran utama dalam memberikan pelayanan terbaik, bandara-bandara AP II pun tidak kalah dari bandara kelas dunia.

“Kami percaya penerapan GCG dengan ketat merupakan kunci utama dalam membawa perusahaan untuk memberikan pelayanan kelas dunia di seluruh bandara yang kami kelola sehingga selalu sejajar dengan operator bandara kelas dunia lainnya,” kata Awaluddin.

AP II memastikan GCG berjalan dengan baik, dengan menjalankan berbagai program Antara lain, membangun Sistem Manajemen Anti-Penyuapan (SMAP) sesuai dengan standar ISO 37001:2016, guna mengidentifikasi, mencegah, dan mengevaluasi risiko penyuapan.

Selain itu, AP II juga telah memiliki Whistleblowing System, yang terintegrasi secara elektronik dengan KPK, sebagai inisiatif pencegahan praktik korupsi. Sistem terintegrasi ini juga memperkuat sistem pencegahan pelanggaran yang sudah dimilikinya.

“Kami juga memiliki unit Satuan Kerja Audit Internal Terintegrasi (SKAIT) guna memastikan kesinambungan dan keselarasan dalam menjalankan audit di lingkungan perusahaan. Kami memastikan penerapan GCG di bisnis AP II yang makin luas. Berbagai upaya memperkuat GCG ini sangat mendukung AP II mencapai visi ‘on becoming airport enterprise leader in the region’ pada 2024,” kata Awaluddin.

Selain itu, AP II juga membangun Sistem Manajemen Anti-Penyuapan (SMAP) sebagai bagian dari upaya perseroan memastikan tata kelola perusahaan yang baik. SMAP dibangun sesuai dengan standar ISO 37001:2016, guna mengidentifikasi, mencegah, dan mengevaluasi risiko penyuapan.

Penerapan sistem itu juga mengikuti arahan Kementerian BUMN dan Presiden Joko Widodo. SMAP memberikan protokol yang jelas dalam mencegah, mendeteksi, dan melaporkan jika ada penyimpangan. “Dengan demikian, kami dapat selalu menerapkan GCG di setiap aktivitas dan lini bisnis,” ujarnya.

Awaluddin mengaku bangga, pada 2022 BPKP melakukan assessment terhadap AP II, yang meraih skor 89,974 dan dikategorikan “Sangat Baik”. Penilaian dilakukan terhadap sejumlah parameter penerapan GCG, antara lain Aspek Komitmen terhadap Penerapan Tata Kelola secara Berkelanjutan, Aspek Pemegang Saham dan RUPS/Pemilik Modal, Aspek Dewan Komisaris, Aspek Direksi, serta Aspek Pengungkapan Informasi dan Transparansi.

“Kami sangat bersyukur bahwa di dalam kondisi penuh tantangan sebagai dampak dari pandemi Covid-19, AP II tetap dapat menerapkan GCG secara ketat. Kami sekali lagi percaya penerapan GCG dengan ketat merupakan kunci utama dalam membawa perusahaan untuk memberikan pelayanan kelas dunia di seluruh bandara yang kami kelola sehingga selalu sejajar dengan operator bandara kelas dunia lainnya,” Awaluddin menegaskan.

Saat ini AP II juga telah menandatangani MoU dengan Direktorat Jenderal Pajak terkait Integrasi Data Perpajakan. Ini untuk mendukung peningkatan penerimaan negara dari pajak serta memperkuat penerapan GCG.

BPKP melakukan penilaian setiap dua tahun sekali. Pada 2017 skor yang diperoleh AP II 89,763, lalu naik pada 2019 menjadi 89,893, kemudian kembali naik pada 2021 ke 89,974.

AP II mencatat rugi bersih Rp 824,66 miliar di semester 1/2022. Turun 46,66% dibandingkan pada semester 1/2021 yang sebanyak Rp 1,6 triliun.

Total beban usaha turun tipis menjadi Rp 3,6 triliun sepanjang enam bulan awal 2022. Beban operasional bandara menyumbang terbesar, yakni Rp 2,18 triliun. Beban operasional bandara ini naik dari Rp 2,17 triliun di semester 1/2021.

Total aset AP II tercatat Rp 41,4 triliun, liabilitas naik tipis menjadi Rp 24,48 triliun, terdiri dari liabilitas jangka pendek sebesar Rp 7,54 triliun dan liabilitas jangka panjang sebesar Rp 16,94 triliun.

Tercatat pendapatan usaha semester 1/2022 sebesar Rp 3,5 triliun, naik 26,2% dibandingkan pada semester 1/2021 sebesar Rp 2,77 triliun. Jika dirinci, pendapatan AP II di aeronautika sebesar Rp 1,59 triliun dan pendapatan di non-aeronautika sebesar Rp 1,91 triliun.

Adapun pendapatan dari jasa pelayanan penumpang berkontribusi 34% terhadap total pendapatan usaha perusahaan, yakni sebesar Rp 1,13 triliun. Angka ini naik 98,14% dibandingkan pada semester 1/2021 yang tercatat Rp 571 miliar.

Pendapatan aeronautika lainnya berasal dari jasa pendaratan sebesar Rp 249,05 miliar, pemakaian konter sebesar Rp 66,53 miliar, pemakaian aviobridge sebesar Rp 73,35 miliar, jasa penempatan sebesar Rp 32,38 miliar, dan jasa parking surcharge sebesar Rp 37 miliar. .

Dyah Hasto Palupi dan Herning Banirestu

www.swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved