GCG Companies zkumparan

BNI, Membangun Ketahanan Perusahaan dengan Kerangka GCG

BNI, Membangun Ketahanan Perusahaan dengan Kerangka GCG
Bob Tyasika Ananta, Direktur Human Capital dan Kepatuhan BNI.

Transformasi yang dilakukan PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. atau BNI adalah dengan membangun keunggulan dan ketahanannya di tengah persaingan global dan saat pandemi. Hal itu sejalan dengan alur perencanaan strategis BNI. Sehingga, penyusunan rencana bisnis bank ini dimulai dari alignment (penyelarasan) visi dan misi, analisis lingkungan eksternal dan internal, hingga formulasi memperhatikan alignment dengan corporate plan yang berlaku dan aspirasi pemegang saham.

Alur perencanaan yang dijalankan BNI juga mengacu pada peraturan yang berlaku. Ini dilakukan agar perusahaan dapat memiliki ketahanan strategi sesuai dengan perkembangan dan tantangan bisnis yang terjadi.

Dalam membangun ketahanan perusahaan akibat pandemi Covid-19, misalnya, BNI melakukan perubahan Kebijakan Strategis 2020 yang lebih fokus pada perbaikan kualitas kredit, efisiensi biaya, dan penguatan layanan digital. Dengan penyesuaian strategi tersebut, diharapkan BNI mampu menghadapi perubahan dan tantangan bisnis dalam menjaga ketahanannya di persaingan industri perbankan.

Sebagai inisiatif strategis di 2020, dalam membangun ketahanan bisnis, BNI telah menetapkan strategi jangka pendek melalui perubahan Kebijakan Strategis 2020 dengan berbagai inisiatif jangka pendek. Juga menetapkan Strategi Jangka Panjang (2021-2025), untuk menghadapi situasi dan perkembangan bisnis di masa mendatang.

Inisatif jangka pendek di 2020 antara lain optimalisasi pengelolaan loan at risk (LaR), ekspansi terbatas pada niche market potensial, pengembangan end to end proses kredit, peningkatan kapabilitas digital, penguatan permodalan, peningkatan kapabilitas human capital, optimalisasi data analytics, dan transformasi cabang dengan model bisnis baru. Adapun strategi jangka panjangnya (2021-2025) adalah melakukan corporate transformation.

Bob Tyasika Ananta, Direktur Human Capital dan Kepatuhan BNI, menjelaskan berbagai inisiatif jangka pendek pada 2020 yang dilakukan perusahaannya. Pertama, optimalisasi pengelolaan LaR untuk menjaga kualitas kredit.

Kedua, penguatan permodalan untuk memperkuat ketahanan BNI. Rasio capital adequacy ratio (CAR) pada Desember 2020 sebesar 16,9%. Pemenuhan tambahan modal dilakukan secara organik (pertumbuhan laba) dan secara anorganik. Di antaranya, pada 2021, melalui penerbitan Tier-2 Subordinated Notes dan Additional Tier-1 Capital Bond, serta pada 2022 direncanakan melalui penerbitan right issue.

Ketiga, pengembangan end to end proses kredit dilakukan melalui tiga strategi besar, yaitu akuisisi debitur selektif, penilaian kelayakan debitur komprehensif, dan perbaikan kualitas kredit sustainable. Hal itu dijabarkan melalui langkah-langkah: pipeline management, underwriting process, monitoring process, knowledges & capability enhancement bagi pegawai BNI, serta strengthening remedial and recovery.

Program transformasi BNI di 2021 yaitu fokus untuk meningkatkan kualitas kredit, meningkatkan digital capability, melakukan ekspansi bisnis, meningkatkan current account saving account (CASA) dan fee-based income, mengoptimalisasi jaringan dan bisnis internasional, mengoptimalisasi kontribusi anak perusahaan anak, serta mengoptimalisasi human capital. “Targetnya, ROE meningkat menjadi 16%-18% dalam 3-5 tahun ke depan,” ujar Bob.

Adapun untuk transformasi human capital, strategi besarnya adalah menekankan nilai dan kerjasama yang baik dengan bisnis, membentuk talent pool, dan membuat sistem pengembangan kompetensi kepemimpinan dari sisi teknis dan soft skills. “Kami fokus membentuk budaya risk, mindset agile, kolaborasi, dan mementingkan eksekusi untuk mendorong strategi tersebut,” ungkapnya.

Untuk meningkatkan performance, BNI pertama-tama melakukan penguatan organisasi dengan membentuk satuan anti-fraud agar lebih terintegrasi. Kedua, memiliki whistleblowing system, bekerjasama dengan pihak eksternal.

Ketiga, menerapkan budaya antikorupsi. Pada 2016, BNI melakukan MoU dengan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).

Keempat, mendapatkan sertifikasi ISO 37001 sistem manajemen antipenyuapan. Kelima, menerapkan compliance index, untuk mengukur proses kepatuhan berjalan baik. Keenam, membentuk lingkungan pengendalian internal, seperti pengendalian manajemen dan informasi

Tentunya, dalam menjalankan seluruh proses bisnisnya, BNI berlandaskan pada kerangka tata kelola perusahaan yang baik atau Good Corporate Governance (GCG). Proses implementasi GCG di BNI meliputi, pertama, Governance Structure. Struktur tata kelola BNI telah memenuhi persyaratan yang ditetapkan, dan penerapannya didukung dengan struktur perangkat Satuan Audit Internal, Divisi Manajemen Risiko Bank, Satuan Anti-Fraud, Divisi Penganggaran dan Pengendalian Keuangan, Divisi Tata Kelola Kebijakan, serta Divisi Kepatuhan yang profesional dan independen.

Kedua, Governance Process. Secara umum telah dilaksanakan dengan baik dan efektif; proses pengambilan keputusan telah dilaksanakan dengan berpedoman pada prinsip tata kelola.

Ketiga, Governance Outcome. Peningkatan implementasi tata kelola yang baik memiliki dampak positif terhadap kinerja BNI. Hal tersebut tecermin dalam skor Corporate Governance Perception Index (CGPI) BNI dalam pemeringkatan GCG yang dilakukan SWA dan IICG. BNI meraih skor CGPI 91,6 sehingga masuk kategori “Indonesia Most Trusted Companies 2021”.

Tentang kinerja BNI pada 2020, laba bersihnya Rp 3,28 triliun, total aset Rp 891,34 triliun, pertumbuhan kredit naik 5,3% YoY dari Rp 556,77 triliun menjadi Rp 586,21 triliun. Sementara himpunan dana pihak ketiga (DPK) sebesar Rp 679,45 triliun dan pendapatan sebesar Rp 27,82 triliun.

Berikutnya, pendapatan bunga bersih Rp 37,15 triliun. Rasio kredit bermasalah (non-performing loan/NPL) di level 4,3%. Rasio pinjaman terhadap simpanan (loan to deposit ratio/LDR) sebesar 87,3%. Adapun rasio kecukupan modal (CAR) 16,8%.

Di tahun 2021, program transformasi mulai menunjukkan hasil. Ini terbukti dari pemulihan kinerja secara finansial. Total asetnya tercatat Rp 919,4 triliun atau tumbuh 5,9% YoY, ditopang DPK sebesar Rp 668,6 triliun (tumbuh 1,4% YoY). Kredit tercatat juga tumbuh, yaitu sebesar 3,7% YoY, menjadi Rp 570,6 triliun. (*)

Dede Suryadi dan Anastasia AS

www.swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved