Corporate Transformation

DV Medika, Ingin Jadikan Indonesia sebagai ASEAN Hub Produksi Alkes

DV Medika, Ingin Jadikan Indonesia sebagai ASEAN Hub Produksi Alkes
Steven Lee, CEO DV Medika.
Steven Lee, CEO DV Medika.

Di masa pandemi Covid-19, industri alat kesehatan tergolong industri dalam kategori high demand. Hal ini pun dialami DV Medika, perusahaan penyedia alat kesehatan (alkes) yang beroperasi sejak 1999. DV Medika terus bertransformasi dan berinovasi demi kemajuan serta kemandirian alkes di Indonesia.

Meski begitu, tantangan yang dihadapi pada sektor kesehatan tidaklah mudah. Sebab, mengacu pada data Kementerian Kesehatan, rasio dokter per 1.000 penduduk di Indonesia sebesar 0,4. Artinya 1 dokter harus melayani 2.500 populasi. Sementara rata-rata negara di Asia memiliki rasio 1,2 dokter per 1.000 populasi dan negara yang tergabung dalam OECD sebesar 3,2.

Di sisi lain, kapasitas pelayanan rumah sakit Indonesia memiliki rasio ranjang (hospital bed) per pasien sebesar 1,18. Maka, 1,2 ranjang rumah sakit diperuntukkan bagi 1.000 orang. Adapun secara keseluruhan di Asia rasionya mencapai 3,3, dan rasio di negara-negara OECD 4,8. “Kondisi tersebut menyebabkan Indonesia masih ketinggalan sangat jauh,” ujar Steven Lee, CEO DV Medika. “Ini juga berarti masih banyak ruang untuk improvement,” tambahnya.

Kabar baiknya, pemerintah pun serius memperbaiki sistem layanan kesehatan nasional, yaitu dengan meningkatkan inovasi teknologi, memperluas akses pada rantai pasok alat medis, meningkatkan jumlah ranjang rumah sakit, dan meningkatkan akses layanan kesehatan berbasis digital (seperti telemedicine).

Di saat yang bersamaan, menurut Steven, DV Medika sedang berada di persimpangan jalan antara menjalankan business as usual atau melakukan transformasi. “Sebelum kami melakukan transformasi, kami mempelajari apa yang kami miliki di perusahaan. Kami memiliki manufacturing facilities yang sudah dijalankan sejak tahun 2013, meskipun ada tantangan harus bersaing dengan barang impor,” tuturnya.

Untuk mengatasi tantangan tersebut, DV Medika membangun pabrik yang lebih besar dan modern di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Kendal. Selain itu, perusahaan ini juga mengubah positioning-nya dari perusahaan distribusi hospital bed menjadi local manufacturer.

“Kami memiliki satu mimpi untuk menjadikan Indonesia sebagai ASEAN hub for local production.”

Steven Lee, CEO DV Medika

Di tahun 2020, pabrik tersebut sudah mulai beroperasi. Secara bertahap DV Medika meningkatkan kandungan lokal pada produknya dan mengekspor produknya. “Sampai saat ini, kami terus melakukan inovasi sehingga produk yang dihasilkan bisa mendekati kelas Eropa dan Amerika,” kata Steven.

Sebelum mentransformasi bisnis, pihaknya juga mengeksplorasi beberapa principal merek dari luar negeri untuk melakukan investasi di Indonesia. “Hasilnya, kami berhasil meyakinkan satu principal besar, yakni Mindray,” ungkapnya. ”Lewat kesepakatan tersebut kami juga berhasil mendapatkan transfer of knowledge,” katanya lagi. Seiring dengan itu, pabrik DV Medika juga sudah disesuaikan agar bisa memproduksi produk Mindray di Indonesia.

Kerjasama yang dijalin dengan Mindray menghasilkan produk berupa ranjang operasi dengan produksi sebanyak 200 unit per tahun, serta infusion pump dan syringe pump dengan produksi 6.000 unit per tahun. Pada gelombang kedua, Mindray dan DV Medika berencana memproduksi alat yang lebih kompleks, yakni patient monitor, sebanyak 3.000 unit per tahun.

Steven mengungkapkan, dalam bertransformasi pihaknya tidak hanya menghitung dari sisi ekonomi, tetapi juga menempatkan rasa nasionalisme untuk mendukung arahan pemerintah dalam meningkatkan ketahahan alat kesehatan Indonesia. “Kami memiliki satu mimpi untuk menjadikan Indonesia sebagai ASEAN hub for local production,” katanya optimistis.

Menurut Steven, sisi positif bermitra dengan brand besar adalah mendapatkan lebih banyak informasi dan ilmu. Dengan adanya penambahan produk elektromedis, DV Medika mempekerjakan tim yang telah ada di pabrik sekaligus merekrut tim yang spesifik.

Pembuatan alat elektromedis memiliki regulasi dan peraturan yang lebih kompleks. Selain itu, pekerja juga harus memiliki sertifikasi yang di-approve oleh pabrik sehingga produk yang diluncurkan memiliki standar internasional. Dengan kata lain, hal ini juga mendorong peningkatan kompetensi SDM-nya.

Menurut Steven, bisnis produksi elektromedis merupakan cara DV Medika untuk memperluas lini bisnisnya. Saat ini, perusahaan memiliki empat divisi produk, yakni Bed and Furniture, Critical Care, Waste Management, dan Radiology.

Dengan transformasi yang dilakukan, DV Medika ingin menaikkan levelnya dari yang tadinya hanya distributor menjadi manufacturer. “Kami melihat hal ini akan menjadi kontributor besar dalam pengembangan skala perusahaan,” kata Steven. (*)

Jeihan K. Barlian & Anastasia AS

www.swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved