GCG Companies

Bank Mandiri, Menajamkan Tiga Kekuatan

Darmawan Junaidi, Direktur Utama Bank Mandiri.

Dalam proses membangun ketangguhan perusahaan, PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. mengacu pada corporate plan 2020-2024 yang berfokus pada penajaman tiga kekuatan, yaitu: (1) mengintegrasikan bisnis wholesale dan retail dengan memaksimalkan potensi value chain; (2) menumbuhkan serta mengoptimalkan potensi bisnis di sektor unggulan di seluruh wilayah Indonesia; dan (3) mengakselerasi digital.

Melihat hal itu, tidak mengherankan jika Mandiri getol mengembangkan layanan digitalnya. Yang menonjol di antaranya aplikasi Livin’ dan Kopra.

Darmawan Junaidi, Direktur Utama Bank Mandiri, menjelaskan, Livin’ telah difungsikan sebagai superapps yang memfasilitasi berbagai layanan finansial dengan ekosistem terbuka, yang tidak hanya mampu mengakomodasi pengalaman banking yang komprehensif, tetapi juga layanan untuk kebutuhan hidup nasabah dan investasi.

Bahkan dalam waktu dekat, akan bertambah fitur baru, seperti Registration for Overseas Customer, Cross Border Remittance, Primary Bonds, dan Buy Now Pay Later. “Livin’ didukung teknologi AI untuk memberikan rekomendasi terbaik yang sesuai dengan gaya hidup nasabah,” ujar Darmawan.

Diluncurkan pada Oktober 2021, Livin’ telah mendulang pengguna terdaftar mencapai 13,5 juta nasabah dengan proporsi pengguna aktif 90%. Frekuensi transaksi selama semester I/2022 mencapai 881 juta dengan volume Rp 1.086 triliun.

Sementara itu, Kopra sebagai platform segmen wholesale difungsikan menjadi one stop solution, antara lain untuk smart account, e-fx, online custody, cash management value chain, layanan transaksi trade, dan bank garansi. Dengan fungsi itu, Kopra telah mengakselerasi pertumbuhan transaksi wholesale yang dapat dilihat dari beberapa indikator peningkatan transaksi di semester 1/2022. Di antaranya, frekuensi transaksi wholesale meningkat 72% year on year dengan peningkatan nilai sebesar 29% YoY, dan nilai fee–based income yang dihasilkan dari transaksi wholesale secara keseluruhan (total FBI kopra) mencapai Rp 1.021 miliar.

Selain layanan perbankan, transformasi digital juga digerakkan pada implementasi smart branch, dan transformasi business process melalui technops dan business process rengineering.

Untuk menyokong pengembangan-pengembangan digital tersebut, Bank Mandiri memahami pentingnya teknologi. Maka, fokus inisiatif berikutnya terkait penguatan IT RASS (Reliability, Availability, Scalability, Security), yang terdiri dari beberapa program, yaitu IT Application Program, IT Infrastructure Program, IT, dan Security Program.

“Kami mengimplementasikan empat layer pengamanan yang mengadopsi international best practices, yakni layer Awareness, Operation Control, IT Security, dan Fraud Detection. Pada implementasi strategi anti-fraud sejalan dengan regulasi dari OJK yang meliputi pencegahan, deteksi, investigasi, pelaporan, sanksi dan proses hukum, pemantauan, evaluasi, tindak lanjut,” Darmawan menjelaskan.

Kemudian, dilakukan penerapan manajemen risiko yang kuat secara berkesinambungan melalui proses Improve IT Risk Management dan Minimize Fraud Risk. Dalam urusan manajemen risiko, Mandiri menggunakan kerangka enterprise risk management. Penerapannya dilakukan melalui managing risk through operations.

Untuk menghadapi kondisi yang kurang baik atau unfavorable, kata Darmawan, enterprise risk management menerapkan berbagai tools manajemen risiko sesuai dengan risk apppetite perusahaan. Tools yang diterapkan antara lain Portofolio Guideline, Early Warning Signal, Rencana Aksi Keuangan Berkelanjutan, serta Market & Liquidity Management.

Pada sisi SDM, Agus Dwi Handaya, Direktur Kepatuhan & SDM Bank Mandiri, menambahkan, ada tiga strategi utama. Yaitu, mempercepat proses pemenuhan kapasitas dan produktivitas; mempercepat capability development; dan memperdalam employee engagement melalui kultur AKHLAK dan EVP (employee value proposition).

Adapun yang berkaitan dengan transformasi digital, mereka telah menyiapkan program Mandirian Siap Jadi Digital, yang mencakup lima area utama dengan 16 inisiatif. Semua program ini, menurut Agus, dilakukan untuk memfasilitasi supaya no one left behind. Artinya: semua karyawan difasilitasi untuk program reskilling dan upskilling sehingga bisa ikut di dalam proses transformasi digitalnya Bank Mandiri.

“Dalam menyukseskan seluruh inisiatif HC ini, Bank Mandiri juga memiliki platform digital agar bisa menjangkau seluruh Mandirian. Kami menyebutnya sebagai My Learn Mandiri,” ungkapnya.

Pada aspek struktur pengelolaan ketangguhan, Bank Mandiri juga telah memiliki struktur untuk mengelola ketangguhan perusahaan yang dibangun berdasarkan POJK No. 55 Tahun 2016 terkait corporate governance, POJK No. 46 Tahun 2017 terkait compliance, POJK No. 18 Tahun 2016 terkait risk governance, dan POJK No. 11 Tahun 2022 terkait IT Governance.

Secara riilnya, kata Darmawan, hal tersebut kemudian dituangkan di dalam struktur yang diatur dalam tatanan arsitektur yang menggambarkan hierarki tata urutan dalam pengelompokan kebijakan dan prosedur, yang terdiri dari Anggaran Dasar, Kebijakan, Standard Prosedur, dan Petunjuk Teknis.

Lalu, secara konteks yang lebih luas, terdapat 12 organisasi/unit kerja yang merupakan unit responsif di dalam tata kelola Bank Mandiri. Di antaranya, Corporate Transformation, Office of Chief Economist, dan Business Contunity Management.

Untuk memastikan hierarki dan kebijakan tersebut dijalankan dengan baik, Mandiri memiliki beberapa organ pengelola kebijakan yang bertugas me-review keselarasan kebijakan dan struktur dengan perundang-undangan yang berlaku, seperti Unit Penyusun Ketentuan. Dengan berbagai aspek dan inisiatif layanan yang dijalankan mengikuti rambu-rambu GCG tersebut, jangan heran, Mandiri pada CGPI 2022 kembali meraih penghargaan kategori Perusahaan Sangat Terpercaya.

Terkait kinerja perusahaan hingga semester I/2022, Mandiri membukukan laba bersih Rp 20,2 triliun atau tumbuh 61,7% YoY. Aset mencapai Rp 1.786 triliun, tumbuh 13% YoY. Total dana pihak ketiga (DPK) sebesar Rp 1.318 triliun, tumbuh 12,2%, yang didukung CASA ratio sebesar 75% secara bank-only.

Pendapatan operasionalnya sebelum provisi sebesar Rp 35,4 triliun, tumbuh 22% YoY. Rasio NPL konsolidasi membaik menjadi 2,42%. (*)

Yosa Maulana

www.swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved